Chapter 3

1031 Kata
Sementara ditempat lain, seorang wanita yang baru saja melahirkan 3,5 bulan yang lalu tengah duduk dipangkuan seorang laki-laki dengan mesranya. "Aaahhkk...Carmel..." Desah Seto saat bibir nakal Carmel menggigit rahang kekar Seto. "Kau sungguh membuatku tergila-gila" Rancau Seto kembali yang meremas kedua bukit kembar kepunyaan Carmel, jelas saja wanita itu meringis kesakitan. Ia yang baru melahirkan dan tak pernah memberikan ASInya ke anak tersebut, ia merasa perih luar biasa ketika p******a kerasnya diremas kasar Seto. "Aaaahhkk.. bahkan kedua milikmu begitu keras" Seringai Seto mengira jika Carmel tengah b*******h. dengan tak sabaran Seto mengendong Carmel ke hotel yang telah disewanya. Malam ini ia akan mencurahkan segala hasratnya pada tubuh Carmel. "Hahhaaa... kukira kau masih gadis sayang" bisik Seto yang telah menyelesaikan aktivitas terlarangnya dengan Carmel. sedang Carmel hanya tertidur, ia terlalu lelah melayani nafsu bejad Seto. "Beruntung semua hadiah yang ku berikan padamu hanya imitasi, dan dengan bodohnya si Bram memberikanmu anak gadisnya untuk aku kuasai malam ini, tapi walau kau bukan gadis aku menyukai rasamu" Gumam Seto seorang diri. Wanita jal*ng tersebut tak lain adalah ibu kandung dari Syena Ilham. setelah tak berhasil menipu Surya, Carmel dan Bram kembali menipu Seto, tapi kali ini sepertinya mereka juga akan kena tipu oleh Seto. Flashback on. "Anak itu lebih baik kita buang saja, aku tak mau punya cucu darimu terlalu banyak. cukup Cio sebuah kebodohan yang kamu punya." Sarkas Bram menatap tak suka kearah Carmel dan bayinya. "Jangan menjelekkan Cio anakku, ia darah dagingku" Balas Carmel penuh amarah. Ia memalingkan wajahnya kearah berlawanan tak ingin melihat tatapan ayah tirinya itu. "Kalau dia silahkan kau buang jauh, aku tak ingin mempunyai anak dari orang yang tidak aku cintai" tambah Carmel tidak berperasaan. atas persetujuan Carmel, Bram membuang bayi kecil yang baru saja dilahirkan oleh Carmel. wanita itu sungguh tak pernah menginginkan Syena. Ia bahkan terlalu muak saat mengandung Syena. anak yang ia kandung dari perbuatan bejatnya bersama Surya. laki-laki kaya raya yang lebih dulu dijebak Bram. saat Surya mengetahui masa lalu Carmel bahkan wanita itu telah memiliki anak, dan selama ini Carmel hanya memanfaatkannya. tanpa ragu Surya meninggalkan Carmel yang tengah hamil 6 bulan. Kini Bram kembali menyusun rencana menjual anak tirinya kepria kaya raya yang tak lain Seto. Flashback Off. Carmel bangun dari tidurnya, ia masih bisa melihat jelas Seto yang masih bertelanjang d**a. senyum miring tercetak jelas diwajah cantiknya. Jika saja bukan karena harta ia merasa enggan bercinta dengan Seto. apalagi sampai menghasilkan anak, tidak.. Carmel sangat tak ingin hamil lagi. baginya ia hanya memiliki satu anak yang begitu ia sayangi Cio. "Ahk.. kau sudah bangun sayang" Ucap Seto lembut sambil membelai pipi Carmel penuh gairah. "Kau sangat nikmat sayang, aku benar-benar tergila-gila padamu, katakan perhiasaan apa yang kau inginkan lagi" Seringai Seto menggoda. jelas saja itu bohong. Karena selama ini hanya perhiasaan imitasi yang ia berikan, Bram dan Carmel tidak tahu saja jika Seto adalah resedivis pemalsuan, jika hanya memalsukan berlian dan sebagainya hal itu sangat mudah bagi Seto. 'Mari kita lihat siapa yang menang dalam permainan ini' bathin Seto berucap. ---- "Mas.. ayok mas kita harus kerumah Ningsih, hari ini Leonard mau sunat" Teriak Bunga setelah menutup teleponnya, bayi 15 bulan itu mengalami ruam popok yang hebat sehingga dokter menyarankan sekalian saja menyunat Leo. dan Bunga merasa dirinya harus ada disamping sahabatnya itu. Bunga dan Ilham segera kerumah sakit, tentunya bersama gadis kecil mereka Syena. Bunga yang telah resign semenjak kehadiran Syena. baru kali ini lagi kembali ke daerah rumahnya yang dulu. ada perasaan takut bertemu orangtua kandung Nena. membuat Bunga selalu mendekap erat Nena. "Kamu yang sabaryah Ningsih" Ucap Bunga menguatkan Ningsih yang masih menangis mendapati putra kecilnya mesti disunat bahkan saat usianya 15 bulan. "Aku takut Bunga.." Balas Ningsih menyalurkan semua perasaannya. "Tenang saja, semua akan baik-baik saja. lihat mereka dokter yang ahli, aku yakin setelah ini Leo akan sehat" Tambah Bunga menenangkan. "Mana Genta?" Tanya Bunga yang tak melihat keberadaan Genta, suami Ningsih. "Haaah.. mas Genta bahkan tak pernah peduli dengan Leo, terkadang aku iri denganmu Bunga, Ilham selalu ada untukmu juga untuk Nena" Jujur Ningsih dengan air mata yang makin berlinang. "Jangan seperti itu Ningsih, Tuhan tentunya maha adil, mungkin dalam segi perhatian mas Ilham lebih utama, tapi kau punya Leo anak kandungmu, sehingga kau tak perlu merasa risau setiap kali." Sahut Bunga ada kegetiran yang mengelayuti hatinya. Ningsih hanya terdiam. Ia sadar setiap orang mempunyai masalahnya sendiri. kembali air mata menetes dipipi Bunga, ia menciumi Syena yang didekapannya dan memeluk erat. Bunga berjalan ke kantin rumah sakit demi menenangkan hatinya, sekalian mencari keberadaan Ilham yang lebih dulu pergi ke kantin. Beruntung tadi Ningsih telah ditemani oleh sanak keluarganya menunggu Leo yang tengah operasi sunat. saat Bunga berjalan dilorong rumah sakit tanpa sengaja ia menabrak seorang pria yang nampak terburu-buru. "Aahk.. maaf" sesal Surya yang nampak sibuk, hari ini mamanya baru saja masuk rumah sakit karena itu ia sangat panik sekarang. Bunga hanya mengangguk maklum seraya mendekap kembali Syena. Tinggi tubuh Surya membuat ia bisa melihat Syena yang didekapan Bunga. Tiba-tiba saja perasaannya merasa begitu akrab bayi kecil itu, seolah ia sudah begitu lama mengenalnya. "Ahk.. apa itu anak anda?" Tanyanya ragu, menghentikan langkah Bunga yang bergegas pergi tadi. Deg. Tiba-tiba saja pertanyaan Surya bagai sebuah sirene peringatan bahaya bagi Bunga. dengan tergesa ia berlari dari hadapan Surya tanpa mau menjawabnya. Syena yang didekapannyapun menjadi menangis karena pergerakkan ibunya itu. "Maaf nak.. maafin mama." Desisnya pelan setelah sampai dilorong yang tidak ada satupun orang yang lewat. untuk kali ini Bunga sama sekali tak ingin keluar dari tempat persembunyiannya. Netranya selalu setia berjaga-jaga. Ia tak mau lagi bertemu orang itu, semenjak mereka memutuskan menutupi masa lalu Syena, Bunga merasa perasaan bersalah dan takut kehilangan selalu mengelayuti hatinya. Jauh direlung hatinya sadar dengan kesalahan yang ia lakukan tapi ia juga tak mampu jika harus dipisahkan kembali dengan Syena. "Kita telepon ayahya" Ajak Bunga ke Syena yang mulai berhenti menangis. "Kamu dimana sih?! aku nyari kamu dari tadi" Omel Ilham saat baru mengangkat teleponnya. sejak tadi ia sudah mendial nomor Bunga tapi tidak juga dijawab oleh wanita itu. "A-aku.. dilorong 11 mas, deket kamar mayat" Bisik Bunga takut terdengar orang. "Apa!! Kamar mayat! Ngapain?!" Sungguh Ilham tak paham dengan istrinya. "Cepet Mas kesini saja entar aku jelasin" Putus Bunga cepat.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN