Bab Delapan - Nayla Sakit

1054 Kata
Kurang apa aku selama ini padamu? Semua rasa yang aku miliki kuberikan padamu, semua kepercayaan kuserahkan padamu, tapi kamu malah berkhianat, mengabaikan semua perjuanganku selama ini. ***            Dikarenakan rasa bersalahnya kepada Nayla akibat kejadian tadi siang, Keral sadar bahwa ia sudah mengkhianati Nayla, akhirnya, laki-laki itu berniat meminta ma’af kepada tunangannya itu, mungkin ia akan melanjutkan memikirkan hubungannya dengan Nayla nanti, disaat ia sudah benar-benar merasakan dirinya tenang.            Sepanjang perjalanan menuju Apartemen Nayla, Keral memang masih memikirkan janjinya dulu, janjinya yang pernah ia ucapkan dalam hatinya kepada Kanaya saat mereka bertemu yang ke tiga kalinya, saat dipemakaman Ibunya dan saudaranya Kanaya.            Keral tahu, setelah kehilangan Ibunya, Kayana yang memang dasarnya anak hasil dari peceraian orangtua, akan tinggal sendirian, karena saat Itu Kanaya menolak untuk ikut dengan Ayahnya, ke kota asal Ayahnya berada.            Saat itu memang Keral sempat jatuh hati dengan Kayana, perempuan itu berhasil mencuri sebagian dari hati Keral, tapi mengingat ia yang masih muda, Keral tidak mau memulai suatu hubungan yang serius, dan waktu itu pula ia sempat berjanji dalam hatinya bahwa bila di masa depan ia bertemu dengan Kanaya lagi, maka sebisa mungkin laki-laki itu untuk hidup bahagia dengan Kanaya, yah dengan mewujudkan pernikahan mereka misalnya.            Tapi mengingat dirinya yang tak lagi bertemu dengan Kanaya setelah hari itu, Keral memang sempat kehilangan kontak Kanaya dan saat itu pula Nayla muncul di hidupnya, perempuan ceria itu mampu meluluhkan Keral yanng hampir anti sosial, bukan, bukan Keral jenis manusia yang benar-benar tidak memiliki teman, Keral hanya memang suka sendiri, Keral tak suka keramaian, tapi beda saat Nayla datang dihidupnya.            Perempuan itu tentu banyak punya teman karena Nayla memang senang berteman juga cukup pandai berbicara, perempuan itu juga yang mendukung semua keinginan dan cita-cita Keral hingga didetik ini, perempuan itu lah yang benar-benar ada di sisi Keral saat dunia terasa begitu menyakitkan bagi Keral.            Hari ini, Keral mencoba menenangkan diri, ia benar-benar merasa berada di posisi yang harus memilih antara Kanaya dan juga Nayla, sebelum dua perempuan itu merasa disakiti oleh Keral. Ia juga harus memilih antara janji untuk hidup dengan Kanaya atau menepati janji mempersunting tunangannya sendiri, Keral harus memilih janji mana yang akan ia tepati.            Malam ini Keral memilih untuk melakukan quality time dengan Nayla, ia yang tengah mengenakan kaos hitam dan celana jeans itu pun sudah memencet bel di depan Apartemen Nayla, satu menit laki-laki itu menunggu, suara langkah Nayla masih tak terdengar, setelah menekan bel lagi, dan bunyi bel ke dua kembali membuat Keral menunggu, padahal laki-laki itu sudah tak sabaran untuk bertemu dengan Nayla, apa yang dilakukan Nayla hingga perempuan itu tidak membuka pintu Apartemenya.            Keral mencoba menghubungi Nayla, tapi saat panggilan di ponselnya tersambung, pintu Apartemen Nayla terbuka, memperlihatkan Nayla yang tengah berdiri dengan tubuh yang dibalut selimut, perempuan itu terlihat kedinginan, rambutnya juga berantakan, dan belum sempat Keral berucap sesuatu, Nayla sudah kembali bersin-bersin lagi.            Setelah menyapu lendir hingusnya, Nayla mempersilahkan Keral masuk disertai dnegan bersin yang sudah ke empat kali yang Keral dengar dari awal ia berada di sini.            “Kamu sakit gini, tumben enggak nelpon aku?” tanya Keral, mencoba meraih tubuh Nayla, tak lupa Keral mendekatkan kotak tisu yang ada di atas meja ruang tamu Nayla ke arah perempuan itu.            Keral menarik tubuh Nayla ke dalam pelukannya, biasanya perempuan itu suka ia peluk, biasanya Keral juga suka untuk memeluk Nayla, tapi entah kenapa sekarang, saat memeluk Nayla, Keral malah merasa tengah memeluk Kayana.            “Sudah minum obat?” tanya Keral lagi saat menyentuh kening Nayla, tidak demam syukurnya.            Nayla menggeleng, membuat Keral melepaskan pelukannya di tubuh Nayla, laki-laki itu pun bergegas ke dapur untuk mengambil air juga obat flu yang biasanya Nayla minum, yah flu memang penyakit langganan Nayla, jadi Keral memang sudah terbiasa dengan tisu yang berserakan dimana-mana saat Nayla tengah flu.            Keral menyerahkan, obat, air minum juga roti yang ia beli sebelum ia sampai sini, melihat Nayla yang sudah meminum obatnya, membuat Keral tersenyum, perempuan itu memang tampak kelelahan.            Keral meraih tangan Nayla, membawanya ke atas pahanya, membuat Nayla malah menatapnya aneh. “Kamu sering sakit gini, kelelahan banget ya?” tanya Keral dengan nada sarat akan perhatian, membuat Nayla langsung tersenyum.            Nayla menggeleng, ia rasa tubuhnya hanya kaget karena tadi sore ia kehujanan setelah berbelanja di supermarket yang biasa ia kunjungi, dan sialnya tadi sore Nayla tidak membawa mobil ke sana, kebetulan memang jarak supermarketnya dekat dari Apartemennya, dan Nayla pikir lebih baik ia berjalan kaki, tapi sayang, cuaca memang tak bisa dipridiksi, hujan pun turun saat Nayla sudah setengah jalan menuju Apartemennya.            “Ya, kalau mau kemana-mana kamu bilang aku coba, biar aku anter,” usul Keral, sambil mengelus pelan hidung Nayla yang sudah berubah warna menjadi warna merah.            Nayla hanya mengganguk sebagai jawaban, ia benar-benar merasakan kepalanya pusing dan matanya mulai berat untuk dibuka, mungkin karena reaksi dari obat flu yang tadi Nayla minum.            “Aku temenin tidurnya Nay?” tawar Keral saat melihat Nayla malah memejamkan matanya, tanpa menunggu persetujuan Nayla, Keral tiba-tiba mengangkat tubuh Nayla, menggendongnya hingga perempuan itu ia tidurkan di ranjangnya, di kamarnya yang berwarna merah muda.            Nayla membuka matanya yang berat saat ia merasakan bibir Keral mendarat cukup lama di keningnya, tangan laki-laki itu pun menggengam tangannya dengan erat, ada rasa aneh yang membuat Nayla hanya bisa menarik napasnya dan membalas gengaman itu.            “Aku sayang kamu Nay,” aku Keral pelan sabil menatap Nayla lembut. “Sayang banget malahan,” tambahnya lagi.            Nayla membalas tatapan Keral yang duduk di sisi sebelah kanan tubuhnya, ia tersenyum dan mengangguk paham. “Aku tahu,” balas Nayla. “Aku juga sayang kamu kok, temenin aku tidur malam ini ya?” pinta Nayla yang membuat Keral mengangguk tanpa adanya keraguan.            Nayla menutup matanya, ia masih bisa merasakan hangatnya tangan Keral yang ada di dalam telapak tangan perempuan itu, sampai di menit dua puluh akhirnya Keral melepaskan gengammannya di tangan Nayla, yang membuat Nayla masih bisa merasakan itu karena Nayla memang belum benar-benar tertidur, ia hanya memejamkan matanya, mencoba untuk tertidur.            “Hallo Kanaya?” setelah mendengar suara dering telpon Keral, Nayla mendengar Keral menyembutkan nama Kanaya? Siapa Kanaya itu? Dan setelah itu ia kembali mendengar pintu kamarnya ditutup, Nayla juga mendengar Keral mematikan lampu tidur di kamarnya.            Kanaya, siapa Kanaya? kenapa Keral memilih untuk mengangkat telpon perempuan yang bernama Kanaya itu daripada berada di sisi Nayla, kenapa Keral malah pergi meninggalkan Apartemen Nayla, Keral memangnya mau kemana? ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN