TUJUH

1277 Kata
Jam pelajaran Geografi pun tiba. Bu Siska yang saat itu masuk kelas langsung membahas study lapangan ke Observatorium Bosscha. Bu Siska menjelaskan bahwa study lapangan akan diselenggarakan pekan depan atau hari Selasa. Semua siswa kelas XII IPS 2 diharapkan untuk berkumpul di lapangan sekolah pukul 05.00 WIB. Hal itu bertujuan agar mereka tidak terjebak macet, sebab mereka akan berangkat menggunakan bus sekolah. Mengenai study lapangan, para siswa tidak lagi dimintai biaya, sebab uang SPP yang mereka bayarkan setiap bulan sudah mencakup semua kegiatan yang ada di sekolah. Bu Siska meminta para siswa untuk mengenakan baju batik sekolah agar memudahkan mereka saat berada di sana. Selain itu, usai berkunjung ke Bosscha, mereka juga dimintai untuk membuat laporan study lapangan dalam bentuk paper. Nilai dari paper tersebut akan digunakan untuk membantu nilai UTS para  siswa. Namun, Bu Siska mengatakan bahwa di sana mereka tidak dapat melihat bintang secara langsung karena bukan jadwal kunjungan malam. Pada saat-saat tertentu, Observatorium Bosscha mengadakan kunjungan malam agar para pengunjung bisa melihat bintang secara langsung menggunakan teropong raksaksa. Tentu jadwal tersebut dibuat berdasarkan peristiwa astronomi apa yang akan terjadi. “Yes, pengen cepet-cepet minggu depan gue!” ucap Athena. “Yoi, pengen ke Bandung gue, bosen di Jakarta mulu, udah panas, macet lagi.” Tambah Dean. “Tapi Bandung juga sekarang macet lho.” “Ya setidaknya gak semrawut Jakarta lah ya.” Tiba-tiba saja Kheanu sudah berada di samping meja Athena dan Dean, “Jakarta semrawut karena ada elu, De.” Dean yang hari itu sudah ditraktir nasi goreng oleh Kheanu tidak menghiraukan ocehannya. Ia hanya mengendikkan bahu dan melanjutkan aktivitas gambarnya di buku kecil miliknya. Setelah memberikan pengumuman study lapangan tadi, Bu Siska menugaskan para siswa untuk mengerjakan Lembar Kerja Siswa yang terdiri dari pilihan ganda dan essay, sebab Bu Siska harus kembali ke ruang guru untuk melanjutkan rapat dengan dewan guru lainnya. Dewan guru memang lagi sering rapat untuk mempersiapkan pelaksanaan Ujian Tengah Semester. “Na, sorry ya entar kita gak pulang bareng, gue mau nongkrong sama anak-anak.” “Eh, engga apa-apa kok. Gue emang niat pulang naik ojek online.” “Kalau ada apa-apa telpone gue aja ya, Na.” “Iyuuuhhh…” respon Dean. Rima, salah satu teman sekelas Athena yang saat itu baru kembali dari toilet mengatakan bahwa ada seseorang yang mencari Athena di luar kelas. Saat ditanya siapa yang mencarinya, Rima menjawab bahwa ia tidak pernah melihat siswa itu. Athena yang penasaran langsung bergegas menuju keluar kelas. Betapa terkejutnya ia begitu tahu bahwa yang mencarinya adalah Archen. “Eh, lo nyari gue? Kenapa?” Archen menyodorkan sebuah buku yang belum pernah Athena lihat sebelumnya. “Lo nyari buku ini kan? Di dalemnya ada pembahasan tentang Parthenon.” Jelas Archen. “Lho…kok lo tau?” “Kalau gak mau ada yang tahu, jangan ngobrol keras-keras di depan orang lain.” Athena yang saat itu masih kebingungan tidak menghiraukan ucapan Archen, ia sibuk memastikan isi dari buku tersebut, dan benar saja ada BAB mengenai Parthenon. Athena hendak mengucapkan terima kasih kepada Archen namun lelaki itu sudah pergi meninggalkan Athena. “Thanks.” Ucap Athena sedikit berteriak karena jarak Archen yang sudah lumayan jauh. Archen hanya merespon dengan lambayan tangan. Athena langsung kembali masuk kelas dengan senyum mengembang di bibir, ia tidak menyangka bahwa Archen cukup peduli kepada dirinya. “Kenapa lo senyum-senyum gitu?” tanya Dean. Athena tidak menjawab, ia malah asik membayangkan sosok Archen. Tidak lama kemudian Bu Siska kembali masuk kelas. Ia meminta seluruh siswa untuk mengumpulkan LKS dan akan mengoreksi secara bersama-sama. Nantinya para siswa akan ditugaskan untuk mengoreksi LKS milik siswa lain. Tentu saja dengan begitu akan meringankan pekerjaan Bu Siska. Tak terasa bel pulang sekolah pun berbunyi. Seluruh siswa berhamburan keluar kelas. Dean yang saat itu ada latihan ekskul Cheerleader langsung berpisah dengan Athena di lapangan sekolah. Athena kemudian mengeluarkan ponsel untuk memesan ojek online. Namun keberuntungan belum berpihak pada Athena. Ia lupa bahwa ponselnya sudah lowbat sejak jam istirahat. Athena memutuskan untuk menunggu di gerbang sekolah, ia berharap ada seorang teman yang dikenal agar ia bisa meminjam ponsel untuk memesan ojek online. Sepuluh menit berlalu, tetapi ia belum juga melihat teman yang dikenalnya melewati gerbang. Tiba-tiba saja motor Archen lewat, Athena yang menyadari langsung menghentikan motor Archen. “Archen, gue boleh minjem hp lo gak?” “Masih aja usaha buat dapetin nomor gue?” Jawab Archen sinis. “Ih pede banget lo, gue mau pinjem hp lo buat pesen ojek online tau.” “Gue gak ada aplikasi gituan.” Saat itu juga Archen langsung tancap gas meninggalkan Athena. Athena yang sudah lelah tak tahan untuk tidak memaki Archen. Namun belum sempat memakinya, Archen sudah putar arah dan kembali pada Athena. “Bareng gue aja.” Athena hanya tersenyum. Ia langsung menaiki motor Archen dan memang helm yang lelaki itu berikan. Saat perjalanan pulang, hujan deras mengguyur Kota Jakarta. Sejak pagi tadi memang cuaca Jakarta sudah mendung. Menurut ramalan cuaca memang hari ini diperkirakan akan turun hujan. Sayup-sayup terdengar suara Archen, namun karena derasnya hujan Athena tak dapat mendengar dengan jelas apa yang lelaki itu katakan. Athena memajukan tubuhnya lebih dekat dengan Archen agar bisa mendengar apa yang ia katakan. Archen menyadari kini tubuhnya dan tubuh Athena sangat begitu dekat. Bahkan suara deru nafas Athena pun dapat ia rasakan. “Kenapa?” tanya Athena. “Mau neduh dulu gak? Hujannya gede banget.” Tanpa pikir panjang Athena langsung menjawab peertanyaan Archen. Ia tidak ingin berteduh sebab ia harus segera pergi ke taman baca sore ini. Sejak pindah ke Jakarta, Athena langsung bergabung dengan Sahabat Anak, ia menjadi volunteer atau sukarelawan di sana. Sahabat Anak adalah komunitas yang memperjuangkan hak-hak anak khususnya anak-anak kaum marginal agar mereka tetap bisa mendapatkan hak seperti anak-anak lainnya, meskipun secara ekonomi, sosial, dan pendidikan mereka tidak seberuntung anak-anak lain. Setiap hari Selasa sore Athena akan datang ke taman baca untuk mengajar bahasa Inggris, dan di akhir pekan, setiap hari Minggu Athena akan datang ke taman baca untuk mengajar pengetahuan umum. Gadis itu memang sangat menyukai kegiatan sosial, terutama yang berkaitan dengan anak-anak. Bagi Athena, saat berhadapan dengan anak-anak ia bisa menjadi dirinya sendiri. Bermain dan belajar dengan anak-anak adalah salah satu cara Athena untuk mengisi energi. Archen yang tidak suka basa-basi langsung menuruti permintaan Athena. Tepat saat tiba di depan rumah Athena, hujanpun berhenti. Tentu saja keduanya sudah basah kuyup. Bunda Athena yang saat itu ada di halaman rumah langsung minta Archen untuk mampir sebentar. Pada awalnya Archen menolak, namun Bunda Athena terus memaksa. Archen pun terpaksa menerima tawaran tersebut untuk menghormati Bunda Athena. “Siapa namanya tadi?” tanya Bunda Athena ramah. “Archen, tante.” “Oh iya, Archen. Nih kamu ganti baju dulu, biar gak masuk angin.” Bunda Athena menyerahkan kaos beserta celana panjang bahan kepada Archen. Pakaian tersebut merupakan milik Faiz. Faiz adalah kakak sepupu Athena yang sering menginap di rumahnya. Saat ini Faiz merupakan mahasiswa semester akhir di salah satu universitas negeri di Jakarta. Athena yang anak tunggal sangat dekat dengan Faiz. Jika Faiz menginap di rumahnya, maka mereka akan begadang untuk menonton beberapa film. Usai berganti pakaian, Archen langsung menghampiri Athena dan bundanya. “Wih, baju Mas Faiz pas banget di Archen.” Archen hanya diam, bingung harus merespon apa. “Ini lho bun, Archen itu temen yang waktu itu Athena samperin pas lagi di Kedai Teh.” Jelas Athena kepada sang bunda. “Oh, yang duduknya di pojok itu? Maaf tante gak ngenalin karena waktu itu kamu posisi kamu membelakangi meja kita.” “Iya, gak apa-apa, tante.” “Kalau gitu, kamu suka teh juga ya? Mau tante buatin teh apa?” “Iya, mau dibuatin teh apa? Bunda gue tuh penggemar teh banget lho, semua jenis teh ada di rumah ini.” Sang Bunda hanya senyum-senyum saja mendengar celotehan Athena. “Apa aja, tante.” Seperti biasa, Archen tak pernah bicara panjang lebar pada orang yang baru dikenalnya. Bunda Athena akhirnya membuatkan Archen Teh Hijau. Bukan tanpa alasan, sebab saat itu Archen dan Athena baru saja kehujanan. Sudah menjadi rahasia umum bahwa Teh hijau dikenal memiliki manfaat untuk mencegah dan mengobati masuk angin. Namun Athena lebih memilih untuk mengeringkan rambutnya di depan kipas angin daripada minum teh hangat. Ya, Athena tidak menyukai teh jenis apapun, sangat berbanding terbalik dengan Archen.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN