Bab 6. (Rencana Melakukan Ritual Gaib)

1157 Kata
Varel lalu melangkahkan kakinya keluar dalam kamar itu. Setelah keluar dari dalam kamarnya. Varel lalu menghubungi temannya satu persatu dengan ponselnya itu. Akan tetapi hanya Wisnu dan Erin yang menyanggupi akan datang hari itu juga ke rumahnya. Sedangkan Janu, Bella dan Mimi tak bisa datang ke rumah Varel hari ini, karena kesibukan mereka masing-masing. Namun mereka berjanji akan datang ke rumah Varel besok hari. Karena mereka tertarik dengan penjelasan Varel. Dengan ritual gaib yang dapat mengabulkan keinginan terdalam mereka. Yang mungkin hanya tersimpan di relung hati terdalam mereka masing-masing. Varel benar-benar seperti seorang sales profesional saja. Bisa mengajak teman-temannya dengan mudahnya. 30 menit telah berlalu. Varel sengaja membuka pintu pagar rumahnya lebar-lebar. Untuk menunggu kehadiran Wisnu dan Erin. Hingga akhirnya datanglah Wisnu yang membonceng Erin dengan mogenya (motor gedenya). Wisnu langsung memasuki motornya ke halaman rumah Varel, dan memarkirkannya di tempat itu juga. Wisnu dan Erin lalu membuka helmnya secara bersamaan. Lalu menentengnya, dan menaruhnya di kursi yang ada di ruang tamu rumah Varel. Yang sedang menunggunya dari tadi. Wisnu berwajah seperti orang Pakistan dengan kulit sawo matang. Dan berambut hitam lurus sebahu yang ia kuncir dengan karet gelang. Tubuhnya atletis yang dibalut oleh jaket kulit yang dipadu dengan celana jeans. Sedangkan Erin berwajah seperti orang Taiwan dengan tubuh mungil. Dengan rambut keriting panjang. "Rel, mana si Zacky?" tanya Wisnu, dengan mata elang menjelajahi tempat itu, mencari keberadaan Zacky. "Biasa molor ...," sahut Varel, lalu melangkahkan kaki menuju kamarnya. Yang dikuti oleh Wisnu dan Erin dari belakang. Hanya beberapa langkah, mereka bertiga melangkahkan kakinya. Hingga tiba di dalam kamar Varel. Di dalam kamar itu. Mereka bertiga melihat Zacky sedang tertidur dengan posisi terlentang. Nampak buku misterius yang tadi dibacanya pun. Kini tertindih dibalik badannya. Varel lalu duduk bersila di samping pundak kiri Zacky. Sedangkan Erin di samping pundak kanan Zacky. Dan Wisnu di duduk di samping Erin. "Ky, bangun!" ujar Wisnu dengan suara yang agak keras diiringi dengan tepukan tangan kanan ke arah pundak kanan Zacky. Namun Zacky tetap saja tertidur dengan pulas nya. Seakan apa yang sudah dilakukan oleh Wisnu tak berarti sama sekali bagi dirinya. "Dasar kebluk!" kata Wisnu dengan penuh kekesalannya. terhadap Zacky. Melihat kekesalan kekasihnya itu. Akhirnya Erin pun angkat bicara, untuk meredam kekesalan Wisnu. "Biar gue aja yang membangunkan Zacky. Karena hanya gue. yang tahu. Bagaimana caranya membangunkan Zacky secara cepat," kata Erin, lalu melepas senyumnya. Erin lalu memegang bagian bawah rambut keritingnya. Yang segera ia sentuh kan ke arah wajah Zacky. Lalu tertawa dengan suara seperti suara kuntilanak. Yang membuat orang yang mendengarnya di tengah malam, pasti merinding. Entah karena sentuhan rambut keritingnya itu. Atau karena tawanya Erin, yang seperti suara kuntilanak itu. Zacky tiba-tiba saja terbangun dan membuka kedua matanya. Dengan tatapan mata langsung ke wajah Erin yang tampak tersenyum manis ke arah Zacky. "Erin?" ujar Zacky dengan nada penuh keheranannya. Lalu bangkit dan duduk bersila di lantai kamar itu. Melihat Erin tampak mesra dengan Zacky, yang merupakan mantan kekasih Erin di masa SMA mereka. Wisnu pun cemburu bukan main. "Ky, engga perlu sok terkejut seperti itu. Melihat Erin, seperti baru pertama kali ketemu aja. Ingat, sekarang Erin pacar gue. Bukan pacar lo lagi," kata Wisnu, dengan nada yang ketus kepada Zacky. "Iya gue tahu .... Tadi gue lupa. Gue kira Erin masih pacar gue," timpal Zacky, lalu tertawa terkekeh-kekeh. Seakan orang yang tak memiliki dosa atas perkataannya itu. "Mimpi!" teriak Wisnu, dengan menunjuk ke arah Zacky yang tetap saja tertawa. "Sudahlah kalian berdua jangan ribut!" sambung Varel, lalu mengambil buku misterius yang kini ada di samping Zacky. "Lo sama Erin, mending lihat buku ini dulu," Varel memberikan buku misterius itu kepada Wisnu yang segera mengambilnya. Saat ia melihat sampul buku misterius itu. Ia pun terkejut, karena melihat sosok yang sangat mirip dengan wajah dirinya. Erin pun begitu, sama terkejutnya dengan Wisnu. Ia malah mengira wajah dalam kartu itu, adalah wajah Wisnu. "Wis, itu bukannya lo?" tanya Erin kepada Wisnu, dengan penuh selidik. "Bukan kali ..., masih gantengan gue," timpal Wisnu dengan penuh percaya dirinya. Sembari membuka lembar demi lembaran halaman buku itu. "Tapi, masih gantengan gue kali," sambung Zacky, seakan tak mau kalah dari Wisnu. "Tapi tetap saja, lo yang kalah ...," sindir Wisnu kepada Zacky. Zacky tak menanggapi sindiran dari Wisnu, yang ia pahami maksudnya itu. Wisnu terus membuka halaman per halaman buku itu. Yang dilihat pula oleh Erin. Ada mimik keheranan di wajah Wisnu hingga ia mengerutkan dahinya. Ketika membaca halaman ke 13. Yang merupakan halaman terakhir dari buku dari dunia gaib itu. "Ini aneh, kenapa di halaman terakhir dari buku ini. Seakan ada kalimat yang hilang?" tutur Wisnu, entah sedang berbicara kepada siapa. "Maksud lo apa sih, Wis?" tanya Zacky kepada Wisnu. "Coba lo baca sendiri halaman terakhir, yang hanya ada setengah halaman," Wisnu lalu menyerahkan buku yang masih terbuka itu kepada Zacky yang segera melihat. Halaman 13 yang dimaksud oleh Wisnu. Yang segera melanjutkan perkataannya kembali. "Seharusnya disitu tertulis. konsekuensi dari permintaan kita yang sudah dikabulkan. Tapi kenapa ini, tidak ada?" jelas Wisnu. Atas persepsinya itu. "Lo, cuma membuat rumit aja Wis. Ya sudah begini aja. Lo mau ikut apa engga? Kalau engga, gue akan mencari orang lain. Biar genap 7 orang," kata Zacky dengan tegasnya kepada Wisnu, lalu menutup buku itu. Dan menaruhnya kembali di lantai. Wisnu terdiam mendengar perkataan dari Zacky itu. Ia lalu bertanya kepada Erin. Untuk mengambil keputusan mau ikut tidaknya dirinya dalam melakukan ritual gaib itu. "Rin, Lo mau ikut engga?" tanya Wisnu. "Mau," jawab Erin mantap. "Lo, mau ikut. Jangan-jangan cuma mau dekat sama si Zacky lagi?" tanya Wisnu dengan rasa cemburunya. "Enggak. Gue ikut, cuma berharap. Apa yang gue inginkan selama ini, bisa terkabul," jawab Erin, dengan penuh kejujurannya. "Yakin hanya itu?" tanya Zacky dengan penuh selidik kepada kekasihnya itu. "Iya, hanya itu," sahut Erin dengan sedikit kesal kepada Wisnu, yang seakan tak mempercayai perkataannya itu. "Wisnu, Wisnu .... Lo masih aja cemburu sama gue. Sekarang bagaimana keputusan lo. Mau ikut, apa engga?" tanya Zacky yang langsung dijawab oleh Wisnu. "Karena Erin ikut, gue juga pastinya ikut juga lah," jawab Wisnu dengan entengnya. "Dasar engga punya pendirian lo, Wisnu stres!" kata Zacky, mulai meledek Wisnu kembali. "Yang penting gue setia, Zacky gila," timpal Wisnu. Lalu berdiri, dan mengajak Erin untuk pergi. "Rin, kita pulang yu ...," ajak Wisnu kepada Erin. "Nanti aja sih," tolak Erin dengan suara yang lembut. "Bilang aja lo masih kangen sama Zacky," kata Wisnu dengan penuh rasa cemburunya itu. "Enggak," tepis Erin, atas perkataan kekasihnya itu. "Kalau enggak, cepat ikut gue pulang. Atau gue tinggal lo di sini," ancam Wisnu lalu melangkahkan kakinya meninggalkan kamar Varel. Mau tak mau Erin pun bangkit meninggalkan kamar Varel, untuk menyusul Wisnu. Tanpa berkata sepatah kata pun lagi kepada Zacky maupun Varel. "Sekarang kita ngepain Ky?" tanya Varel. "Molor!" jawab Zacky, lalu membaringkan tubuhnya kembali di lantai kamar itu. "Kalau gue mah, lebih baik makan!" kata Varel lalu berdiri meninggalkan kamar itu. Meninggalkan Zacky yang sudah terlelap dengan pulasnya kembali. Untuk mencari makanan yang ada di rumah itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN