Hadiah Menjelang Pernikahan

1170 Kata
Rose pulang kerumah dengan perasaan yang campur aduk. Ia merasa frustasi setelah mendengar perkataan Darla mengenai keinginannya yang hanya bisa tercapai apabila dirinya bisa mengendalikan pria angkuh yang begitu dibencinya. “Bagaimana bisa aku mengendalikan pria angkuh dan kejam seperti Erich?” gumam Rose dalam hatinya sembari melangkah masuk ke dalam rumah. “Akhirnya kau kembali!” seru Brenda yang sedang duduk pada sofa diruang tengah bersama beberapa pelayan setianya yang sedang menyusun begitu banyak kotak hadiah diatas meja. Rose berhenti melangkah tepat dihadapan ibu tirinya tersebut. “Lihatlah begitu banyak hadiah yang dikirimkan oleh keluarga Dawson menjelang hari pernikahanmu dengan monster itu!” seru Brenda lagi seraya menyunggingkan senyuman licik dibibirnya. Rose terperanjat seraya menatap semua hadiah yang tertumpuk disana. “Pernikahan? Apa maksudnya? Mungkinkah Erich Dawson tidak membatalkan pernikahan kami setelah kejadian di dalam mobil waktu itu?” tanya Rose dalam benaknya. Brenda memperhatikan raut wajah Rose yang masih terperanjat seraya menatap semua hadiah yang diberikan keluarga Dawson menjelang hari pernikahan. “Kenapa kau terkejut seperti itu? Apa kau baru menyadari bahwa sebentar lagi hidupmu akan sengsara karena kau menikahi monster yang kejam seperti Erich Dawson? Meskipun kau menyesalinya itu sudah terlambat, Rosie … kau hanya bisa menikmati kesengsaraanmu setelah kau menjadi bagian dari kehidupan monster itu!” ucap Brenda membuat Rose merasa kesal. “Benarkah aku akan hidup sengsara? Heh, kenapa kau yakin sekali dengan ucapanmu itu Brenda?” balas Rose dengan lirikan matanya yang tajam sehingga membuat nyali Brenda sedikit berkurang saat menghadapinya. Rose melangkah perlahan mendekati ibu tirinya yang mundur beberapa langkah lantaran tak ingin terlalu berdekatan dengannya setelah melihat semua perubahan sikap yang ditunjukkannya. “Aku takut kaulah yang akan hidup sengsara setelah aku menjadi bagian dari keluarga Dawson!” bisik Rose di telinga Brenda. “Beraninya kau….” Brenda melayangkan tangannya hendak menampar wajah Rose namun tangannya justru ditangkap serta digenggam dengan erat oleh putri tirinya tersebut. “Sudah kubilang dalam mimpimu sekalipun kau tidak akan pernah bisa menyakitiku lagi!” Rose berseru seraya menghempaskan tubuh Brenda hingga terjatuh ke lantai. Semua pelayan yang ada diruangan itu menyaksikan bagaimana Rose menghadapi Brenda namun satupun dari mereka tak ada yang berani membantu apalagi membela majikan mereka itu lantaran takut kepada Rose. Rose mengalihkan pandangannya kepada tumpukan hadiah yang diberikan keluarga Dawson. “Bawa semua hadiah ini ke kamarku!” seru Rose memberikan perintahnya kepada pelayan-pelayan yang seharusnya setia kepada Brenda. Para pelayan yang lebih takut kepada Rose tanpa ragu untuk mengerjakan apa yang diperintahkannya. “Hentikan!” seru Brenda ingin menguasai semua hadiah tersebut lantaran tau bahwa barang pemberian dari keluarga Dawson bernilai cukup fantastis. Para pelayan itu pun berhenti setelah mendengar seruan majikan mereka. “Kalau kalian tidak melakukan apa yang kuperintahkan maka jangan salahkan aku jika kalian semua akan bernasib sama seperti rekan kalian yang menderita patah tulang karena perbuatanku!” ucap Rose mengancam semua pelayan itu yang lantas gemetar ketakutan. “Rosie, kau tidak bisa-” “Apa kau yang akan menikahi keturunan keluarga Dawson?” sergah Rose membuat Brenda terdiam. “Semua hadiah ini pemberian keluarga Dawson menjelang hari pernikahanku bersama monster itu! Bukankah kau sendiri yang mengatakannya tadi, Brenda?” sambung Rose lagi semakin menekan Brenda sehingga tak bisa membalas perkataannya. “Bawa semuanya ke kamarku!” seru Rose kembali memberikan perintahnya kepada para pelayan itu kemudian beranjak pergi menaiki anak tangga menuju lantai atas meninggalkan Brenda yang hanya bisa terdiam kaku diruangan itu. Dari sudut pintu dapur Kelly menatap Rose dengan kedua matanya yang sedikit berair. “Apa yang sudah dilaluinya? Apakah dia menjalani kehidupan yang begitu keras sehingga dia bertindak sekejam ini pada semua orang?” tanya Kelly dalam benaknya seraya menatap Rose yang dulu pernah menjadi anak asuhnya. Dengan matanya yang masih berair Kelly membuat pie apel yakni cemilan yang sangat disukai oleh Rose sejak kecil. “Kelly, kau sedang membuat apa?” tanya kepala pelayan dirumah itu. “Aku membuat pie apel,” sahutnya seraya mengusap air matanya yang hendak jatuh dipelupuk matanya. “Untuk siapa?” tanya kepala pelayan itu lagi. “Untuk Nona Rosie!” jawab Kelly membuat kepala pelayan itu mengernyitkan dahinya. “Apa kau lupa kalau Nona Rosie tidak menyukai pie apel?” Kelly lantas terdiam disaat kepala pelayan itu sedang mengingatkannya. Kelly tak perduli apa yang dikatakan oleh kepala pelayan tersebut karena kenyataannya memang benar bahwa Rosie tidak menyukai pie apel namun cemilan tersebut ingin ia berikan kepada Rose yang sedang menyamar sebagai Rosie. Di kamarnya Rose menatap semua hadiah yang tertumpuk diatas sofa. Ia berdiri seraya mengepalkan kedua tangannya karena merasa kesal lantaran Erich tidak membatalkan pernikahan mereka seperti yang diharapkannya kemudian ia meraih satu hadiah, lalu membukanya. “Perhiasan!” gumamnya kemudian melemparkan hadiah tersebut kembali ke sofa. Bukan kemewahan yang diinginkan Rose setelah keluar dari penjara bahkan dirinya menganggap pernikahannya dengan Erich akan membuatnya sulit untuk balas dendam tanpa mengingat semua perkataan Darla mengenai Erich sebelumnya. Tok! Tok! Tok! “Siapa lagi yang ingin mengusik ketenanganku?” gerutunya seraya menoleh kearah pintu kamarnya yang baru saja diketuk dari luar. “Nona, ini saya … Kelly!” Rose langsung terperanjat ketika mendengar suara wanita paruh baya yang dulu merawatnya penuh dengan kasih sayang. “Kelly….” ucapnya dengan bibirnya yang sedikit bergetar. “Masuklah!” serunya membiarkan wanita paruh baya itu untuk masuk ke dalam kamarnya. Jantung Rose berdegup kencang saat kedua matanya menatap Kelly melangkah masuk ke dalam kamarnya sembari membawa cemilan kesukaannya. “Nona, saya bawakan anda cemilan.” ucap Kelly menatap Rose dengan kedua matanya yang tampak berair. Tatapan Rose lantas tertuju kepada cemilan yang membuat air liur mengumpul di dalam mulutnya. “Rosie tidak menyukai pie apel dan aku harus menolaknya karena aku sedang menyamar menjadi dirinya!” gumam Rose dalam hatinya. Rose memalingkah wajahnya begitu saja membuat Kelly merasa kecewa. “Bawa cemilan itu pergi … aku tidak suka makan pie apel!” seru Rose terpaksa menolak cemilan kesukaannya itu. Penolakan yang dilakukan Rose barusan tak membuat Kelly pergi begitu saja. Ia justru melangkah mendekati Rose masih membawa cemilan itu ditangannya. “Saya tau Nona Rosie tidak menyukai pie apel, tapi anda sangat menyukainya.” ucap Kelly sontak membuat Rose kembali menatapnya. Air mata Kelly menetes begitu saja saat telapak tangannya mengusap lembut sisi wajah Rose. “Setiap hari aku merindukanmu dan aku selalu berdoa agar aku bisa bertemu denganmu lagi.” ucap Kelly sangat terharu ketika dirinya kembali mengusap lembut wajah anak asuhnya itu. “Hentikan!” seru Rose terpaksa menepis tangan Kelly lantaran tak ingin penyamarannya gagal dan diketahui oleh orang lain. “Keluar dari kamarku!” serunya lagi mengusir Kelly. Melihat sikap gugup yang ditunjukkan Rose saat itu membuat Kelly semakin berani. Kelly meletakkan pie apel itu diatas meja kemudian ia mendekap tubuh Rose sambil menangis tersedu-sedu. “Saya tidak tau apa yang sedang anda lakukan saat ini, tapi saya tidak buta dan saya tau bahwa ini anda, Nona Rose!” ucap Kelly dengan isak tangisnya. Jantung Rose semakin berdegup kencang serta kedua tangannya tampak gemetar lantaran dirinya sedang berusaha untuk menolak kehadiran Kelly yang mengetahui bahwa dirinya bukanlah Rosie.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN