21- Persiapan

977 Kata
    "In the darkness,  your smile shines brightly into my heart" — Reset (Tiger JK ft. Jinshil of Mad Soul Child)   ~♥~♥~♥~   Azel menuruni anak tangga dengan langkah pelan. Ia berniat agar suara derap kakinya tidak mengganggu sosok yang tengah berkutat di depan kompor gas itu. Sosok itu begitu serius memotong, kemudian mencuci sayuran. Rambutnya yang hitam kecoklatan terkena pantulan cahaya dari celah lubang ventilasi.   Iqbal tapi tetap menyadari keberadaan Azel yang ada di belakangnya. Apalagi saat kini gadis itu mendekat, dan Iqbal bisa mencium harum vanila yang berasal dari parfum gadisnya. Azel mengendap, dan ketika Iqbal tepat di depannya, lengannya terjulur memeluk pemuda itu. Tanpa Azel sadari pemuda itu tersenyum.   "Noona duduk aja sambil merhatiin aku disitu." Tangan Iqbal yang tadinya memegang pisau kini mencoba melepas pelukan tersebut.   Azel menggeleng. Sekarang Azel malah berjinjit dan menyurukkan hidungnya di leher Iqbal hingga pemuda itu kegelian. Azel mencium dalam-dalam wangi sabun mandi Iqbal. "Nggak mau!"   "Noona, geli ih," sergah Iqbal. Tangannya sekali lagi berniat melepas pelukan itu.   "Pagi-pagi ya ampun udah mesra-mesraan aja!"   Dan celetukan itu membuat pelukan Azel lepas seketika.   Gadis itu salah tingkah. Azel berbalik badan dan hendak duduk di kursi tapi kakinya menabrak pinggiran meja makan. "Aw!"   Danang menggeleng prihatin. "Gue ke rumah temen dulu Kak, mau kerja kelompok." Cowok itu melenggang begitu kalimat itu terucap.   Azel buru-buru mencegah. "Eh nggak sarapan dulu?" tanyanya.   "Enggak! Gue mau beli bubur ayam aja, sekalian sama titipan." Pintu menelan Danang saat kata itu terlontar.   Azel menggeleng kecil sambil mendecak. Hari ini hari Sabtu. Dan biasa di sekolahnya memang hari Sabtu diliburkan. Jadi hari ini saatnya Iqbal memasakkan makanan untuknya. Pemuda itu sejak jam tujuh tadi sudah sibuk mondar-mandir menyiapkan sayuran yang akan dibuatnya. Ketika Azel malah tidur lagi setelah solat subuh, Iqbal sudah mencari resep-resep makanan lewat Mbah gugel.   Iqbal juga meminta saran pada Reina berulang kali. Namun sekarang Mamanya Azel itu sedang Videocall-an dengan papanya. Iqbal jadi nggak tega buat bertanya berulang kali.   "Wah baunya enak banget, Bal!" seru Azel. Gadis itu menatap takjub Iqbal. Duh.. kalau begini terus, bahagia sekali hidup Azel. Sudah mendapat tunangan yang ganteng, atlet taekwondo, jago masak lagi. Oh iya, Azel bahkan sempat mendengar dari Adit jika Iqbal pintar di kelasnya. Buktinya Iqbal bisa dengan cepat menyesuaikan materi pelajaran di sekolahnya yang dulu dengan sekolahnya yang sekarang.   "Duh panas!" Seruan Iqbal membuat lamunan Azel buyar. Azel tersadar dan hendak berdiri tapi kata-kata Iqbal selanjutnya membuatnya mengurungkan niatnya.   Sambil meraba punggungnya Iqbal berkata, "Panas ini punggungku ditatap mulu! Noona pakai sinar laser ya buat bikin punggungku jadi panas gini?!"   Iqbal berkata dengan lebaynya. Beruntung Azel nggak jadi melempar pemuda itu dengan tudung saji.   ~♥~   "Gimana? Enak?"   Azel mengernyitkan dahinya, berniat mengerjai Iqbal. Tapi detik berikutnya gadis itu tersenyum sumringah sambil mengacungkan jempol. "Enak!"   "Ehehehe... "   "Makan yang banyak, Noona. Noona harus simpan banyak tenaga untuk lomba besok." Tangan Iqbal mengusap pipi Azel. Iqbal tersenyum.   "Iya iya..." Azel menyendok sayur sopnya.   Sayur sop lauknya tempe goreng, ikan goreng, dan sambal. Hemm.. sedap!   "Kamu besok dateng kan, Bal?" tanya Azel. Ia menggigit sendoknya. Matanya menatap Iqbal.   Iqbal tampak berpikir terlebih dahulu sebelum menjawab. "Emmm.. maaf ya Noona, aku besok ada latihan penting yang nggak bisa ditinggal."   Jawaban Iqbal membuat Azel memanyunkan bibirnya.   "Yah... apa nggak bisa diundur latihannya? Atau kamu mbolos deh."   Iqbal menggeleng. "Enggak bisa." Rautnya keliatan bersalah.   Azel menunduk. "Ya udah deh.. Aku nggak bisa maksa," lirihnya.   Tangan Iqbal menggenggam telapak tangan Azel. Ia tersenyum sedih. "Maaf."   Iqbal dan taekwondonya. Azel nggak bisa egois dengan hanya memikirkan dirinya sendiri bukan?   "Aku kirim doa dan penyemangat untuk Noona." Iqbal masih menyemangati. "Ada Kak Irma sama Kak Ica kan?"   Azel menggeleng. "Iya mereka dateng buat nyemangatin." "Mereka nggak ikut lomba? Kukira kalian trio yang kemana-mana bareng terus dan bahkan ikut ekskul yang sama."   "Irma sama Ica emang tadinya niat kepengen buat ikut ekskul dance, tapi baru dua kali berangkat mereka udah males." Azel terkekeh mengingat tingkah kedua temannya.   "Wah harum banget masakanmu, Bal!" Reina datang mencairkan kembali suasana.   "Maaf ya Mama terlalu senang Videocall-an sama Papa kamu sampai nggak inget makan."   ~♥~♥~♥~   Panggung luas dengan tatanan epik sudah berdiri angkuh. Lighting panggung juga ditata sedemikian rupa. Lomba Modern Dance antar SMA se-Kota Bogor. Begitu yang tertulis di banner di panggung.   Alunan musik pop Indonesia hingga pop Korea terdengar memenuhi gedung. Kursi penonton hampir penuh terisi. Azel deg-degan semenjak tadi. Serentetan doa sudah ia panjatkan agar tidak melakukan kesalahan di atas panggung nanti. Acara akan dimulai sebentar lagi dan hal itu semakin membuat hati Azel nggak tenang.   "Nggak apa-apa, Zel. Jangan gugup, okey? " Temannya, Mega, menyemangati.   Tangan Mega menyentuh punggung tangan Azel dan berjengit setelahnya. "Anjir dingin banget!"   Azel lantas tertawa. "Gue emang begini kan setiap mau lomba.. lo jangan kaget gitu deh."   Keduanya tertawa. "Eh iya yah, lo emang suka gugup gitu pas sebelum acara. Eh tapi kalo udah di panggung nggak ada tampang gugup sama sekali."   "Eh udah mulai itu peserta pertama!" Seruan dari teman segrupnya yang lain membuat Azel dan Mega mengintip dari balik panggung.   Begitu peserta pertama selesai menampilkan tariannya, semua bertepuk tangan dengan meriah. Sontak membuat Azel jadi minder.   "Wah penampilan mereka bagus-bagus."   "Setelah peserta kedua, giliran kita. Semangat!"   Ketua grup dance memimpin doa sebelum penampilan mereka ke atas panggung.   "HASIL TIDAK AKAN MENGKHIANATI USAHA. SEMANGAT!"   "SEMANGAT!"   ~♥~   Ajaib. Itu kata yang pertama kali muncul kala Azel menaiki panggung. Ketika melihat semua penonton di depan sana yang bersorak untuk sekolahnya, hatinya menghangat. Perasaan gugup yang tadi menjalar kini hilang sekejap.   Benar kata Irma dan Ica, mereka membawa hampir  seisi kelas untuk mendukung Azel. Bahkan cowok yang badung di kelas, dan Cindy and the geng juga ikut datang. Ica juga merealisasikan ucapannya, ia membawa spanduk bertulis Hwaiting Azel! besar.   Pandangannya mengedar. Ada Mamanya  juga Danang. Ini hari minggu, pantas saja semuanya mau meluangkan waktunya. Ah,tunggu...   "Iqbal?"   Ada Iqbal juga? Iqbal tidak hanya sendiri, ia membawa teman-teman segengnya juga.   "Bukannya dia sibuk?" tanyanya dalam hati.   Pengamatan Azel harus terhenti saat Mega dan yang lain menariknya untuk membentuk barisan, mereka kemudian membungkuk untuk menyapa juri.  Setelah itu kembali membentuk formasi dance.   Dan musik berputar.   ~♥~    
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN