Bab 16. (Bella Didatangi Dewa Kartu)

1051 Kata
    Tak berapa lama kemudian. Bella pun keluar dari dalam kamar mandi dengan hanya memakai handuk saja. Gadis itu lalu mengambil daster yang ada di dalam lemari pakaiannya. Yang segera ia kenakan.       Setelah itu, dirinya pun lalu menuju ke arah ponselnya yang sedang di charger. Dengan kemampuan super fast charger nya. Ponsel Bella pun sudah terisi 30% saat ditinggal mandi.      Bella lalu mencabut gawainya itu dari kabel chargerannya. Gadis itu lalu mengaktifkan ponselnya, dengan menekan tombol power ponselnya.           Ponselnya pun segera aktif, dengan waktu yang singkat. Bella langsung saja, menelepon Mimi. Untuk menanyakan pertanyaan yang mengganjal di hatinya.          Semenit tak ada jawaban. Hingga dimenit kedua. Mimi baru mengangkat telepon dari sahabatnya itu.          "Halo, ada apa Bell. Telepon gue?" tanya Mimi dihubungan seluler itu.          "Gue mau nanya, tapi lo jangan marah ya?" ujar Bella, dengan nada lembut.          "Tinggal nanya aja. Kayak sama siapa aja," sahut Mimi.          "Lo tadi pakai parfum bunga melati engga?" tanya Bella, dengan penuh kehati-hatiannya kepada Mimi.      "Engga. Lo tahu sendirikan. Selama ini gue engga suka pakai parfum," jawab Mimi apa adanya.     Bella terdiam disambungan telepon itu. Pikirannya pun bermain dengan sendirinya.          "Benar juga, Mimi tak pernah memakai parfum selama ini," kata hati Bella pun berbicara.          Bella tetap terdiam disambungan seluler itu. Hingga Mimi pun berbicara kembali.          "Memang ada apa sih, Bell. Nanya gue kayak gitu?" tanya Mimi dengan penuh selidik kepada Bella.      "Engga, gue cuma nyium tadi pas gue anterin lo pulang. Gue nyium bau bunga melati. Gue kira, itu parfum lo. Sori ya, udah menuduh lo ...," tutur Bella merasa bersalah kepada sahabatnya itu.           Padahal Mimi tak merasa tersinggung sama sekali.          "Santai saja Bell. Tapi gue malah penasaran dengan wangi bunga melati itu. Gue engga menciumnya sama sekali, sumpah," ucap Mimi dengan polosnya.          "Mungkin gue yang salah cium," timpal Bella.          "Gue malah berpikiran. Itu pertanda lo mau di datangi Dewa Kartu, untuk mengabulkan permintaan lo," kelakar Mimi pun keluar dari dalam dirinya.          "Jangan ngaco!" bantah Bella, dengan kerasnya.          "Ya, siapa tahu aja," lanjut Mimi.          "Ya, udah Mi. Gue mau tidur," ucap Bella, lalu menguap, yang terdengar jelas di pendengaran Mimi.      "Ya, udah selamat mimpi indah," Mimi pun lalu memutuskan hubungan telepon itu.          Bella lalu mencharger ponselnya kembali. Gadis itu pun lalu membaringkan dirinya di tempat tidurnya, dengan pikiran yang masih menerawang dengan bau bunga melati, yang hanya ia cium sendiri.          "Apa benar perkataan Mimi. Kalau bau bunga melati itu, adalah pertanda akan datangnya Dewa Kartu, yang akan menemuiku?" tanya Bella di dalam hatinya. Dengan penasaran yang begitu dalam di hatinya.      "Ah, bodo amat. Lebih baik, aku tidur saja," kata Bella, lalu memejamkan sepasang matanya. Dan lalu tertidur dengan lelapnya. Dengan keadaan lampu yang menyala terang. ***         Malam terus merajut langit, tak terasa jarum jam telah menunjukan pukul 2 pagi. Malam terasa begitu sepi di rumah Bella. Namun keheningan itu buyar, ketika suara burung gagak yang dipercaya sebagai pembawa berita kematian oleh masyarakat terdengar di rumah itu.           Akan tetapi suara burung gagak itu, seakan hanya didengar oleh Bella. Hingga hanyalah Bella yang terbangun dari tidurnya. Padahal tidur Bella begitu pulas. Namun suara burung gagak itu begitu keras terdengar di sepasang telinganya. Hingga mampu menarik jiwanya keluar dari alam mimpinya.          Gadis berhidung pesek itu, lalu membuka sepasang matanya itu. Dengan posisi tetap berbaring, terlentang di peraduannya.          "Suara burung ini, suara dari burung pembawa pesan kematian ...," kata Bella di dalam hatinya. Memastikan jika suara itu adalah suara burung gagak yang entah berada di mana keberadaannya.     Burung yang terkesan mistis itu oleh masyarakat. Memang aneh, suaranya terdengar begitu jelas. Tetapi sosoknya sangat sulit untuk ditemukan. Seperti burung gaib, yang seakan menjelma menjadi sebuah mitos di masyarakat.          Bella lalu bangkit dari tidurnya, dan duduk di atas ranjang kayunya. Gadis berhidung pesek itu terus mendengarkan suara burung gagak yang semakin terdengar lemah dan akhirnya menghilang di pendengarnya. Yang membuat dirinya sedikit lega. Paling tidak suara burung gagak itu, tak membawa pesan kematian untuk penghuni rumah itu.          Setelah suara burung gagak itu menghilang dari telinganya sama sekali. Bella berniat untuk tidur kembali di dalam kamarnya yang terang itu.           Akan tetapi tiba-tiba saja. Ia mendengar suara lelaki dewasa tanpa wujud. Yang sebenarnya sudah ia kenal, akan tetapi gadis itu lupa. Pernah mendengar suara itu di mana.          "Bella ..., kau jangan tidur lagi," ucap suara gaib tanpa wujud yang membuat Bella terkejut. Karena ia tak tahu suara misterius yang hanya didengar oleh dirinya itu.           Bella hanya terdiam. Hingga suara gaib tanpa wujud itu bersuara kembali.       "Aku Dewa Kartu. Aku datang untuk mengabulkan keinginan terdalam di hatimu," sahut suara gaib yang mengaku sebagai Dewa Kartu.           Mendengar jawaban itu. Bella menjadi teringat tentang ritual gaib yang ia lakukan bersama teman-temannya beberapa waktu yang lalu. Ada perasaan senang bercampur bingung. Walaupun ada perasaan takut juga, mendengar suara dari dunia gaib. Yang hanya didengar oleh dirinya sendiri.          Bella senang karena apa pun permintaannya akan dikabulkan oleh Dewa Kartu. Namun ia bingung, permintaan apa yang harus ia minta kepada makhluk gaib itu. Karena ia belum memikirkan sama sekali, kepada makhluk gaib penghuni buku 'Perjanjian Kartu' itu.        Bella pun terus terdiam. Hingga suara tanpa wujud itu berkata kembali.          "Apa permintaanmu, Bella?" Bella pun tersentak mendengar suara itu.          "Aku bingung ...," sahut Bella lirih, mengungkapkan kebingungannya itu.          "Jika kau bingung, biarlah kartumu yang akan membantu ...," kata makhluk gaib itu.         Tiba-tiba saja satu jengkal di depan wajah Bella. Muncullah kartu seukuran kartu remi, yang merupakan kartu bergambar iblis bertanduk enam yang terdapat darah dan bertuliskan namanya.       Bella menatap kartu itu dengan mata tajamnya. Di kartu itu, ia lihat gambaran dirinya yang berhidung mancung. Yang membuat Bella menjadi teringat tentang keinginan terdalam dirinya. Jika dirinya menginginkan hidungnya yang pesek menjadi mancung.           Demi keinginannya itu selama ini. Sebelum tidur, ia menjepit hidungnya yang sangat pesek dengan jepitan pakaian, dengan harapan saat dirinya terbangun. Hidungnya akan sedikit mancung. Yang merupakan sebuah harapan yang konyol.          Namun harapan tinggallah harapan, hidungnya tetap saja pesek. Walaupun ia melakukannya setiap malam. Kecuali malam ini, ia lupa melakukannya. Karena Bella merasakan lelah yang begitu hebat melanda dirinya. Karena padatnya aktifitas yang ia lakukan bersama teman-temannya itu.          "Sekarang apa permintaanmu?" tanya Dewa Kartu kembali. Yang langsung dijawab dengan tegas oleh gadis berhidung pesek itu.          "Aku ingin hidungku mancung," jawab Bella.          "Jika begitu, aku akan segera mengabulkan permintaanmu ...," sahut Dewa Sihir dengan suara yang sangat menyeramkan.          Bella hanya terdiam, tak merespon perkataan dari Dewa Kartu. Seakan ingin meresapi malam yang semakin melarut.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN