10.TERTANGKAP BASAH

1453 Kata
“Aku berangkat duluan, Mas!” ucap Rista bergegas membawa tas-tas tangan berisi perlengkapan bekerjanya itu. Suara pintu segera terbuka dan tertutup terdengar hingga ke kamar dimana Artha masih tidur dengan pintu terbuka lebar. Artha berdeham membuka matanya malas lalu meraba ponselnya melihat waktu sudah pukul enam lewat. Selalu seperti ini dia di tinggal Rista pergi lebih duluan, Rista punya jadwal pagi dan berangkat cepat agar tidak terperan kemacetan selain itu dia cukup sangat disiplin waktu. Artha melihat ke luar jendela dimana langit sedikit menurunkan rintik-rintiknya, udara dingin menyapu permukaan kulit di tambah pendingin udara yang cukup minus favorit Rista. Naluri laki-laki perlahan muncul di saat-saat seperti ini ingin sekali bercinta atau menunda kemana-mana hanya berduaan di dalam selimut sambil menghangatkan satu sama lain. Sialnya itu sudah jarang sekali terjadi kecuali saat-saat pertama kali pernikahan atau saat Rista sedang mendapatkan angin baik. Tadi malam juga gagal dimana Rista malah ketiduran saat Artha selesai mandi membuat mereka gagal melakukannya. Terkadang Artha berfikir apakah hal seperti ini biasa terjadi dirumah tangga lain yang keduanya bekerja. Atau apakah keinginan-keinginanya ini sebab dia hypersexx? Tidak, Artha rasa dia biasa saja jika dia hyper tidak mungkin bertahan berminggu-minggu tidak melakukannya apa lagi pernah sampai berbulan-bulan seperti setelah Rista keguguran. Selain itu Artha juga tidak pernah tertarik dengan perempuan lain, tidak pernah membayangkannya apa lagi berfantasi. Artha terlalu muak meratapi dirinya yang setiap hari seperti seorang lajang, bangun sendiri, menyiapkan pakai sendiri lalu sarapan sendiri. Sebelum mandi Artha membuka benda pipihnya membaca jadwal harian yang di kirimkan Galih asisten sekaligus orang kepercayaannya itu. Galih membuat jadwal meeting dengan seorang klien dari luar negeri di pukul sembilan malam, Galih sangat bisa diandalkan itu adalah waktu nanti untuk dia bertemu dengan Nadi. Setelah berpakaian rapi dan bersiap-siap berangkat ke kantor Artha membawa kotak salad yang di siapkan Rista untuk sarapan suaminya itu diatas meja. Entah kenapa jika memakan salad sayuran dengan dressing olive oil Artha merasa sering masuk angin dan perutnya tidak nyaman jadi dia memberikan itu pada Galih nanti yang seperti biasa akan menyupiri dia saat ke kantor. Pria dengan setelan rapi itu bergegas turun dari unitnya sesekali dia menyukai rambutnya memastikan sudah cukup rapi. Tepat di depan pintu masuk utama Galih datang dengan tepat waktu lalu Artha segera masuk ke dalam mobil. "Selamat pagi bos!" “Pagi Galih, Ini Sarapan untukmu, minta Silvia pesankan kopi dan roti untukku.” Perintah Artha agar Galih menghubungi sekretarisnya itu. “Baik Bos.” “Hemm thanks sudah membantu beberapa kemarin, kau pasti penasaran siapa dia dan pasti menduga-duga adalah selingkuhanku. Dia adalah Nadi teman kecilku, dia dan aku berteman sejak aku berusia delapan tahun dan dia berusia lima tahun. Sesuatu yang buruk terjadi padanya lalu dia menghilang ah masih panjang ceritanya kurasa tidak akan habis.” Galih menganggukan kepalanya dia sangat memahami bosnya ini, kemarin dia memang berfikir Artha sedang tertarik dengan perempuan lain. Galih yang sangat dekat dengan Artha dan tahu persoalan rumah tangga Artha dan Rista entah kenapa hatinya memaklumi itu karena terkadang dia merasa kasihan dengan bosnya itu, orang lain hanya melihat sebuah kesempurnaan pada rumah tangga Artha juga Rista tidak tahu aslinya seperti apa. “Hari ini ibu Rista saya periksa juga ada jadwal bersama dinsos jam tujuh malam Pak, saya rasa tidak akan ada kesalahpahaman nanti jika bapak pulang lama.” “Oh ya? Baiklah thanks Galih apapun itu aku percayakan kepadamu.” Mobil yang di kemudikan Galih pun melaju pergi meninggalkan apartemen Artha itu, di tempat duduknya Artha mengamati jalanan membayangkan bagaimana nanti wajah Nadi saat dia menangkap basah wanita di tempat bekerjanya sebagai seorang penghibur. Artha sudah membayangkan bagaimana kostum Nadi saat tampil sebagai seorang disc jokey pasti sangat seksi dan terbuka dia lalu menjadi sorotan semua mata laki-laki. Nafas Artha terlihat berhembus gusar menyesali sikap Nadi yang memilih pekerjaan seperti itu lalu, kemudian di luar itu Nadi juga menjadi seorang yang menemani laki-laki untuk berkencan seperti yang Artha dapatkan fotonya itu. "Apa yang kau cari Nadi." Artha mendengakus kesal. *** Beberapa jam berlalu. Di kursi kebesarannya setelah menjalani aktivitasnya sebagai pimpinan seperti biasa dia sejenak duduk untuk bersantai, Artha tidak sabar sekali waktu bergerak cepat hingga di malam hari, fokusnya terusik oleh bayangan Nadi yang lagi dan lagi masih mengganggu isi kepalanya. Nadi tidak pernah seacuh itu, dia tidak pernah membuat Artha sekhawatir ini, Nadi selalu memberi Artha rasa tenang dan tidak pernah membuat dia merasakan kesepian. “Pak Artha mobil sudah siap, bapak akan makan siang dan akan melakukan pertemuan dengan para investor dari Hongkong juha pimpinan Mega mustika Jaya di Mereibrown.” “..... “ “Pak Artha?” “.... “ “Hallo pak?” “Ah iya Silvia ada apa?” Artha di tempat duduknya tersentak kecil dia bahkan tidak menyadari sedari tadi Silvia sudah di depannya dan berbicara dengannya. Silvia lantas mengulangi lagi perkataannya dan baru membuat Artha mengerti lalu bangkit dari tempat duduknya. *** Hujan gerimis masih menyirami ibu kota namun tidak membuat aktivitas ekonomi berhenti, sebuah restoran berbintang di lantai tujuh sebuah hotel menjadi tempat pertemuan Artha bersama rekan-rekan bisnisnya. Para pria berstelan rapi dan benefit itu berjalan beriringan sembari berbincang elegant membahas perkembangan dunia. Artha terlihat memperkenalkan beberapa hal yang sedang trend dan naik daun di ibu kota saat ini, dia terlihat begitu penuh wawasan dan di sukai rekan-rekannya saat menjelaskan sesuatu. Dalam perbincangan dalam bahasa Inggris itu Artha juga sedang menjelaskan tentang isu tentang udara buruk yang menyerang ibu kota beberapa waktu ini yang tersoror hingga ke luar negara lain. Namun di tengah perbincangan sambil berjalan menuju restoran itu tiba-tiba Artha berhenti fokusnya berubah pada sebuah hal yang dia lihat di kejauhan pada sebuah meja. Artha menatapi berkali-kali dan benar dia tidak sedang salah lihat atau mengkhayal tentang Nadi. Itu benar adalah Nadi dia bersama seorang laki-laki berwajah oriental, berusia sekitar lima puluhan sedang makan siang bersama di salah satu meja restauran itu. Artha berhenti sejenak dia lalu meminta maaf kepada rekan-rekannya itu untuk masuk lebih dulu ke dalam dia akan pergi ke toilet sebentar. "Pak Artha ada masalah?" tanya Silvia saat Artha mendadak diam dan berhenti. “Silvia, saya ada urusan mendadak lima belas menit ini tolong wakilkan saya sebentar.” Kata Artha pada sekretarisnya. “Baik pak.” Silvia pun meninggalkan Artha mengajak para tamu mereka menuju ke ruangan khusus yang sudah mereka reservasi. Jika kemarin Artha hanya melihat foto namun kali ini dia malah melihat langsung hal yang terkesan menjijikkan. Artha tidak tahu apakah ini orang yang sama namun foto kemarin tidak terlalu jelas memperlihatkan wajah laki-laki yang bersama Nadi itu. Ternyata dunia sesempit itu saat sudah bertemu maka dia terus bertemu dalam keadaan yang berbeda-beda situasi. Kali ini pakaian Nadi cukup elegan dia memakai stelan blazer bermotif dengan sebuah rok mini yang senada tapi tetap bagian depan kemeja dalamnya terlihat seksi memperlihatkan sedikit dadanya. Netra Artha merasa tidak sudi melihat pemandangan yang dia anggap menjijikan itu, dia tidak terima Nadi berbuat seperti itu, d**a Artha memanas telinganya di bisikan oleh perintah-perintah untuk menari Nadi dari sana. Artha bingung dia gelisah satu tangannya mulai mengepal kuat menimbang-nimbang untuk melakukan apa yang ada difikirannya, sesaat dia diam dan terus memperhatikan menerka-nerka apakah itu pertemuan pekerjaan anatara bos dan staffnya, atau sebuah pertemuan yang mengarah ke arah prostitusi. Artha masih mencoba berfikir rasional Nadi-nya adalah gadis baik-baik dia tidak akan melakukan hal seperti itu, tidak! Bruak! Tapi nyata sesuatu yang positif coba Artha fikirkan rupanya salah, laki-laki tua itu mengambil tangan Nadi dia tersenyum lebar mengusap-usap permukaan tangan Nadi. Artha tidak tahan lagi dia langsung berjalan dengan lantang, sekilas dia melihat pada rekan-rekannya yang sudah masuk ke ruangan meeting disana. “NADI!” Panggil Artha dengan tatapan dingin dan mengintimidasi. Nadi terkejut dia langsung melepaskan tangan pria itu. “A-ata?” Nadi sungguh sangat terkejut melihat Artha ada disana. Tanpa berucap apapun dan tidak menunggu persetujuan Nadi, Artha yang sudah berjalan ke meja Nadi langsung menarik tangan Nadi sekuat tenaga lalu membuat Nadi bangkit dari tempat duduknya. “Artha apa yang kau lakukan!” “Hey apa ini!” kata pria tua itu heran. “Jangan menghalangi atau kau akan berurusan dengan pihak berwajib.” “What? Police?” Laki-laki itu bangkit dari tempat duduknya dia tidak mengerti kenapa dan salahnya apa. “Artha lepas! Apa-apaan ini nggak lucu!” Nadi tidak bisa melakukan perlawanan tangan Artha kuat sekali, “Artha hey astaga tas ku!” Artha melepaskan tangan Nadi lalu mengambil tas Nadi di atas meja segera berjalan kembali untuk pergi dari sana “Hey you! Lepaskan dia! Apa yang kau lakukan!” Kaya pria itu lagi. “DIAM! Atau kau ingin kehilangan sebagian wajahmu sekarang!” Ancam Artha berjalan pergi. Semua mata mendadak memperhatikan meja itu namun Artha tidak peduli dia segera pergi dari sana menarik Nadi yang terus memberontak karena kesakitan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN