Hari diadakan Persami itu akhirnya datang juga. Mau tak mau Dara harus menjalankan tugas dari sekolah. Ada rasa syukur dalam hati Dara, karena Bobby membimbingnya dengan baik. Hingga dalam kurun waktu singkat ia dapat menyerap semua materi yang diberikan.
Dan kini ia sudah berada di sebuah kawasan perkemahan di kota itu. Ia digabungkan dengan murid perempuan dari sekolah lain. Dan di situlah Dara bahagia, mendapatkan banyak teman baru.
Dan kawasan perkemahan tersebut terlihat menyenangkan. Dengan arena outbond yang benar-benar menantang. Memudarkan rasa kesal dan kecewanya selama dua minggu ini. Apalagi kini ia dan Bobby terpisah karena berbeda regu putra-putri. Dara merasa seakan bebas. Ia bahagia dan lega. Bobby sendiri sedikit kesal, karena kesibukannya sebagai ketua regu membuat ia tak dapat sekedar berbicara dengan Dara.
Acara demi acara berjalan dengan lancar. Dara juga mudah menyesuaikan diri. Ini pengalaman baru untuknya. Bersahabat dengan alam, dan hidup di alam bebas.
Dara mendapatkan seorang teman perempuan dari SMA Karya Bangsa yang menjadi teman satu regunya. Sebuah sekolah swasta yang tak kalah elit dari SMA Nusantara. Dialah Almira Dewi, seorang gadis manis dan cantik yang begitu ramah pada semua orang.
Dan ada seorang laki-laki yang juga menarik perhatian Dara. Laki-laki tampan yang terlihat lebih dewasa dari dirinya maupun Bobby. Dara tak berkedip menatap lelaki tampan itu. Jantungnya berdebar kencang ketika tanpa sengaja mereka bertatap mata. Dan Dara mengenalinya, karena dia juga cowok populer di perkemahan itu. Ardika Satya Atmaja. Nama lelaki itu yang sering diucapkan para gadis itu. Lelaki itu bersekolah di tempat yang sama dengan Almira.
Diam-diam Dara menyukai lelaki itu. Merasakan rasanya jatuh cinta untuk pertama kalinya. Merasa debar-debar cinta masa pubernya.
Bagaimana bisa Dara tidak jatuh cinta, Ardi terlihat sangat tampan dan rupawan. Ardi berkulit putih bersih, dengan mata bulat dan bibir yang merekah. Lesung pipit yang terlihat manis menghiasi pipi lelaki itu ketika ia tersenyum. Tubuh Ardi juga atletis, gagah dan tinggi menjulang. Betapa sempurnanya pria itu.
Dan pucuk di cinta ulam pun tiba. Ardi mengajak Dara berkenalan. Lelaki itu terlihat ramah pada Dara. Betapa bahagianya hati Dara, seolah semua mimpi untuknya. Lelaki idaman para gadis mau menyapanya. Tapi Dara sadar diri, tidak mungkin lelaki sesempurna itu tidak memiliki seorang kekasih. Dan lebih tidak mungkin lagi jika Ardi menyukainya.
"Hai aku Ardi, dari SMA Karya Bangsa." Ardi mengulurkan tangannya ke arah Dara. Senyum manis tersungging di bibir lelaki tampan iku, hingga terlihat lesung pipitnya di kedua pipinya yang terlihat semakin manis.
"I-iya Kak. Aku Dara. Dari SMA Nusantara. Salam kenal." Dengan jantung berdebar Dara berkenalan dengan Ardi.
Hingga akhirnya obrolan demi obrolan tercipta karena sikap ramah Ardi. Dara yang biasanya tidak pernah berbicara dengan lelaki menjadi sangat nyaman.
Namun hal yang tidak disangka Dara, membuatnya sangat terkejut. Rupanya Almira adalah salah satu dari banyaknya gadis yang menyukai Ardi. Dan Almira terlihat marah ketika melihat Ardi mendekatinya. Almira menyaksikan kedekatannya dengan Ardi dengan penuh amarah.
"Kamu ini apa-apaan sih Ra. Aku kira kita berteman, karena kamu baik padaku. Jadi ini yang kamu mau? Kamu menempel padaku untuk mendekati Kak Ardi?" tuduh Almira secara asal.
"Mira, ini semua nggak seperti yang kamu kira. Aku dan Kak Ardi hanya berkenalan tidak lebih."
"Jangan bohong kamu Ra, aku tahu arti pandangan kamu ke Kak Ardi. Kamu juga menyukainya kan?" Pertanyaan Almira membuat Dara membatu. Dara tak dapat memungkiri perasaannya yang memang menyukai lelaki itu.
"Ternyata benar. Aku kecewa sama kamu Dara." Almira meninggalkan Dara dengan kesal.
"Mira! Tunggu Mira!" Dara mengejar Almira, menurutnya persahabatannya dengan Almira yang baru terjalin lebih penting dari pada urusan lelaki.
"Mulai sekarang anggap kita tidak pernah saling kenal. Aku benci kamu Dara."
Dara menangis, ia sudah kehilangan Almira. Gara-gara perasaan bodohnya untuk lelaki yang bahkan baru ia kenal.
***
"Dengan ini kami membuka acara pencarian jejak kita malam ini. Peta sudah diserahkan kepada ketua regu masing-masing. Ketua regu harap memastikan jika anggota tetap utuh ya. Karena kita akan melewati area hutan. Jadi pastikan tidak ada yang terpisah dari regu. Ada yang ingin ditanyakan?" Seorang Kakak pembina memberikan arahan.
"Siap Kak. Tidak ada," jawab mereka serentak.
Akhirnya acara dimulai. Dan Dara yang menjadi wakil ketua regu berada di barisan paling belakang, memastikan anggota regunya tetap utuh. Almira yang menjadi ketua acuh tak acuh. Ia enggan untuk berkomunikasi dengan Dara. Jadi ia memilih untuk tidak bicara.
Sepanjang perjalanan mereka lewati dengan lancar. Segala rintangan dan teka-teki yang dipersiapkan dapat dipecahkan dengan baik. Karena kepandaian Dara.
"Guys, kalian tunggu aku di sini ya? Aku ingin berbicara dengan wakil ketua sebentar. Kalian tidak keberatan kan? Regu lain masih tertinggal di belakang. Aku yakin kita menang. Karena tinggal satu rintangan lagi yang ada."
"Baik Mir," jawab anggota regu Almira serentak.
Almira menarik tangan Dara dan membawanya jauh dari teman satu regunya.
"Kita mau ke mana Mir?" tanya Dara panik. Almira diam saja tak menjawab. Almira baru berhenti ketika mereka cukup jauh dari teman satu regunya. Kini keduanya berdiri di dekat sebuah pohon.
"Hah, langsung saja. Aku nggak suka satu regu sama kamu. Kalau bisa minta saja sama kakak pembina untuk bertukar regu dengan yang lain."
"Mira, kenapa kamu jadi begini padaku. Bukankah kita kemarin begitu akrab dan dekat? Aku suka berteman denganmu."
"Maaf, tapi aku tak suka sama kamu. Karena kamu sudah menggoda Kak Ardi."
"Tidak Mir. Aku tidak menggodanya. Maafkan aku."
"Sudah, lebih baik kamu cari jejak sendiri. Jangan dekat-dekat sama aku."
"Mira." Dara memegang tangan Almira. Almira yang kesal refleks menepis tangan Dara. Dara tergelincir dan jatuh ke dalam sebuah lubang dekat pohon. Karena suasana cukup gelap Almira tidak menyadari jika ada sebuah lubang yang menganga lebar di dekat pohon.
"Kyaaa ...." Dara berteriak ketika ia jatuh. Almira terkejut karena tanpa sengaja ia membuat Dara terjatuh.
"Mira, tolong aku Mir." Dara terkapar tak berdaya di dasar lubang. Dengan tangan bergetar wanita itu menghidupkan senter miliknya dan melihat Almira tergeletak tak berdaya. Almira jadi takut jika terjadi sesuatu pada Dara. Ia memilih untuk lari dan meninggalkan Dara seorang diri.
***
Dua puluh menit kemudian.
"Tolong! Tolong!" Suara lirih Dara terdengar di telinga anggota satu regu Ardi. Ardi sebagai ketua memutuskan untuk mencari sumber suara. Hingga akhirnya mereka dapat melihat Dara yang terkapar di sebuah lubang besar.
Ardi segera menyambung tali dan turun ke bawah. Dengan sigap, ia menyelamatkan Dara. Dan dengan bantuan satu regu Ardi membawa Dara naik.
"Kalian lebih baik duluan. Biar aku yang bawa gadis ini. Karena kalau kita berjalan bersama bisa-bisa kita kalah banyak dari regu lain."
"Beneran nih Di? Kita tinggalkan kalian?" tanya mereka memastikan.
"Iya. Bilang pada kakak pembina jika aku menolong anggota putri yang terluka. Kalian pasti bisa tanpa aku."
Akhirnya anggota regu yang lainnya meninggalkan mereka berdua. Dan Ardi dengan susah payah menggendong Dara yang masih pingsan. Malang nasib mereka ketika hujan tiba-tiba turun dengan lebatnya. Membuat Ardi harus mencari tempat untuk berteduh.