Bab 15. (Suara Gagak Pembawa Pesan Kematian)

1032 Kata
    Malam pun menjelang langit Jakarta. Gelap pun tercipta di langit. Di rumah orang tuanya Bella. Tampak ibunya Bella sedang menonton tayangan sinetron favoritnya di televisi, sembari menunggu kehadiran Bella pulang dari kampusnya. Yang tumben-tumbennya belum pulang ke rumahnya. Padahal jam dinding sudah menunjukan pukul 7 malam. Waktu yang cukup larut, bagi seorang mahasiswi untuk mengikuti sebuah mata kuliah.     Ibunya Bella tak begitu khawatir tentang keberadaan Bella saat ini. Karena sore tadi Bella memberitahu dirinya lewat WA. Jika dirinya akan pulang lebih malam dari biasanya. Karena ada acara ulang tahun temannya.     Padahal Bella sedang karoke bersama teman-temannya. Setelah itu jalan-jalan untuk menikmati malam Jakarta. Bagi Bella tak apalah membohongi ibunya, untuk kali ini saja. Dan mungkin ini untuk yang terakhir kalinya.     Waktu pun terus berlalu. Hingga akhirnya acara karoke mereka usai juga. Mereka pun pulang.     Bella dan Mimi akhirnya memisahkan diri dari Wisnu, yang mengendarai motor, dengan tujuan yang berbeda.     Mimi merasakan ada aura berbeda yang keluar dari tubuh Bella. Tetapi gadis berkacamata tebal itu. Tak tahu, aura macam apa yang ia rasakan itu.     Bella terus memboncengi Mimi. Hingga hampir tiba di rumahnya.     "Bell, gue ngerasa aura lo berbeda hari ini," ungkap Mimi mengungkapkan apa yang ia rasa itu terhadap sahabatnya itu.     "Maksud lo bagaimana?" tanya Bella dengan penuh penasarannya.     "Ya, berbeda aja aura lo. Seperti orang yang begitu bahagia, seakan bahagia yang ada di dalam hati lo keluar semua untuk yang terakhir kalinya," jelas Mimi, melihat rumahnya mulai kelihatan.     "Ah, jangan ngaco lo. Udah, jangan ngomong yang aneh-aneh. Kita sudah sampai di rumah lo," sahut Bella, lalu menghentikan laju motornya, tepat di depan rumah Mimi.     Gadis berkacamata tebal itu. Lalu turun dari Motor Bella.     "Terima kasih ya, atas tumpangannya," ucap Mimi, tersenyum manis kepada Bella.     "Iya, cantik ...," sahut Bella, lalu melajukan motornya. Meninggalkan Mimi, yang akhirnya masuk ke dalam rumahnya.     "Benar juga kata Mimi, aku merasa sangat bahagia hari ini. Entah kenapa?" kata Bella, di dalam hatinya. Dengan tatapan fokus ke arah jalan raya.     "Tapi kenapa, bau bunga melati ini tak hilang? Bukannya Mimi yang memakai parfum seperti ini tadi?" tanya Bella di dalam hatinya. Mengira Mimi memakai parfum bunga melati hari ini. Padahal Mimi tak suka memakai parfum selama ini.     "Mau telepon Mimi, tapi hpku drop sama sekali," ucap Bella di dalam hatinya, dengan tetap fokus dengan motornya, untuk pulang.     "Lebih baik, aku mempercepat motor ini. Pasti ibu sudah menungguku," Bella pun mempercepat laju motornya, di jalanan Jakarta yang telah sepi oleh kendaraan bermotor.     Jarum jam terus berputar dengan pasti. Hingga menunjukan pukul 9 malam. Ayahnya Bella pun telah pulang dari tempatnya bekerja. Tetapi Bella belum juga pulang. Sehingga membuat pasangan suami-istri itu khawatir terhadap keadaan putri semata wayang mereka itu.      Ayahnya Bella lalu menelepon nomor ponsel putri kesayangannya itu. Namun nomor ponsel yang dipakai Bella tak aktif sama sekali. Yang membuat mereka berdua benar-benar merasa khawatir bukan main, dengan anak semata wayang mereka itu.      Ibunya Bella lalu menghubungi nomor ponselnya Mimi. Yang mereka ketahui sebagai teman terdekat putri mereka. Akan tetapi, Mimi tak tahu sama sekali tentang keberadaan Bella saat ini. Karena ia tak masuk kuliah tadi. Penjelasan dari Mimi yang sebenarnya sebuah dusta, yang dipinta oleh Bella. Karena Bella tak ingin orang tuanya tahu, sedang apa dan di mana dirinya saat ini.      Pernyataan dari Mimi itu. Semakin membuat mereka khawatir dan pusing tujuh keliling memikirkan keberadaan Bella saat ini.     Mereka berdua sangat khawatir terjadi apa-apa dengan anak semata wayang mereka itu. "Keak ..! keak ...!"      Suara burung gagak tiba-tiba terdengar di telinga mereka berdua. Hingga membuat kedua orang tua Bella bertambah khawatir. Karena mereka percaya. Burung gagak itu sedang membawa kabar kematian untuk warga di mana mereka tinggal.      Dan pasangan suami-istri berharap. Burung gagak itu, bukan membawa kabar kematian untuk anak semata wayang mereka itu.     "Pa, jangan-jangan burung gagak itu membawa kabar kematian Bella?" gusar ibunya Bella dengan penuh kecemasannya.     "Jangan berkata sembarangan Ma. Nanti ucapan kamu itu menjadi doa," sahut ayahnya Bella. Tak kalah khawatir dari istrinya itu. Namun coba untuk ia tutupi.     Mereka berdua lalu saling terdiam hingga suara burung gagak itu menjauh dan menghilang dari area rumah mereka.      "Tuhan, jauhkanlah Bella dari marabahaya yang mengancamnya," doa ibunya Bella dengan penuh kekhawatirannya sebagai seorang ibu yang telah mengandung Bella selama 9 bulan lebih. Hingga ia pun memiliki ikatan yang kuat kepada putri kesayangannya itu, daripada suaminya.           Mereka berdua kembali saling terdiam. Walaupun duduk pada sofa yang sama. Jarum jam terus berputar, hingga menunjukan pukul 10 malam. Terdengar dari luar rumah mereka, suara motor Bella di telinga mereka.      Mendengar suara motor yang sangat mereka kenal itu. Mereka berdua pun saling tersenyum dengan perasaan yang lega. Karena anak kesayangan mereka telah kembali dengan selamat. Suara burung gagak itu bukan membawa kamar kematian untuk puteri mereka itu.     "Ma, aku ke depan dulu ...," kata ayahnya Bella, lalu melangkahkan kakinya menuju ke depan rumahnya. Untuk membuka pagar rumah mereka, agar motor Bella dapat masuk ke rumah mereka.     Setibanya di depan pintu rumahnya itu. Ia lalu membuka pintu pagar itu dengan lebarnya. Agar Bella bersama motor maticnya dapat masuk ke dalam halaman rumah itu.      Setelah Bella masuk dan memarkirkan motornya ke dalam garasinya. Ayahnya Bella lalu menutup dan mengunci pagar rumah itu kembali. Ayah dan anak itu, lalu berjalan secara beriringan, masuk ke dalam rumah mereka.      "Akhirnya kamu pulang juga, Bell," ucap ayahnya Bella.     "Iya Yah. Maafin Bella ya, Ayah sama Ibu jadi khawatir," ujar Bella, tersenyum ke arah ayahnya yang telah duduk bersama ibunya kembali.     Tampak wajah Bella begitu letih. Hingga ia pun tak berniat sama sekali untuk menemui kedua orang tuanya menonton televisi, seperti biasanya. Hingga larut malam.     Kedua orang tuanya tahu. Jika Bella sedang letih. Hingga mereka berdua pun tak ingin mengganggu Bella dengan banyak pertanyaan. Yang langsung saja masuk ke dalam kamarnya. Dan menguncinya rapat-rapat.     Di dalam kamarnya Bella, langsung saja menaruh tas punggungnya di tempat tidurnya. Gadis itu lalu mencari charger, untuk mencharger gawainya yang benar-benar drop. Dan lupa ia bawa tadi.      Setelah menemukan ia pun langsung mencolokannya ke colokan sambungan. Bella lalu mengambil ponselnya dari saku celananya. Lalu mencolokan kabel usb type c nya ke port ponselnya.     Bella lalu menuju ke dalam kamar mandi yang ada di dalam kamarnya itu untuk mandi. Membersihkan tubuhnya, yang ia rasakan sangat lengket. Karena aktifitas seharian yang ia lakukan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN