Tiba-tiba sebuah benda kenyal menempel dibibirnya membuatnya makin merasa takut. Rindu memalingkan wajahnya hingga bibir pria itu mengenai pipinya. Kemudian kedua tangan pria membekap wajahnya dan mulai mencium bibirnya. Pri itu menggigit bibir bawahnya membuat Rindu mengerang kesakitan dan pria itu segera melesakkan lidahnya ke dalam mulut Rindu
Rindu merasa sangat ketakutan, dia takut orang itu akan memperkosanya karena itu dia terus meronta untuk membebaskan diri, tapi tenaga laki-laki itu terlalu kuat dan dia tak bisa menandinginya. Rindu merasa seluruh tubuhnya lemas apalagi selama dalam perjalanan tadi dia juga sudah banyak melakukan perlawanan. Rindu merasa benar-benar lelah.
Bau harum maskulin William semakin tercium oleh hidung Rindu saat lidah laki-laki yang menindihnya bermain-main di mulutnya membuat Rindu merasa nafasnya semakin sesak. Rindu juga bisa merasakan nafas laki-laki di atas tubuhnya semakin tersengal. Saat keduanya hampir kehabisan nafas laki-laki di atas tubuh Rindu melepaskan tautan bibirnya dengan enggan. Laki-laki itu kemudian berguling ke samping Rindu dan memeluknya erat.
Rindu harus bersyukur karena laki-laki menghentikan tindakannya hanya sampai di situ meski Rindu tahu sesuatu di bawah sana telah mengeras membuat ngilu laki-laki di sebelahnya. Rindu bersyukur laki-laki tak memperkosanya.
"Don't go," bisik laki-laki di telinga Rindu membuat Rindu merinding sekaligus muak.
"Lepaskan aku, Will. Aku tidak akan mengganggumu dengan Angel, aku juga akan tutup mulut atas apa yang aku ketahui tentang kalian," pinta Rindu.
"Tidak!" jawab William tegas.
William membuka penutup mata Rindu dan menatapnya dengan tatapan yang aneh membuat jantung Rindu berdebar-debar. Rindu menghela nafas lega saat dia melihat William masih mengenakan pakaian lengkap sama seperti dirinya, dia hanya melepas jas dan dasinya saja. William menatapnya tajam seakan mencoba mencari sesuatu di kedalaman mata Rindu.
Rindu merasa sangat takut. Rindu memejamkan matanya saat tangan William terulur kepadanya, Rindu sudah pasrah kalau tangan itu akan mencekiknya karena dia sudah tidak punya tenaga lagi untuk berontak, seluruh tubuhnya lemas bahkan untuk bergerak sedikitpun dia sudah tidak berdaya.
Rindu merasa kaget saat tangan besar William membelai pipinya dan menghapus air matanya, Rindu merasa berdebar tapi dia mencoba mengenyahkan perasaan itu. Rindu meyakinkan dirinya sendiri bahwa laki-laki yang sedang bersamanya adalah laki-laki yang berbahaya dan menjijikkan dan dia tak boleh terhanyut atas tindakannya meski dia sangat mencintai laki-laki itu.
"Biarkan aku pergi, Will. Kumohon," kata Rindu lemah.
"Maaf telah menyakitimu," William mencium pipi Rindu dan mengeratkan pelukannya.
"Will, aku janji... aku tidak akan membeberkan rahasiamu dengan Angel kepada siapapun," pinta Rindu memelas.
"Tidak!"
"Aku akan menjauh dari kehidupan kalian sejauh-jauhnya. Aku jan..."
"Tidak!" dengan suara agak keras William memotong perkataan Rindu dan langsung membungkam mulut Rindu dengan mulutnya.
Rindu terkejut saat William kembali menciumnya, dia langsung merasa perutnya mual dan sesuatu yang bening keluar begitu saja dari mulutnya mengenai wajah William. Saat William menciumnya yang terlintas di mata Rindu adalah William yang sedang b******u dengan Angel dan itu membuatnya jijik dan mual.
Rindu segera saja merasakan tubuhnya gemetar sekaligus lemas, dia belum makan sama sekali sejak semalam. Rindu merasakan pahit di mulutnya akibat cairan lambung yang keluar dari mulutnya. Rindu membuka mata, William pasti marah karena ini bukan pertama kalinya dia muntah dan mengenai William. Rindu terkejut saat melihat wajah muram William, ada rasa bersalah di sana.
Rindu terkejut saat merasakan sentuhan di bibirnya.Bukan, bukan bibir William tapi tangan jemari William yang tengah menyeka cairan di sekitar mulutnya menggunakan tissu yang ada di nakas.
"Maafkan aku," bisik William.
Rindu memalingkan wajahnya, dia tidak ingin terhanyut dalam wajah palsu William yang muram. Rindu merasa William sengaja memikatnya dengan perhatiannya agar dia tak pergi dan membocorkan rahasia bejatnya bersama adik tirinya. Dia tak pernah menyangka ada hubungan terlarang di antara keduanya, tadinya Rindu menganggap kalau hubungan keduanya adalah hubungan kakak adik yang saling menyayangi satu sama lain.
Mengingat Angel hati Rindu seperti ditindih dengan batu yang sangat besar. Di malam pertamanya, Angel sengaja menemaninya tidur untuk memastikan dia dan William tidak melakukan malam pertamanya.Angel bahkan berpura-pura sakit perut sehingga William membawanya ke rumah sakit dan membiarkannya sendiri menunggu hingga pagi. Kini dia menduga waktu itu mungkin mereka tidak ke rumah sakit tapi justru menginap di hotel untuk bercinta.
Malam-malam berikutnya Angel juga selalu merecoki malam-malamnya dengan William hingga William tak lagi berusaha untuk mendekatinya karena menganggapnya selalu menghindar. Entah apa yang dikatakan Angel pada William sehingga William semakin bersikap dingin setiap harinya kepadanya waktu itu.
Karena lelah, Rindu akhirnya tertidur dalam pelukan William, dia bahkan sama sekali tak menyentuh makanan yang diantar ke kamar oleh asisten rumah tangga. William menatap Rindu dengan tatapan rumit, dia tak menyangka semuanya akan menjadi seperti ini. Selama ini dia memang tak perduli pada Rindu. bukan karena tak suka tapi karena Angel mengatakan kalau Rindu sudah tahu hubungan mereka dan juga karena Rindu mau menikah dengannya karena menginginkan uangnya.
Tapi kini William tahu, semua itu salah. Rindu bahkan sangat jijik padanya setelah melihatnya b******u dengan Angel dan hanya membawa barang yang dibawanya dulu. Saat dia menggendong Rindu dari dapur waktu itu dia bisa melihat kesakitan yang dalam di raut wajah Rindu yang berurai air mata dan itu membuatnya merasa sangat bersalah.
William melihat tubuh Rindu yang bergerak karena sesenggukan dan air mata masih saja mengalir dari matanya yang terpejam. William mencium air mata itu dengan sedih, betapa dia telah menyia-nyiakan gadis di depannya selama ini.
Telepon William bergetar, William segera mengulurkan tangannya yang bebas untuk meraih ponsel di atas nakas dan melihat nama Angel tertera di sana.
"Will, kamu dimana?" tanya Angel begitu telepon mereka terhubung.
"Ada meeting dengan klien," William menatap Rindu yang ada di pelukannya, wajahnya menyunggingkan senyum.
"Rindu melarikan diri , Will. Bagaimana kalau dia membocorkan rahasia kita?" tanya Angel panik.
"Bukankah kamu tadi yang mengusirnya?"
"Ah, Kalau mom dan dad tahu, pasti mereka tidak mengijinkanku tinggal di Indonesia lagi, pasti mereka akan menyuruhku untuk menyusul mereka ke New York. Aku gak mau itu Will," terdengar suara tangis Angel dari ujung sana membuat William merasa sesak. Angel adalah segalanya baginya sejak gadis itu masih kecil.
"Tenanglah, Sayang. Jangan menangis, aku sudah menyuruh anak buahku untuk mencarinya," suara dingin William terasa menyejukkan hati Angel.
"Benarkah, Will? Oh, aku sungguh tidak mau berpisah denganmu," kata Angel manja membuat William mendesah tatapannya tak lepas dari wajah Rindu sejak tadi.
"Kamu masih lama, ketemu kliennya?" tanya Angel lagi.
"Kenapa?"
"Aku kangen," suara manja Angel kembali membuat William kembali tak berdaya.
William menundukkan wajahnya dan melumat bibir Rindu dan merasakan dadanya berdebar.
***
AlanyLove