Silver
April baru saja berbaring di ranjangnya sesaat sebelum handphone berdering. Telefon, dari nomer yang tidak di kenal. Biasanya, April paling malas terima telepon, bikin telinga panas. Tapi, siapa tahu ini dari papa-nya. Kan, papa-nya doyan gonta-ganti nomor.
“ Halo..”
“ April! Lo jangan kesini!” seseorang beteriak dari seberang membuat April menjauhkan handphone dari telinganya. Wait, April hafal suara itu. Kak Rangga!
“ Halo! Kak! Kakak di mana?”
“ Jangan April! Pokoknya, lo jangan kesini! Arrghh!”
Samar-samar April mendengar suara gebukan lalu telefon seberang terjatuh. April tampak panik, “ Halo? Kak rangga ada di mana?” tanya April panik. Ada apa ini?
Telefon di seberang diangkat oleh seseorang, “ Lo mau tau, kakak lo tersayang ini ada di mana, April?”
Terenyak seolah tak percaya. Suara berat itu. Leito!
“ Lo apain Kak Rangga?!”
“ Nggak akan gue apa-apain! Kalo lu mau nurut sama gue!”
April tak bisa berkutik. April tau Leito nekad, jika tidak menuruti perintahnya, bisa-bisa nyawa Kak Rangga terancam. Dia tidak bisa diam saja membiarkan nyawa orang lain melayang karena kesalahnnya, “ Oke! Mau lo apa?”
Leito tertawa meledek, “well, akhirnya lo nurut juga!” cibirnya, “ besok, tengah malam, gue tunggun lo di markas gue! Siapin duit tujuh ratus juta, kalo lo nggak mau Kakak tersayang lo ini mati!” ancam Leito. “ Dan jangan berani-beraninya lo bawa bantuan. Atau lo nggak akan pernah ketemu lagi sama saudara kembar lo!”
Brengsek! April memaki. Leito sudah mengetahui keberadaan keluarganya di Jogja, dan itu berarti, ada lebih banyak nyawa lagi yang harus ia selamatkan. April tertunduduk diam. Telefon disudahi Leito.
April tau, jika dia berangkat sendirian, 99.99% dia akan mati! Tapi dia sendiri tidak menjamin, kalau dia mati, keluarganya dan Kak Rangga bisa lepas dari ancaman Leito. April merapatkan giginya hingga timbul bunyi gemeretak.
Tapi paling tidak, jika dia mati duluan masih ada jaminan, kalau keluarganya akan selamat, karena keluarganya tidak mengetahui mengenai hal ini. Tapi tetap, April harus mencari defens, untuk melindungi keluarganya dan entah kenapa, yang ada di pikirannya adalah Aksa.
00000
Next day, Jakarta, 20.00 WIB
“ Lo yakin lo ke sana sendirian?” Lola menatap April khawatir. Namun, yang dikhawatirkan malah tersenyum.
“ Tenang aja! Kalaupun ntar gue mati! Gue matinya pasti tenang kok!” ucapnya santai sambil menghitung kembali uang di dalam koper.
“ Lo kok tenang banget sih?” tegur Yudha, “ Ayolah April, lo itu smart girl! Masa kita nggak bisa mikirin cara apa gitu?”
“ Ya juga sih Jun! Bukan mereka yang matiin kita, tapi mereka yang kita tumpas! Ya nggak guys?” ujar Reza langsung disetujui oleh semuanya.
April tampak berpikir. Benar. Dia tidak bisa hanya tejatuh dan terinjak-injak. Menuruti perintah seorang Leito. Membiarkan nyawanya hilang tapi membiarkan monster ganas berkeliaran mencari mangsa yang tidak bersalah. Tak masalah dia mati, asalkan monster itu juga mati. Paling tidak, tidak akan ada lagi korban Leito.
“ Kita semua saudara April. Kita semua siap mati, untuk elo dan Rangga.” Ucap Lola.
April terenyak. Ia menoleh ke seluruh sahabat-sahabatnya yang berkumpul untuk membantunya. Mereka mengangguk, menyetujui apa yang dikatakan Lola.
April tersenyum, “ Thanks guys!”
00000
Yesterday, Jogja 00.05
“ Apa! April ke Jakarta sendirian!–”
Sadam langsung membekap mulut Maya sebelum kaca di ruang tamu pecah. “ Kaca sekarang mahal tau!” ucap Sadam lalu melepaskan bekapannya.
Maya langsung megap-megap, “ Bau tau!” ucapnya.
“ Yeeee!” ledek Sadam, lalu menoleh ke Aksa yang sedang terduduk di ruang tamu, “ Lo yakin, dia balik ke Jakarta, untuk nemuin Leito?” tanya Sadam memastikan. Aksa mengangguk.
Shit! Maki Sadam. Leito, musuh bebuyutan D-Trax. Sadam tidak bisa membiarkan kembarannya mati begitu saja di tangan Leito. Dia tidak sudi kalau harga dirinya diinjak-injak musuh bebuyutannya sendiri.
“ Nggak bisa! Gue harus ke Jakarta sekarang!” ujar Sadam.
“ Maya ikut!”
“ Kalian nggak denger tadi gue bilang apa? Kalian nggak boleh pergi!” bentak Aksa.
“ Gila lu ya! Ini soal nyawa kakak gua Sa! Apa lagi yang dia hadapi itu Leito! Rival gue!” Sadam balas membentak.
“ Aksa gimana sih! Kalo Aksa sayang sama April, Aksa ikut dong nyelametin April! Masa Aksa cuma mau duduk-duduk di sini sambil berdo’a doang! Berdoa biar urusannya ibuk Sa!” ucap Maya.
Aksa menoleh ke Maya. Kenapa dia tau, kalo gue masih cinta sama April?
“ Udah deh, lo mau ikut ato nggak?” tanya Sadam.
Aksa menunduk lagi, “ Emang lo tau markas Leito di mana?” tanyanya.
“ Jangan panggil gue Sadam, kalo gue nggak tau!”
00000
Tepat pukul 00.00, April sampai di depan markas Leito. Di depan markas ada dua preman yang dulu pernah dipukuli April. April diam saja memilih tetap lewat. Melihat siapa yang datang, kedua preman itu mengahadang April.
“ Weizt! Lihat nih Man! Cewek yang watu itu mukulin kita!” ujar yang berambut gondrong.
“ Yo’i! Denger-denger, mau dimatiin ya sama bos kita?” ujar yang bertato.
“ Sayang banget! Pasti masih virgin ya neng? Nggak enak neng, kalo mati, tapi masih virgin!”
April menatap tajam kedua preman yang langsung diam tak berkutik melihat tatapan setan April. Tidak, bukan setan. Iblis!
“ Oh! Tenang aja! Kalian bakalan mati duluan, sebelum gua yang mati!” desisan April yang mengerikan membuat kedua preman itu bergidik dan memberikan jalan untuk April.
Di dalam gedung kosong itu, Leito duduk dia atas singgahsananya. Seyumannya tak kalah mengerikan. April mengedarkan pandanganya ke seluruh ruangan. Saat melihat seseorang yang berdiri di samping Leito, jantung April seakan berheti berdetak. Mas Bisma?.
April menatap Mas Bisma cukup lama lalu berusaha mengatur ekspresinya setenang mungkin. Mas Bisma sama tersentaknya melihat April dengan jas hitam panjangnya berjalan menghampiri Leito. April berhenti tepat di bawah atap bolong (ventilasi). Cahaya bulan mengenai kulitnya yang putih pucat, membuat April tampak seperti vampir.
“ Mana Kak Rangga?” ujar April langsung.
Leito tersenyum sinis lalu menjentikkan jarinya ke arah anak buahnya. Sementara itu, Mas Bisma maupun April masih saling menatap.
Seorang pria bertubuh super besar membawa Kak Rangga dalam keadaan tangan di belakang. Kak Rangga tampak menatap April tak percaya, lalu menggeleng. April menatapnya dalam-dalam seolah memberikan isyarat, Lo harus percaya sama gue!
“ Oh, ya!” Leito tampak teringat sesuatu, lalu beranjak dari singgahsananya, “ gue punya hadiah buat keberanian elo!” ujarnya, “ Say hello to sister!”
Kalau April benar-benar vampir, saat ini rasanya seperti ada van helsing yang menusukkan salip perak tepat ke jantungnya!
Tiga pria bertubuh besar yang lain membawa Maya, Sadam, dan Aksa dengan posisi yang sama seperti Rangga. Leito menghampiri ketiga tawanan barunya, “ Well, rupanya ada ketua D-Trax juga di sini.” Ucapnya sambil menatap Sadam.
Kalau Mas Bisma benar-benar vampir, saat ini rasanya seperti ada van helsing yang menusukkan salip perak tepat ke jantungnya! Mas Bisma mendelik tak percaya melihat seseorang yang barusaja dibawa oleh Leito. Orang itu juga sama tak percayanya, melihat Mas Bisma menjadi salah satu komplotan geng j*****m ini.
“ Lepasin mereka semua.” Ujar April.
“ Uang dulu, sayang! Dan gue jamin, kalian bisa mati bareng-bareng.”
April mengatupkan rahangnya, lalu ia melemparkan koper berisi uang tepat ke hadapan Leito. Seperti tadi, dengan satu jentikan jari, anak buah Leito langsung melepaskan keempat tawanannya. Keempat tawanan itu langsung berlari menghampiri April.
“ Gue ada perhitungan sama kalian bertiga!” bisik April kepada kedua adiknya, dan Aksa, “ Sekarang, fokus ke ventilasi di atas.” Bisik April.”
“ Buat apa?” tanya Rangga.
“ Udah! Cerewet lo!” desis April.
Leito menimang-nimang uang di hadapannya, “ Lo bodoh banget!” ledeknya, “ Yah, paling nggak, kalian bisa mati sama-sama!”
“ Oh ya?” April menatap Leito tajam.
Dengan pengawasan yang sangat lemah dari pihak Leito, tidak ada yang menyadari, sebuah sniper jatuh dari atap dan langsung dipegang dengan sigap oleh April.
Darrrr!
Satu tembakan meluncur ke arah Leito. Dan sialnya, tembakan itu meleset mengenai lengan Leito. Leito mengerang.
“ b*****t! Bunuh mereka!” teriaknya geram.
Seperti ahli akrobratik, sahabat-sahabat April secara bergantian dan cepat melompat melalui ventilasi dengan senjata di tangan masing-masing. Mereka juga memberikan senjata ke Maya, Sadam, Aksa dan Rangga.
Tapi, meskipun bantuan datang, jumlah mereka tidak lebih dari lima belas orang, sedangkan perbandingan jumlah mereka dengan anak buang Leito 1:3.
“ Kita siap mati, buat kakak!”