SEBELAS

1244 Kata
Hari ini genap sudah empat hari Athena dirawat di rumah sakit, dan hari ini juga merupakan hari H dari pelaksanaan study lapangan. Semua murid kelas XII Sosial 1 sudah berkumpul di halaman sekolah, bus sekolah pun sudah terparkir. Bu Siska dan beberapa satpam sekolah sedang memasukkan snack sarapan dan makan siang untuk para murid ke dalam bus. Ada para siswi yang sibuk selfie, tertawa cekikian, berbincang, upload i********: story, dan lain-lain. Sepertinya mereka lebih menganggap study lapangan ini sebagai liburan di tengah-tengah padatnya jadwal sekolah. “Lemes amat, boy.” Ucap Panji kepada Kheanu. “Lemes lah, orang gebetannya gak ikut.” Timpal Dimas. Dimas seolah memberi ruang bagi Kheanu untuk membalasnya, “Tapi kalau gebetan lo mah ikut, kan?” Kheanu tersenyum penuh makna. Dimas langsung menyadari bahwa Kheanu tahu “sesuatu.” “Hah? Siapa emang gebetannya Dimas?” Tanya Panji heboh. “Emang bener ya, dari dulu di antara kita bertiga yang paling lemot tuh elo, Nji.” Dimas hanya diam saja. Ia tidak berani berkata banyak sebab Kheanu adalah tipe orang yang bicara jujur dan apa adanya, atau kasarnya kalau bicara tidak bisa direm! Kalau Dimas salah-salah bicara yang ada Kheanu malah membocorkan “sesuatu” itu kepada Dimas. Sementara Dean yang saat ini sibuk dengan layar ponselnya segera mengirim pesan w******p kepada Athena, “Na, sumpah bete banget gak ada lo. Padahal kan lo pengen banget ya ikut ke  Bosscha.” Namum sayang, pesannya hanya ceklis satu, mungkin Athena lagi istirahat kali ya, begitu pikir Dean. Bu Siska kemudian memberikan perintah kepada para murid untuk menaiki bus, karena jumlah kursi bus lebih banyak dari jumlah siswa jadi ada beberapa murid yang duduk sendiri di kursi 2 seat, dan ada beberapa murid yang duduk berdua di kursi 3 seat. Salah satunya adalah Dean. Rencana awal, Athena dan Dean akan duduk bersama, namun kini Athena tidak bisa ikut, dan semua siswi di kelasnya sudah mendapat teman duduk. Dean memutuskan untuk mendengarkan lagu di earphone sambil memejamkan mata, ia berharap selama perjalanan bisa tidur sebentar. Sementara Kheanu dan Dimas selayaknya anak-anak bandel pada umumnya ketika study tour sekolah, yap, mereka duduk di kursi paling belakang bus. Sejak dulu formasi tempat duduk bus kan selalu sama; di kursi paling depan ada pak supir, belakangnya ada guru dan walikelas, beberapa kursi di barisan depan diisi oleh anak-anak pendiam yang sering kali mual saat dalam perjalanan, kursi tengah untuk anak-anak yang biasa saja, dan kursi belakang untuk anak-anak yang suka bikin suruh selama dalam perjalanan. Terakhir, ada siswa yang akan memimpin “perjalanan” ini, ya, dia adalah Panji. Panji sedang asik memimpin nyanyian di depan sana. Pak supir bus diminta untuk memutarkan lagu-lagu terkini, beberapa murid kompak menyanyi bersama. “Kenapa gak pake kesempatan ini, bro?” ucap Kheanu. Dimas masih mencoba menyangkal, “Apaan sih lo, gak ngerti gua.” “Alah pake pura-pura segala, mumpung orangnya lagi sendirian tuh, samperin gih.” Goda Kheanu. Mata Kheanu mengarah ke Panji, “Tenang, dia gak bakal nyadar kok, lagi pada asik begini mah gak akan ada yang curiga.” Tambah Kheanu. Setelah mempertimbangkan beberapa saat, Dimas memberanikan diri untuk menghampiri Dean dan langsung duduk di sampingnya, ia langsung merebut satu earphone dan memasangkan di telinganya. “Yaelah, lagi jalan-jalan gini lo malah dengerin lagu galau.” Dean yang kaget dengan kedatangan Dimas yang tiba-tiba langsung mengeluarkan jurus misuh-misuhnya, “Ih apaan sih lo gak sopan banget, sini balikin earphone gue!” Dean mencoba merubat earphone yang kini terpasang di telinga Dimas. Namun Dimas menahannya. “Lo beneran gak tau?” tanya Dimas yang tiba-tiba menjadi serius. Dean merasa sedikit canggung, ia pura-pura merapikan rambutnya yang tidak berantakan, “Ngomong apa sih lu, gak ngerti gue.” “Lo pikir waktu itu Kheanu beneran ngutus gue untuk anter Athena? Enggak, Yan, itu cuma alibi gue doang supaya bisa pulang bareng lo.” “Kenapa juga lo mau pulang bareng gue?” “Yak arena gue suka sama lo.” DEG. Dean terkejut bukan main mendengar pernyataan Dimas. Ia benar-benar tidak menyangka