Bandung, sepuluh tahun yang lalu. “Nada,” sapa Elon, salah seorang kakak kelas yang duduk di kelas tiga. Nina baru saja hendak menapakkan kaki di anak tangga pertama menuju lantai dua sekolah mereka, tempat kelasnya berada. “Ya? Kenapa Kak?” “Tumben datangnya agak siang?” “Oh iya. Ada urusan dulu tadi, Kak. Ada apa ya?” “Tadinya ada yang mau aku omongin.” “Oh gitu. Mmm … mepet upacara ya sebentar lagi?” “Kalau pulang sekolah bisa?” “Iya, inshaaAllah bisa.” “Oke. Aku tunggu di depan ruang musik ya?” Nina mengangguk. Dan kemudian terdengar bel tanda masuk sekolah berbunyi. “Nada naik dulu, Kak?” “Iya, silahkan. Maaf ya?” Anggukan kedua, namun tak tuntas, karena Nada langsung berlari cepat, berburu dengan waktu sebelum guru Bimbingan Konseling mereka berteriak dari tengah lapanga