Purwakarta, 1990
Semua siswa-siswi MAN Cipulus telah berdiri di hadapan papan pengumuman sekolah. Mereka berdesakan satu sama lain untuk melihat hasil kelulusan angkatan 1990. Sinar Abizar sedari tadi menunggu mading sekolah itu sepi dari riuh teman-temannya.
Sinar menyaksikan teman-temannya yang berlarian menguncap syukur atas kelulusan yang didapatkan mereka. Setelah tempat itu cukup sunyi, perlahan ia mendekat ke arah mading. Lelaki berkulit tak begitu gelap itu melihat ke papan pengumuman.
Nama Sinar Abizar berada di urutan ke dua setelah rival sekaligus teman dekatnya, yaitu Abdul Aziz. "Alhamdulillah, ya Allah." Sinar mengucap syukur.
Sinar menundukan kepalanya, tak terasa mata pemuda itu mulai mengeluarkan butiran bening yang ada di dalamnya. Sinar perlahan mulai mengusap air mata yang hendak mengalir ke pipinya. 'Semoga emak dan abah bangga dengan hasil nilaiku ini, ya Allah.' Sinar membantin
Terdengar suara seseorang berteriak memanggil nama pemuda yang sedang berdiri di depan mading itu. "SINAAR!"
Sinar pun membalikan badannya untuk mencari siapa sumber suara tersebut. Ia mendapati Aziz yang telah berlari pelan mendekatinya.
"Sinar, maneh teh baru lihat pengumuman?" tanya Aziz dengan nada khas sundanya.
"Enya, atuh, Ziz. Memangnya, kenapa?" balas Sinar.
"Enteu sih, eh tapi maneh teh kamana wae? Pan pengumuman teh dipajang dari pagi," ujar Aziz.
"Urang mah dari tadi geh berdiri wae di sana." Sinar menunjuk ke suatu tempat yang tak begitu jauh.
"Aya naon di dinya, teh?" ujar Aziz.
"Aya banyak cacing!" celetuk Sinar"Urang nuju sibuk nyari cacing," imbuh Sinar.
"HAH! Ker naon, Nar?" tanya Aziz, heran.
"Katanya mau dimakan sama kamu!" Sinar terkekeh.
"Hih seriusan, atuh, Nar. Kamu iyu memang lucu. Kecuali, hari ini!" ungkap Aziz.
"Hehe, lagian. Pake nanya segala urang nuju naon di dinya. Ya, tahulah, au, kan, nggak suka keributan, apa lagi desak-desakaan. Tadinya, aku di situ itu Cuma nunggu mading sepi," ujar Sinar.
"Oh kitu, nya ngges atuh, ayeuna ges tingali nilai, kan. Nah kita berdua dicariin sama bidang kesiswaan," ungkap Aziz.
"Kata siapa, Ziz?" tanya Sinar.
"Beliau langsung yang ngomong. Makana ge dari tadi pan urang neangan maneh. Babaturan lain aya di aula, maneh malah teu aya!" ujar Aziz.
"Jadi, kita ke aula, apa ketemu Pak Zikri dulu?" tanya Sinar.
"Ke Pak Zikri dulu ajalah," sahut Aziz.
Aziz si bintang sekolah serta Sinar. siswa pintar berkarismatik itu pun menemui Pak Zikri, selaku Bidang Kesiswaan di sekolah MAN Cipulus.
"Assalamu'alaikum... Pak," ucap Aziz dan Sinar berbarengan. Dua siswa pintar MAN Cipulus itu berdiri di depn pintu ruangan Bidang Kesiswaan.
Pak Zikri yang sedang membaca, meletakan lemabaran kertas tersebut dan mempersilakan kedua siswanya yang masih berdiri di depan pintu ruanganya untuk segera masuk. "Masuk atuh, Aziz, Sinar... silakan duduk," ucap pak Zikri.
Dua siswa berprestasi itu melangkahkan kakinya ke dalam ruangan dan segera menuruti perkataan sang guru.
Setelah Aziz dan Sinar duduk, Pak Zikri berkata, "Bagaimana, Aziz, Sinar? Lulus?" tanya beliau.
Aziz menjawab, "Alhamdulillah, Pak. Lulus dengan nilai terbaik." Pemuda berkulit putih itu melontarkan senyum ramahnya pada Pak Zikri.
Sedangkan Sinar, dengan penuh kerendahan ia berkata, "Iya, Pak. Alhamdulillah, saya juga lulus. Walau tidak menjadi siswa terbaik, tetapi, ini semua sudah lebih dari cukup," ungkap Sinar.
"Iya, alhamdulillah, Bapak juga senang dengarnya. Jadi, gini, Ziz, Ni. Sebelum kita rapat bersama di aula, Bapak ditugaskan untuk menyampaikan hal ini terlebih dahulu kepada kalian, sebelum nantinya resmi diumumkan di aula," tutur pak Zikri.
"Maaf, Pak. Memangnya hal apakah, itu?" tanya Sinar.
"Kampus Universitas Al-Azhar di Kairoh, Mesir, memberikan jatah beasiswa untuk dua siswa terbaik di sekolah ini. Berhubung kalian berdua memiliki nilai paling tinggi dari siswa lainnya. Maka, beasiswa itu, bisa kalian ambil," tutur Pak Zikri.
Sinar tertegun mendengarkan pernyataan dari Pak Zikri. Sedangkan, Aziz terus mengucapa syukur.
"Alhamdulillah, ya Allah. Usaha dan doa saya selama ini tidak sia-sia," ungkap Aziz yang refleks mengelus dadanya. "Terima kasih banyak, Pak. Saya akan memberitahu keluarga tentang kabar bahagia ini," imbuhnya sembari terus mencium punggung tangan Pak Zikri.
"Saya juga, Pak. Tidak percaya mendengar kabar ini. InsyaAllah secepatnya, akan saya kabari keluarga di Subang," ujar Sinar.
"Ya, sudah. Mari! Kita ke aula." Pak Zikri yang semula berdiri, terlihat seperti ada yang harus diselesaikan. :"Aziz dan Sinar duluan saja, nanti Bapak menyusul," ucap pak Zikri.
Di dalam aula MAN Cipulus, kepala sekolah mengumumkan kabar tentang beasiswa di Universitas Al-Azhar Kairoh yang akan diberikan kepada dua siswa terbaiknya, yaitu Abdul Aziz dan Sinar Abizar.
Semua siswa-siswi MAN Cipulus tak merasa heran jika kedua teman baik tersebut yang menjadi siswa terbaik, karena memang kepintaran dan pengetahuan Aziz serta Sinar sudah tidak diragukan lagi.
***
Bersambung...