bahwa salah satu musuh bebuyutan sejak kelas 1 SMA menaruh perasaan padanya. Dean bingung harus berkata apa. Namun Dean tidak bisa begitu saja percaya dengan perkataan Dimas. Siapa yang tahu kalau ternyata Dimas lagi menjahilinya? Siapa yang tahu kalau ternyata Dimas hanya melempar umpan? Setelah berhasil mengendalikan rasa canggungnya Dean memberanikan diri untuk menjawab, “Uuuhhh, keren banget actingnya, Mas. Tapi gue gak sebodoh itu, paling-paling lo cuma mau ngerjain gue doang kan, abis itu dijadiin bahan bercandaan sama temen-temen lo.” Ya, Dean mencoba untuk menyangkal. Tak terbayangkan olehnya jika anak-anak sekelas tahu kalau Dimas suka padanya. Bisa habis ida diledekkin anak-anak sekelas. Lagi pula kalaupun benar, Dimas bukanlah tipe Dean. Tipe Dean adalah lelaki yang memiliki wajah tampan layaknya aktor-aktor Korea Selatan, seperti Park Bo Gum dan Ji Chang Wook. “Gue serius, Dean.” “Tapi gue gak percaya. Lagian kalaupun bener, gue kan gak suka sama lo, tipe gue tuh yang kayak oppa-oppa Korea tau!” Dean kini merebut earphone yang terpasang di telingan Dimas dan memasangkan di kedua teliganya. Ia memutar lagu “It’s Okay That’s Love” dari Davichi, salah satu duo grup asal Korea Selatan yang sangat ia sukai. Sementara Dimas bangkit dari kursinya dan berjalan menuju kursi belakang dengan perasaan hampa. Hanya dengan melihat ekspresi Dimas, Kheanu sudah tahu apa yang terjadi padanya. Saat ini di kursi bus paling belakang hanya ada Kheanu, Dimas pun menghempaskan tubuhnya di kursi tersebut. “Tenang bro, masih ada lain waktu, baru sekali ditolak aja masa lo nyerah.” Hibur Kheanu. “Masalahnya lebih buruk dari ditolak, Nu.” “Terus?” “Dia bahkan gak percaya kalau gue suka sama dia.” Ujar Dimas putus asa. “Tapi, Dim, kalau bukan karena lu mau pulang bareng Dean dengan alibi nganterin Athena, gue juga gak bakal tahu lah kalau lo suka sama Dean. Sejak kapan deh lo suka sama dia?” “Sejak kelas 1 SMA.” “Hah? Serius lo? Berarti lo naksir Dean kurang lebih udah 2,5 tahun dong? Kok bisa sih lo tahan dan gak nyatain perasaan lo dari dulu?” “Gue takut kalian cengin, apalagi si Panji, kalau udah ngeledekkin orang kan gak bakal ada abisnya. Lagian coba lo inget-inget lagi, satu-satunya orang yang paling sering gue jahilin kan Cuma Dean. Lo tau kenapa? Itu karena gue mau dapet perhatian dari dia. Abis gue bingung gimana caranya supaya gue bisa terus berinteraksi sama gue. Tapi kayaknya cara gue salah deh, yang ada sekarang dia makin benci banget sama gue.” “Bro, jadi satu-satunya alesan kenapa lo gak mau ngakuin perasaan lo ke Dean selama ini karena takut kita ledekkin? Dim, sorry, kita sahabat, tapi kayaknya kita malah jadi beban buat lo.” Ucap Kheanu menyesal. Rasa setiakawan yang ada dalam diri Kheanu memang besar sekali. Ia rela melakukan apapun demi sahabatnya. Ia juga tak keberatan untuk minta maaf kepada sahabatnya jika ia melakukan kesalahan. “Urusan Panji biar gue yang atur, sekarang lu kejar Dean aja, buktiin ke dia kalau lo bener-bener suka sama dia. Ok, bro? Semangat yok, lagi jalan-jalan gini masa galau.” Dimas hanya tersenyum mendengar ucapan Kheanu. Itulah alasan kenapa dia merasa beruntung sekali memiliki teman seperti Kheanu, walau dikenal bandel dan suka melanggar aturan, tapi Kheanu tetap memiliki prinsip dalam hidupnya, “Minta maaflah jika kita berbuat salah, dan maafkan lah seseorang yang memiliki salah pada kita.” Dengan prinsip itu Kheanu tidak memiliki musuh dan temannya ada di mana-mana. Meskipun otaknya pas-pasan, tapi dengan jaringan pertemanan yang luas Kheanu bisa mendapatkan hal-hal baik dalam hidupnya. Tak terasa selesai sudah kegiatan study lapangan oleh murid-murid XII Sosial 1, tak lupa Bu Siska memberi tugas kepada mereka untuk membuat artikel ilmiah dalam bentuk paper mengenai study lapangan hari ini. Bu Siska memberikan waktu selama dua minggu untuk murid-murid mengerjakan. Tepat pukul 23.00 WIB bus sampai di halaman sekolah. Sudah ada beberapa orangtua murid yang menunggu di sekolah untuk menjemput. Para murid pun pulang ke rumah masing-masing dengan pengalaman study lapangan yang cukup berharga. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN