Bab 95

1066 Kata
“Permisi …” Pintu ruang rapat OSIS terbuka. Kirana dan Karyo masuk ke dalam berbarengan. “Maaf ya telat, tadi ada perlu sebentar dengan anak ekskul,” ujar Kirana. “Dan bujuk anak ini nih, susah.” Ia menunjuk Karyo. Karyo nyengir lebar. Kirana menarik kursi di sebelah Andi dan menaruh tasnya di sana. Karyo hendak menarik kursi di sebelah Kirana, tapi keburu di cegat oleh Andi. “Kamu duduk di sini Yo,” pinta Valdi sambil menunjuk bangku yang berhadapan dengan Novan. “Owh, oke.” Karyo menarik kembali tasnya dan duduk di berhadapan dengan Novan. Ia melirik Novan sekilas, lalu memalingkan wajahnya. “Makan dulu nih, sisanya tinggal sedikit. Soalnya kalian lama banget.” Valdi menyodorkan plastik gorengan pada Karyo. “Nggak, nggak apa. Aku udah makan kok. Kir, mau makan?” Karyo menawarkan Kirana. “Ada apa aja nih?” Kirana mengambil plastik gorengan itu dan memeriksanya. “Oh, aku ambil ini ya.” Kirana mengambil sepotong pisang goreng dari sana. “Tambah teh hangat lebih mantap sih ini.” “Buat aja gih di dapur. Atau minta kang Ujang antarin,” saran Valdi. “Boleh juga. Kang Ujang masih di kantin kan ya jam segini?” Kirana mengeluarkan smartphone dari kantung roknya. Ia menempelkan smartphone ke telinga. “Hallo, kang Ujang? Iya kang. Kang, belum pulang kan? Oh, oke. Teh hangat ya kang, bentar.” Kirana menjauhkan smartphone. “Kalian mau nggak?” “Boleh juga,” jawab Valdi. “Oke. Kalau gitu, 7 gelas ya kang. He’eh, teh hangat. Kasbon dulu ya kang, atas nama Valdi. Oke, makasih kang.” Kirana mematikan telponnya. “Lah? Kok kasbon pakai namaku?!” Protes Valdi. “Gak apalah, sesekali,” jawab Kirana santai. Ia kembali mengantongi smartphone miliknya. “Terus kenapa jadi 7 gelas? Kan di sini juga berenam!” “Nanti ada si Gisela datang, kan kamu suruh dia jadi saksi sebagai anggota kan? Dia nyusul, aku telat kasih taunya, keburu pulang anaknya. Lagi di jalan sih katanya.” Valdi berdecak. “Ck, kebiasaan memang,” gerutu Valdi. “Masih jauh nggak si Gisela? Nanti kita kelamaan pulangnya. Aku mau cepat pulang nih, capek!” “Tingkahmu ini kayak bukan ketua aja,” gumam Kirana. “Ketua kan juga boleh capek. Udah ah, cepet nanya. Cepat selesai cepat pulang!” Kirana berdecak kesal. “Ya udah bentar dah, aku coba telpon.” Kirana kembali mengeluarkan smartphone dan menelpon Gisela. “Sel? Dimana? Oh, udah di halte? Ya udah, bentar. Aku jemput ajalah ya. Tunggu situ.” Kirana mengantongi smartphone. “Aku jemput dulu ya dia biar cepat. Pinjam motor dong Val!” Pinta Kirana. Valdi berdecak kesal. “Ck, nggak ada wibawanya aku di mata anak ini memang,” gerutu Valdi. Ia melempar kunci motornya pada Kirana dan dengan sigap Kirana menangkapnya. “Halah, kan nggak rame orang di sini. Thanks ya! Nanti aku isiin bensin.” Kirana keluar dari ruangan. “Iya iya, jangan lama ya.” “Iya,” sahut Kirana dari luar. **** Suasana hening menyapa saat Kirana pergi keluar. Tidak ada yang membuka pembicaraan, semua sibuk menatap layar smartphone sambil memakan gorengan. Novan tenggelam sesaat dalam anime yang ia ikuti, sambil sesekali melirik Karyo. Semakin menghindar malah semakin di dekatkan. Ya sudahlah, setelah ini dia akan menjauhi Karyo. Anggap saja dia tidak pernah mengenal Karyo. “Lama amat dah si Kirana itu,” gerutu Valdi sambil mengecek jam tangannya. “Kirana yang bawa motornya?” Tanya Andi. “Jadi siapa lagi?” Andi berdecak. “Yaelah. Dia kan baru bisa naik motor, bawanya pelan banget tuh. Dahlah,” timpal Andi. “Lah, iya ya. Yaelah, lupa aku!” Valdi menepuk pelan jidatnya. Andi kembali berdecak. “Coba telpon dah tuh anak, biar nggak lama. Yo, telpon Kirana Yo,” perintah Valdi. “Nggak bisa, udah di blokir,” jawab Karyo. Mereka tercengang mendengarnya. “Kan. Bikin ngamuk sih, jadinya di blokir kan. Ya udah, biar aku aja yang telpon.” Andi mengeluarkan smartphone dan menelpon Kirana. “Minta maaf tuh sama dia.” “Udah, tapi dia butuh waktu buat maafin katanya.” Karyo menjelaskan. “Yah, memang sih.” Valdi mangut- mangut. “Aku kalo jadi Kirana mah, kayaknya ogah maafin ya. Ini masih baik loh mau mikir- mikir buat maafin.” Novan mangut- mangut. Sama sih, aku juga gitu, balas Novan dalam hati. “Mana nih, kok nggak di angkat..” Gerutu Andi. “Sori telat!” Ujar seseorang. Pintu ruang rapat OSIS terbuka lebar dan tampak Gisela dan Kirana di sana. Mereka tergopoh- gopoh masuk ke dalam. “Nih si Kirana bawa motor kek kura- kura, lama kali! Gemas aku, jadinya aku yang bawa motor,” jelas Gisela sambil menunjuk Kirana yang terdiam di belakangnya. “Heh, udah hampir mati tadi woi. Kencang banget kamu bawa!” Tukas Kirana. “Ya, kamu sih lambat kali bawanya! Gemas aku, ya mending aku gas aja.” “Udah, udah.” Valdi merelai. “Udah, kalian duduk. Kita mulai rapatnya sekarang.” ***** “Baiklah kalau begitu. Ini udah keputusan final? Sah?” Tanya Valdi. Semua mengangguk serempak. Valdi berdehem. “Oke kalau gitu. Rapatnya kita sudahi sampai di sini dulu. Aku bakal sampaikan hasil rapat kita ini ke Pembina OSIS dan kepala sekolah, semoga aja mereka bisa menerima keputusan ini. Kirana, nanti kamu ikut denganku buat bantu jelasin.” “Oke, atur aja waktunya,” jawab Kirana. “Baiklah. Nanti aku kabarin lagi selanjutnya bakal gimana. Kita akhiri rapat ini.” Valdi bangkit dari duduknya. “Udah, udah, sana pulang! Tidur kalian di rumah!” “Tidur mulu kau Val,” timpal Andi sambil bangkit dari duduknya. “Eh, tukang tidur gini tapi jadi ketua nih!” Valdi membusungkan dadanya. “Ketuanya nggak mencerminkan yang benar memang,” timpal Kirana. “Malah kena roasting. Udah pulang, pulang. Kasian kang Ujang nih udah nunggu mau tutup sekolah,” pinta Valdi. Mereka keluar berbarengan dari ruang rapat OSIS. Valdi yang keluar paling akhir mengunci pintu ruang rapat OSIS dan menyimpannya. Novan mengeluarkan smartphone untuk menelpon Stevan. Dia lelah untuk pulang sendirian naik angkot. Dia juga tidak yakin angkot ke arah rumahnya masih ada. Nada sambung terdengar di ujung sana. “Hallo Van,” sapa Stevan di ujung sana. “Van, udah siap. Jemput.” “Oke. Aku baru pulang juga. Kamu tunggu ya, 15 menit lagi kurang lebih udah nyampek.” “Iya, di gerbang ya. Dah.” ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN