DELAPAN

1114 Kata
DELAPAN Archen melihat Athena berjalan lunglai di koridor sekolah saat jam istirahat. Ketika mereka berpapasan respon Athena sungguh di luar dugaan Archen. Athena hanya tersenyum pada Archen. Tidak ada kalimat sapaan seperti yang biasa gadis itu katakan. Wajahnya pucat pasi. Tubuhnya mengeluarkan keringat dingin. Hanya dengan sekali melihat Archen tahu bahwa Athena sedang tidak dalam kondisi baik. Archen berbalik ke arah Athena, “Lo sakit?” Athena sedikit terkejut karena tiba-tiba Archen kembali ke hadapannya, “Eh…engg..enggak, cuma sedikit pusing aja. Ngomong-ngomong, UKS di sebelah mana, ya?” Archen tanpa banyak bicara langsung menuntun tangan Athena menuju UKS. Di UKS sudah ada siswi yang merupakan anggota dari ekskul Palang Merah Remaja (PMR). Ia sedang merapikan kotak obat yang ada di UKS. Archen menjelaskan kepada siswi tersebut tentang kondisi Athena. Ia pun membuatkan Athena teh hangat serta memberikan obat tablet. “Maaf boleh minta air hangat aja gak?” tanya Athena ragu-ragu. “Dia gak suka teh.” Jelas Archen singkat. Dari rawut wajahnya terlihat sekali bahwa siswi tersebut bingung dengan Athena, mungkin itu pertama kalinya ia bertemu dengan seseorang yang tidak menyukai teh sama sekali. Athena memang gadis yang unik. Siswi itupun segera memberikan air hangat kepada Athena. “Teh hangatnya boleh gue minum?” Tanya Archen. Namun ia sudah meminum tehnya dalam sekali tegukan sebelum Athena menjawab. Athena yang saat itu masih merasa pusing memutuskan untuk tiduran sejenak di kasur UKS. Tak lama ada pesan dari Dean. Ia menanyakan tentang keberadaan Athena. Athena pun memberitahu Dean bahwa saat itu ia sedang berada di ruang UKS. Selesai membalas pesan Dean, Athena kembali mematikan ponselnya. Sebab menatap layar ponsel membuat Athena menjadi tambah pusing. Athena memperhatikan Archen yang saat itu sedang duduk di sebelah kasurnya, seperti biasa lelaki itu sedang membaca buku. Sebentar lagi jam istrirahat akan segera berakhir. Namun Archen belum juga beranjak pergi. “Lo gak masuk kelas?” tanya Athena. “Guru Biologi gue gak masuk, kelas pasti ramai, jadi mending gue di sini.” “Lo tuh suka banget tempat sepi, ya?” Archen tidak menjawab, ia sudah fokus dengan bukunya. Tidak lama kemudian Kheanu dan Dean datang ke UKS. Keduanya sama-sama panik, berpikir bahwa Athena mungkin saja tak sadarkan diri. Dean cukup bingung mengapa Archen ada di sana, namun tatapan bingung Dean tak dihiraukan sedikitpun oleh Archen. Sementara Kheanu tak menyadari keberadaan Archen, sejak pertama kali masuk UKS ia hanya borfokus pada Athena. “Lo enggak apa-apa?” tanya Kheanu cemas. “Gak apa-apa kok, tadi cuma sedikit pusing aja, kayaknya gue masuk angin. Btw, kalian kok ke sini? Bukannya udah bel masuk ya?” “Iya gue khawatir banget sama lo, takut lo kenapa-napa.” Jelas Dean. “Tenang aja, gue udah mendingan kok. Eh sekarang bukannya pelajaran ekonomi? Ada kuis kan? Kalian balik ke kelas gih.” “Oh iya, aduh, mati gue, ada kuis ekonomi. Bahaya banget kalau gak ikut, bisa-bisa nilai rapot gak aman. Lo gimana, Na?” “Gue udah dibikinin surat izin sakit kok sama anak PMR, sekarang mungkin suratnya udah ada di kelas.” “Yaudah, gue balik kelas dulu ya, Na. Nanti kalau ada jam kosong gue balik lagi ke sini. Ayo, Nyuk.” Dean mengajak Kheanu untuk balik ke kelas. Namun Kheanu menolak, ia memilih untuk tetap berada di UKS menemani Athena. Baginya tak masalah untuk tidak ikut kuis, toh ia memang sudah sering bolos. Lagi pula Kheanu sama sekali tidak terobsesi dengan nilai. Berada di UKS bersama Athena adalah bolos yang paling menyenangkan bagi Kheanu. Dean yang sama sekali tidak perduli dengan keputusan Kheanu langsung pergi meninggalkan UKS. Toh, nilai rapot Kheanu bukan urusannya, begitu pikir Dean. Saat Kheanu hendak duduk di samping Archen, saat itu juga Archen berdiri dari tempat duduknya. “Lo mau kemana?” tanya Athena. “Kelas.” Jawab Archen singkat. Ia pun langsung pergi tanpa mengeluarkan sepatah katapun. “Kaku amat tuh cowok, lo kenal dia, Na?” “Kenal, dia anak IPA. Emangnya selama hampir tiga tahun sekolah di sini lo gak pernah liat dia, Nu?” Kheanu menggeleng, “Kalau dia mainnya cuma di Perpus doang sih mana gue kenal. Anak IPA yang gue kenal cuma anak IPA KW.” “Anak IPA KW?” “Iya, anak yang terpaksa masuk IPA karena disuruh sama orangtuanya, padahal jiwanya jiwa IPS banget, makanya sering bolos atau nongkrong bareng gue.” “Lo bisa sakit gini emang abis makan apaan sih, Na?” lanjut Kheanu. “Gak tau, kayaknya gara-gara kemarin gue kehujanan pas pulang sekolah deh.” “Lo kehujanan kemarin? Jadinya naik apa? Ojek online?” “Enggak, gue pulang bareng Archen.” “Cowok yang tadi? Kok bisa?” “Iya soalnya kemarin ponsel gue baterainya habis, jadi gak bisa pesen ojek online deh.” Kheanu hanya menganggukkan kepala mendengar penjelasan Athena. Kheanu menemani Athena istirahat di UKS hingga jam pulang sekolah. Tepat saat bel pulang sekolah berbunyi Athena merasakan sakit kepala yang luar biasa, ia juga tidak berhenti bersin sejak tadi, sepertinya Athena terang demam. Kheanu berniat untuk mengantar Athena pulang, namun nasib berkata lain. Tepat saat itu juga muncul Dean di depan pintu UKS. Dean mengatakan kepada Kheanu bahwa ia dipanggil oleh guru ekonomi karena bolos pada jam pelajaran dan tidak mengikuti kuis. Awalnya Kheanu tetap bersikeras untuk mengantar Athena dan mengabaikan panggilan dari sang guru, tapi Athena menolaknya. Akhirnya Kheanu menyerah, ia menitipkan Athena pada Dean. Dean berencana untuk memesan taksi online, namun tidak lama kemudian sebuah mobil berhenti di sampingnya. Itu adalah Dimas. Dimas menawarkan tumpangan untuk Dean dan Athena. Tentu saja pada awalnya Dean menolak, tindak mungkin ia sudi naik mobil bersama salah satu musuh bebuyutannya sejak dulu. Namun Dimas berkata bahwa ia diminta oleh Kheanu untuk mengantarkan Athena, Dean yang tidak mungkin membiarkan Athena hanya berdua dengan Dimas pun pada akhirnya ikut masuk ke dalam mobil. “Kalau bukan karena Athena, gak akan mau nih gue naik mobil lo.” Ucap Dean yang saat itu sudah duduk di kursi depan samping Dimas, sementara Athena berada di kursi tengah. “Yeh, yaudah sana lo turun, biar gue aja yang anterin Athena.” “Gila kali, gak mungkin lah gue ngebiarin Athena pulang bareng lo, gak aman!” “Buset, dikira gue mau nyulik kali.” Athena terlalu pusing untuk mendengarkan pertengkaran antara Dean dan Dimas, ia memutuskan untuk memejamkan matanya selama perjalanan pulang, kepalanya benar-benar terasa sakit. Sesampainya di rumah Athena, Dean dan Dimas langsung berpamitan pada Bunda Athena. Jakarta yang pada siang itu kembali diguyut hujan membuat Dean menurunkan sedikit gengsi, ya, pada hari itu untuk pertama kalinya Dimas dan Dean berada dalam satu mobil, hanya berdua, di tengah derasnya hujan. “Dean, gue boleh nanya?” ucap Dimas yang tiba-tiba menjadi lembut. “Nanya-nanya aja kali, pake izin segala.” Jawab Dean jutek, ia masih sibuk dengan layar ponselnya. “Lo kenapa sih kayaknya benci banget sama gue?” “Abis lo sama temen-temen lo ngeselin.” “Kalau temen-temen gue emang iseng dan hobi ngejailin lo, tapi kalo gue….” “Kenapa kalo lo?” “Gue kayak gitu karena mau dapet perhatian dari lo, yan.” Saat itu juga Dean langsung berhenti main ponsel, ia terkejut mendengar perkataan Dimas. Namun baik Dean maupun Dimas tidak ada yang berani bicara lebih lanjut. Dimas pura-pura fokus dengan kemudinya, dan Dean pura-pura kembali fokus dengan ponselnya. Hingga keduanya tiba di depan rumah Dean, dan Dean buru-buru turun dari mobil Dimas setelah mengucapkan terima kasih. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN