3- Peringatan

1115 Kata
  ~♥~     "Let today pass and tomorrow come I’ll make you happy" -- For You (Lovelyz)   ~♥~   Dibalik pintunya, Iqbal terkekeh geli mendengar teriakan histeris Azel. Iqbal berjalan mendekati tempat tidurnya, lalu merebahkan dirinya disana. Awalnya Iqbal merasa sangat kesal karena orangtuanya bersikeras menyuruhnya untuk tinggal di kediaman Keluarga Om Aldo, padahal ia sudah terbiasa tinggal sendirian di rumah super mewah milik mereka. Ia juga tidak perlu takut mati kelaparan karena sedari SMP ia sudah dapat menaklukan dapur. Bahkan Bunda dan Ayahnya sering meninggalkannya sendirian untuk dinas ke luar kota, dulu sewaktu ia masih kecil. Yang artinya Iqbal sudah terbiasa sendirian. Tapi saat Bundanya mengatakan bahwa ia akan menempati kamar yang tepat di sebelah kamar Azel, entah mengapa ... akhirnya Iqbal jadi girang, dan langsung menyetujui permintaan kedua orangtuanya untuk menitipkannya di Keluarga Aldo. Sekarang rasanya, ia justru tidak sabar menanti apa yang akan terjadi berikutnya di hari-hari ke depan. Rasanya sudah lama sekali sejak terakhir kali Iqbal merasa bersemangat seperti ini.   ~♥~   Danang menggedor pintu di depannya berulang kali dengan tidak sabar. Sudah hampir habis kesabarannya membangunkan orang yang ada dalam kamar yang pintunya terdapat banyak stiker kecil bergambar boyband korea itu. "Apa-apaan coba pake nulis di pintu, kalo gue dilarang masuk!" Danang menggerutu tak jelas. "b**o emang si Azel, kalo semua cowok dilarang masuk, berarti Papa juga gak boleh masuk dong? Tapi nyatanya Papa sering keluar masuk," lanjutnya mulai mengurangi frekuensi ketukannya. "Kak?" "..." "AZEL!" "..." "WEH, CUY! BANGUN, ELAH!" "..."   "Ntar gak dikasih ijin sama Mama buat nonton konser boyband kesayangan lo, kalo masih suka telat bangun, baru tau rasa!"   "..."   "Ah, Bodo amat!" Kesabaran Danang sudah benar-benar habis sekarang. Ia memutar tubuhnya berniat kembali ke ruang makan, menghampiri Mamanya tersayang dan mengadukan kebiasaan buruk kakaknya itu. Namun niatnya itu tertunda saat ia secara tidak sengaja berpapasan dengan Iqbal yang ternyata sudah berpakaian rapi dengan seragam sekolahnya yang dulu. Pemuda itu tersenyum tipis kemudian menyampirkan handuk bekas rambutnya ke bahunya.   "Azel susah dibangunin?" tanyanya. Danang mengangguk. Mukanya masih sepet. Bibirnya dimanyunkan, membuat Iqbal terkekeh. "Biar gue aja yang bangunin, bilangin ke Tante Reina, kita berdua nyusul." "Tapi mas, Mama nyuruh Mas Iqbal langsung ke bawah. Biarin aja noh si Azel biar telat sekalian, siapa suruh bangunnya kesiangan," gerutu Danang. Cowok itu rasanya ingin menjambak rambut Azel sekarang. "Tapi nanti kalo Azel telat ke sekolahnya, dia nggak bisa anterin gue ke ruang Kepsek, dong," kekeh Iqbal. Pemuda itu menepuk pundak Danang sebelum berujar, "Udah, urusan Azel... biar gue yang urus."   Akhirnya Danang menyetujui usulan Iqbal. Danang mengangguk mengiyakan. Danang melangkah menuju tangga dan menghilang dari pandangan Iqbal saat cowok itu telah mencapai lantai dasar. Iqbal memandang kamar di depannya. Tangannya mengayun pelan, memutar knop pintu, lalu mendorong pintu yang ternyata tidak terkunci itu. Saat berada di dalam kamar Azel, Iqbal tidak mendapati gadis itu ada di atas tempat tidurnya, tapi pemuda itu mendengar suara gemericik air yang berasal dari kamar mandi. Sekarang Iqbal yakin, Azel tadi tidak mendengar suara gedoran pintu bukan karena masih terlelap, melainkan karena berisiknya suara air dari shower di kamar mandinya.   Jadi selesai sudah tugas Iqbal sekarang. Azel sudah bangun,  dan ia tidak perlu bersusah payah membangunkan gadis itu lagi. Iqbal membalikkan badannya menuju pintu, bergegas keluar dari kamar Azel setelah mendengar suara gemericik air yang berhenti. Azel sudah selesai mandi, bisa gawat kalau ia kedapatan berada disini.   "AAAAAA!!  MAMA!!!"   Azel terkejut saat melihat Iqbal ada di dalam kamarnya. Pegangannya di handuk semakin erat. Ia tidak habis pikir, apa begitu mesumnya pemuda itu, sampai-sampai ingin mengintip Azel mandi?   Iqbal gelagapan.   Iqbal lantas berlari keluar kamar setelah mendengar teriakan itu. Detak jantungnya seperti habis marathon sekarang.  Iqbal menetralkan detak jantungnya dibalik pintu kamar gadis itu.   "Gila! Bisa diusir gue dari sini, kalo sampe Tante Reina tau," katanya. Iqbal berjalan mendekati tangga, melongok ke bawah, dan sadar tidak terjadi apa-apa disana. Tidak ada wajah panik Tante Reina atau Danang yang misuh-misuh datang kemari.   Tampaknya teriakan Azel tidak terdengar hingga lantai dasar.   Ia mengelus dadanya, dan kembali ke balik pintu kamar Azel. Iqbal akan menunggu gadis itu keluar dan mengancam gadis itu agar tidak membocorkan masalah tadi ke siapapun.   'Kan Iqbal tengsin, kalau ia dicap pemuda m***m!   ~♥~     Azel cekikikan di dalam kamarnya. Gadis itu menggelengkan kepalanya sambil terus memegangi perutnya yang sakit akibat tertawa. Azel tahu, sekarang pasti Iqbal sedang panik. Ia sengaja berteriak untuk menjahili pemuda itu. Saat melihat wajah pucat pasi Iqbal lewat pantulan cermin di kamarnya, Azel hampir tertawa keras-keras. Jadilah ia hanya mengeluarkan sedikit teriakannya yang ia yakin tidak akan sampai hingga ruang makan, tempat di mana keluarganya tengah sarapan. Azel telah berpakaian rapi dan hendak ke ruang makan sekarang. Azel membuka pintu kamarnya dan langsung terlonjak ketika mendapati Iqbal dibalik pintunya.   "Ngapain lo nungguin gue?" Azel bersidekap dan tersenyum miring. "Oh, gue tau ... lo masih mau ngintipin gue ya?" tanyanya sambil menunjuk wajah Iqbal.   Iqbal melangkah mendekati Azel, membuat ia memundurkan kepalanya yang hanya sebatas pundak Iqbal.   "Jangan deket-deket ya, lo! Gue teriak lagi, nih!"   Iqbal malah menyeringai. Asik juga menggoda Azel dalam posisi begini. Iqbal bersorak dalam hati saat wajah di depan dagunya semakin memerah.   Kelihatannya gadis itu tengah menahan napasnya sekarang.   "Kenapa? Lo takut?" Iqbal berbisik tepat di telinga Azel, membuat bulu kuduknya merinding.   Oh, bahaya! Alarm itu seperti peringatan untuknya. Jika ia terus dalam posisi ini, bisa-bisa ia mati sebentar lagi. Dalam posisi sedekat itu Azel tidak bisa berbuat banyak. Apalagi aroma maskulin yang menguar dari badan Iqbal seolah membuatnya meleleh.   Eh, apa sih yang gue pikirin!   Azel mengerjap mendapat kesadarannya kembali. Dengan keras ia mendorong d**a Iqbal sekencang mungkin.   "s**t! Dasar m***m! Lo mau ngapain hah?" hardiknya. Azel menatap nyalang Iqbal yang sekarang terduduk di lantai. "Setelah tadi lo ngintipin gue, sekarang lo mau ngapain lagi?! Gue bakal aduin lo ke Mama," seru Azel. Gadis itu bergegas melangkah meninggalkan Iqbal namun sayang, kakinya tertahan oleh tangan Iqbal yang kekar.   Iqbal pura-pura ketakutan di bawahnya. Ia memeluk kaki Azel kuat-kuat sambil merengek seperti balita yang minta dibelikan mainan mamanya.   "Oke, oke! Gue nggak akan ngapa-apain lo, kok!"   "..."   "Please, jangan aduin ke Tante Rei, ya?"   "Maaf Zel, gue nggak sengaja. Tadi gue mau bangunin lo, tapi lo udah bangun, jadi  gue mau balik ke kamar, tapi lo malah mergokin gue. Jangan kasih tau ke Tante, ya?" Pemuda itu menyatukan kedua telapak tangannya dan memasang wajah memelas. Ia berdiri dan mencoba merayu gadis itu kembali.   Azel tampak berpikir. Ia memajukan kepalanya dan dengan berani menatap Iqbal yang berdiri menjulang di hadapannya. "Oke, tapi dengan satu syarat," katanya.   Ada binar di mata Iqbal saat mendengarnya. Cepat-cepat ia menyahut, "Apa?"   Azel menyeringai sekali lagi. "No Kiss Allowed! Gue ngebolehin lo tinggal disini, tapi lo nggak boleh cium-cium gue ... SELAMANYA. TITIK!"   Iqbal mengerjap. "Eh, gitu doang syaratnya? Ya elah, itu mah gampang!"   Azel melongo. Hanya itukah reaksi pemuda itu? Azel pikir Iqbal itu semacam kiss addict gitu yang nggak bisa tahan kalau sehari saja nggak mencium bibirnya yang mungil indah ini, tapi nyatanya pemuda itu kelihatan santai sekarang.   "Tapi gimana kalo kebalikannya?"   Azel mengerutkan keningnya. "Apanya?"   "Gimana kalo suatu saat lo yang mupeng pengen gue cium?" Iqbal menyeringai.   "What? Gue minta lo cium?" Iqbal mengangguk. "In-Your-Dream-Iqbal!"   ~♥~      
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN