Selesai makan malam, Freya dan Adrian segera beranjak untuk pulang. Saat di dalam mobil Freya kelihatan sangat gelisah. Dia terus-terusan saja menggaruk lehernya sampai memerah.
"Kamu kenapa ?" tanya Adrian bingung
Bukannya menjawab pertanyaan Adrian, tampak Freya makin menjadi-jadi menggaruk lehernya.
"Rasanya panas sekali," ucap Freya hendak melepaskan pakaiannya yang segera ditahan oleh Adrian.
Adrian langsung paham pasti tadi minuman Freya telah dicampur obat perangsang. Jangan-jangan ini ulah mami atau Kakek.
Adrian sangat geram sekali. Maminya selalu punya berbagai macam cara agar segera memiliki cucu.
"Tahanlah dulu ucap Adrian berusaha konsentrasi, karena saat ini, ia membawa mobil lumayan kencang.
Freya mulai menangis tidak mengerti apa yang terjadi pada dirinya.
Mereka tiba dirumah, Karena kamar Adrian memiliki pintu khusus, maka ia bisa masuk tanpa perlu mengetuk pintu utama
Begitu selesai memarkir mobil di Garasi, Adrian segera menggendong Freya masuk ke dalam kamar. Saat ini ia sangat marah sekali, entah pada Mami atau pada Kakek. Freya memeluk Adrian dengan erat berusaha menahan keinginan yang makin menjadi-jadi.
Saat tiba di kamar, gadis itu makin beringas, berusaha untuk menanggalkan seluruh yang dikenakannya. Akhirnya Adrian membiarkannya dan berakhir dengan hanya memandangi Freya yang sekarang dalam keadaan polos.
Tiba-tiba saja Freya menarik Adrian agar mendekatinya. Dia lupa segalanya, ia mencium Adrian dengan kasar lalu mencopot kemeja yang dikenakan Adrian.
Sebagai laki-laki normal, dengan status Freya yang sah sebagai Istri. Bisa saja Adrian meminta Hak nya malam ini. Tapi itu tidak mungkin dilakukannya, mengingat Freya yang sedang tidak baik-baik saja. Akal sehat Freya sedang terbang, dan Adrian menginginkan akal sehat itu hadir saat dia meminta Hak nya sebagai seorang Suami.
Freya menangis lagi, dia benar-benar tersiksa. Bingung akan apa yang terjadi pada dirinya. Tanggannya hendak melepas gesper celana Adrian, tapi segera ditahan oleh Adrian karena dia tidak ingin terjadi sesuatu yang salah, walau saat ini sesuatu di bawahnya juga mengeras melihat Freya yang dalam keadaan polos.
Akhirnya Adrian mencium lembut bibir Freya. Dengan keahliannya sebagai laki-laki normal, ia membawa Freya terbang tinggi tanpa meninggalkan bercak merah di seprei. Tapi meninggalkan jejak merah tanda kepemilikannya di tubuh Freya.
Setelah mendapatkan yang diinginkannya, Freya jatuh tertidur. Adrian membelai lembut wajah cantik itu. Menyelimutinya, lalu ia sendiri segera beranjak ke kamar mandi, ia butuh air dingin saat ini.
Selesai mandi Adrian segera menuju ruang tengah, pasti Mami dan Juga Papinya belum tidur. Dan benar saja, pasangan yang tak lagi tua tetapi tetap kelihatan awet muda itu sedang duduk berduaan menonton televisi. Sesekali Maminya menyuap buah potong ke mulut Papinya.
"Ehmm …." Dehem Adrian sedikit keras.
"Loh nak … udah pulang ya ? Mana freya ?" tanya Mami Adrian memberondong karena tidak melihat menantu kesayangannya.
"Lagi tidur, kecapekan gara-gara Mami." Sindir Adrian pada Maminya.
"Kok gara-gara Mami sih … memang apa hubungannya ?" tanya Mami Adrian belum paham.
"Mami bersekongkol ya sama Kakek buat masukin obat perangsang ke minuman Freya saat dia makan malam sama Ian ?" tanya Adrian yang membuat Maminya kaget karena dituduh putranya, ia melirik pada suaminya memberi kode,yang hanya dibalas suaminya dengan mengangkat bahunya.
"Ih … kok nuduh Mami sih, kan Mami dirumah." Elak Mami Adrian belum mau mengaku padahal dia bersekongkol dengan Papanya yaitu Kakek Adrian mengirim sopir untuk memata-matai anak dan juga menantunya. Dan juga memberikan obat agar dimasukan dalam minuman Freya saat sudah memesan makanan. Kebetulan Restoran yang digunakan Adrian dan Freya makan milik teman Arisannya yaitu Mamanya Tara. Maka dengan mudah ia menjalankan aksinya. Wanita yang masih kelihatan cantik walau sudah mulau berumur itu hanya memberikan cengiran pada putranya.
"Tuh … benar kan, udah Ian duga ini kerjaan Mami sama Kakek," ucap Adrian dengan nada kesal, tapi ia tentu saja tidak bisa memarahi Maminya bisa-bisa ia bakalan babak belur dihajar Papinya.
"Kasihan Freya Mi …ian enggak suka cara Mami," ucap Adrian lagi melanjutkan.
"Adrian sama Freya enggak saling cinta Mi …Mami kok maksa banget sih," ucap Adrian lagi dengan wajah kesalnya.
"Habisnya gerak kamu lambat sih, Mami kan pingin cepat menimang cucu, ya kan Pi ?"
pertanyaan pembelaan diri dari Mami mendapat dukungan dari Papi
"Papi sama Mami dulu waktu nikah juga karena Terpaksa tapi bisa ada Kamu tuh sama Devan, awalnya enggak cinta juga kok," ucap Mami masih berusaha membela dirinya , sambil kembali melirik Papi. Yang dilirik hanya tersenyum dan mengangguk menyetujui semua perkataan Istrinya.
"Keinginan Mami baik, tapi cara yang Mami lakukan salah, Mami enggak mikir bagaimana Freya," Ucap Herman, Papi Adrian yang membuat istrinya langsung manyun, karena Suaminya yang mengangguk sedari tadi ternyata malah membela putranya.
"Tapi ada benarnya juga, karena Papi sama seperti halnya Mami, pingin segera punya cucu," ucap Herman lagi, yang kali ini berbalik mendukung Istrinya. Dia harus bersikap adil bukan.
Mami kembali tersenyum, karena Papi tidak menjatuhkannya walau di sisi lain, Papi tidak mendukung aksi nekatnya demi mendapatkan cucu.
"Papi sama Mami sama saja, pasti selalu begitu pantas saja cocok," ucap Adrian dengan wajah dibuat sekesal mungkin walaupun dia bahagia orang tuanya selalu saling mencintai, walau pernikahan mereka juga seperti dirinya. Pernikahan karena perjodohan dan juga paksaan.
"Kalau kita enggak cocok pasti gak balakan lahir anak Mami yang tampan kayak Devan dan kamu dong," ucap Mila, Mami Adrian sambil tersenyum mengejek Adrian.
"Makanya cepat kasih Mami sama Papi cucu, jadi Mami enggak bakalan ganggu kamu lagi deh." Mami tersenyum penuh kemenangan.
Adrian yang masih kesal segera pergi sebelum telinganya tambah panas mendengar keinginan Mami yang belum arau malah tidak akan dilakukannya.
Masih di dengarnya suara tawa Mami, yang memang senang sekali menggoda putra bungsunya itu.
Adrian segera masuk Kamar, mendapati Freya yang masih tidur dengan pulas. Selimutnya tersingkap memperlihatkan bagian terindah milik Freya. Otak cerdas Adrian kembali tumpul, ingin rasanya mendekat, toh mereka sudah menikah jadi tidak ada salahnya Adrian meminta haknya. Tapi segera ditepisnya pikiran itu, karena dia tidak ingin mengambilnya tanpa cinta.
Adrian segera mengambil Kemejanya untuk dipakaikan pada Freya. Jika besok pagi Freya sadar akan keadaan pada dirinya dan mulai mengamuk, maka akan dipikirkan jawaban yang terbaik untuk itu.