PART 5

1121 Kata
Freya terbangun dengan kepala yang masih berat. Dilihatnya Adrian tidak ada di samping. Sepertinya ia kesiangan. Dengan rasa malas, Freya menyibak selimut yang menutup tubuhnya. Netranya membola saat membuka melihat keadaan dirinya. Mengapa ia menggunakan kemeja Adrian ? dan kenapa ia tidak memakai dalaman ? Freya yang bingung segera bangun menuju kamar mandi. Ditanggalkannya kemeja milik Adrian dan melihat tubuh polosnya yang terdapat tanda kemerahan di beberapa bagian tubuhnya. Freya mulai menangis di bawah shower yang ia nyalakan. Ia tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Ia terduduk cukup lama dengan air mata yang terus berlinang. Keluar dari kamar mandi ia segera memakai pakaiannya lalu memyisir rambutnya sambil melamun ia butuh penjelasan dari Adrian. Selesai merias diri Freya keluar kamar. Di ruang tengah ada Mami Adrian, Freya tersenyum. "Loh sudah siap-siap mau ke Resto ?" tanya Mami Adrian menghampiri Freya yang hendak pergi. "Mhmm … iya Mi, Freya pamit dulu ya," ucap Freya lalu mencium tangan mertuanya. "Kamu belum sarapan lo nak, biar Mami ambilin sarapan ya sayang …," ucap Mertuanya dengan sayang. Freya bersyukur memiliki mertua yang sangat baik dan menyayanginya. "Enggak deh mi, Freya makan di Resto saja," ucap Freya lalu mencium pipi mertuanya dan melangkah pergi. Ia butuh penjelasan dari Adrian. Bukannya ke Resto,Freya malah melarikan mobilnya ke Rumah Sakit tempat Adrian Bekerja. Setelah beberapa saat berkendara ia akhirnya tiba, selesai memarkir mobilnya Freya segera melangkah masuk dan menanyakan dimana Ruangan Dokter Adrian. Setelah ditunjukan salah satu pegawai, Freya segera melangkah dengan cepat menuju ruangannya. Tanpa mengetuk lagi Freya segera masuk, pemandangan yang dilihatnya saat di dalam ruangan Adrian membuatnya cepat meminta maaf dan keluar. Didalam ruangan Adrian ada seorang wanita sedang memeluknya yang dibalas Adrian juga dengan sebuah pelukan. Terlihat sangat manis dan mesra sekali. Freya menanti di luar ruangan, begitu wanita itu keluar dari dan pergi Freya segera masuk ke dalam. Menatap Adrian seakan-akan ingin membunuhnya. "Maaf kalau aku mengganggu kemesraan kalian, aku hanya mau bertanya ada apa sebenarnya kenapa aku bangun pagi dalam keadaan kacau begitu ?" tanya Freya langsung tanpa basa-basi. Adrian menarik napasnya pelan lalu menceritakan semuanya pada Freya yang mendengarkan sambil mengepalkan tangannya. Ia sedikit kecewa mengapa mertuanya melakukan itu padanya. "Tapi kamu tenang saja, kamu masih perawan aku tidak mengambil kesempatan karena aku tahu kehormatanmu berharga untuk orang yang engkau cintai nanti," ucap Adrian menennagkan Freya yang dilihatnya teramat marah. "Terimakasih penjelasannya," ucap Freya dingin. "Satu hal lagi, jika ingin bermesraan dengan kekasihmu pastikan pintunya terkunci sehingga tidak terganggu," sindir Freya lalu melangkah pergi. Sungguh menyedihkan jadi dirinya tangis Freya dalam hati. Freya melangkah cepat menuju parkiran, masuk ke dalam mobil dan melamun sejenak. Ia mulai menangis pelan, suaminya sendiri bermesraan di depan matanya setelah tadi malam melihat tubuhnya. Tapi setidaknya ia lega Adrian tidak memanfaatkan kesempatan saat ia tidak sadar, jika ia jahat bisa saja saat ini dirinya sudah tidak perawan lagi. Dan wanita tadi pasti kekasih Adrian yang mungkin hatinya lebih terluka lagi saat Adrian menikah dengannya. Walau pernikahan mereka karena perjodohan. Memikirkan semua itu membuat Hati Freya sedikit lega. Segera dinyalakan mobilnya dan menjalankannya pelan-pelan menuju restoran. Kesibukannya di Restoran akan menghilangkan semua galau di hatinya. Tapi ia bertekat tidak akan pulang dulu ke rumah mertuanya sementara waktu. Sementara itu Adrian duduk termenung mengingat betapa marahnya Freya tadi. Dia juga terbawa suasana, Adrian merutuki dirinya sendiri. Apalagi Freya masuk dan sempat melihatnya berpelukan dengan Diana kekasihnya. Diana datang menemuinya dan seperti biasa ia mengatakan akan menanti Adrian bercerai dengan Freya karena Adrian sendiri yang menjanjikan kalau ia pada akhirnya akan bercerai dengan Freya. Adrian segera berdiri dan keluar ruangan. Lama-lama melamun bisa pecah kepalanya. Seandainya tidak ada kejadian semalam pasti ia masih bisa bersikap baik-baik saja dan bisa tetap jutek pada Freya. Jam sudah menunjukkan pukul 16.00 WIB waktunya pulang karena hari ini ia tidak ada jaga malam jadi segera Adrian melangkah menuju Parkiran mengambil mobilnya. Ia mengendarai mobilnya dengan pelan. Ia ingin tidur karena tadi malam ia tidur dalam keadaan yang tidak tenang. Dan selesai shalat subuh tadi ia langsung berangkat ke Rumah Sakit karena tidak ingin Freya melihatnya saat bangun. Adrian tiba dirumah dan langsung mandi, setelah itu ia rebahan sebentar sambil menanti maghrib, Freya belum pulang. Adrian terbangun saat Maminya membangunkannya karena sudah waktunya maghrib. Selesai shalat dan makan malam Freya masih belum pulang juga. Mami Adrian mulai khawatir dan meminta Adrian untuk menghubungi menantunya itu. Adrian menelepon beberapa kali tapi tidak ada jawaban. Menelepon ke rumah Freya juga istrinya itu tidak ada disana. Akhirnya ia mengeluarkan mobil dan pergi ke Restoran milik Freya. Lampu Restoran sudah mulai dipadamkan tanda akan tutup, Adrian masuk lewat pintu belakang dan menanyakan dimana Freya. Asisten Freya yang mengenali Adrian sebagai suami Freya memberitahu Adrian Kalau Freya ada di balkon atas. Adrian segera naik ke atas setelah mengucapkan terimakasih. Saat tiba di atas tampak Freya sedang berdiri menatap langit membelakangi pintu di belakangnya. "Frey … kita perlu bicara," ucap Adrian saat melihat Freya tidak terusik untuk melihat siapa yang datang. "Mau bicara apa lagi," ucap Freya tanpa membalikkan badannya karena ia tahu itu suara Adrian. "Biarkan aku sendiri untuk melupakan semua yang terjadi. Mengingat diriku yang tanpa sehelaipun busana di hadapanmu membuatku selalu malu untuk bertemu denganmu jadi pergilah …," ucap Freya berdiri membelakangi Adrian enggan melihat Adrian. "Maafkan aku, saat itu harusnya aku meninggalkanmu di kamar, tapi engkau yang sedang tidak sadar memeluk dan menarikku dengan sangat kuat apalagi melihatmu menangis begitu aku bingung aku tidak bisa berpikir apapun lagi saat itu," jelas Adrian yang sudah berdiri di samping Freya. "Aku tidak menyalahkanmu, harusnya aku berterimakasih padamu. Tolong jangan dibahas lagi dan mari lupakan, mengingatnya membuatku malu. Di bawah pengaruh obat pasti aku agresif sekali padamu," ucap Freya sambil menutup mukanya dengan tangannya. Adrian ingin memeluknya tapi ditahannya, ia akhirnya mengusap lembut rambut Freya menenangkan istrinya itu. "Wajar jika engkau agresif, sudahlah mari kita pulang Mami khawatir dan belum makan karena beliau merasa bersalah padamu," ucap Adrian mengajak Freya pulang. Freya langsung membalikkan badannya karena mendengar mertuanya mengkhawatirkannya. Mau tidak mau ia harus pulang karena tidak ingin mertuanya itu jatuh sakit. "Oya, kamu boleh menjalin kasih dengan kekasihmu, tapi usahakan Orang Tuaku, Orang Tuamu dan juga kakek jangan sampai tahu karena mereka pasti akan sangat kecewa," ucap Freya sambil memandang Adrian. "Namanya Diana, kami saling mencintai dan aku berjanji padanya kalau pernikahan kita pada akhirnya akan berakhir, jadi terimakasih engkau memahami keadaannku," ucap Adrian yang dibalas senyum manis Freya. "Ayo pulang, Mami pasti sudah menunggu dengan khawatir," ucap Adrian yang dibalas anggukan Freya. Gagal deh rencana Freya untuk enggak pulang. Mereka berdua berjalan beriringan. Freya pamit pada Asistennya dan langsung mengikuti Adrian masuk ke dalam mobil. Tidak ada yang berbicara mereka berdua tenggelam dalam pikiran masing-masing tentang hubungan yang entah bagaimana kedepannya, bagaimana menjalankannya tanpa adanya cinta.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN