Makalah

1065 Kata
“Kamu ngapain ke sini?” tanya Jaya pada Aura. Seorang perempuan yang menjadi sahabatnya. Akan tetapi, Aura menyimpan sebuah rasa padanya. Lain halnya dengan Jaya yang hanya menganggap Aura sebagai sahabat dan adiknya. “Mau main, saja.” “Ini sudah malam, Ra. Tidak baik seorang wanita main ke rumah laki-laki di jam seperti ini.” Jaya mengambil satu porsi makanan ke piringnya sembari menunggu Sofia yang sedang mengambil air minum. “Loh, Aura?” tanya Sofia yang datang dengan membawa teko berwarna hijau berisi teh di tangan kanannya. “Selamat malam, Tante,” sapanya dengan menyalami tangan Sofia. “Malam, kamu ada apa? Kok kemari jam segini,” kata Sofia sembari melihat jam di dinding. Waktu telah menunjukkan pukul 18.30 WIB. Memang, belum terlalu malam, akan tetapi bagi seorang insan tidak layak bertamu dalam jam itu. Apalagi, seorang gadis bertamu ke rumah pria. “Eh, gak ada apa-apa. Aura hanya ingin bertamu saja, soalnya tadi pulang dari jalan-jalan, eh, kebetulan lewat depan rumah.” Aura duduk di kursi sebelah Jaya. Alibinya memang benar-benar sempurna, padahal ia berangkat dari rumahnya memang bertujuan untuk datang ke rumah Jaya. Sama sekali tidak ada niat untuk jalan-jalan. “Oh begitu, seharusnya, tadi kamu langsung pulang. Tidak baik, loh, mampir-mampir ke rumah orang lain di waktu malam begini. Apalagi di rumah lawan jenis.” Sofia duduk di tempat biasanya. “Ya, sudah, silakan menikmati makan malam yang seadanya.” Mereka bertiga menyantap menu makan malam dengan nikmat. Lima belas menit setelah selesai makan, Aura pamit untuk pulang. Sedangkan, Jaya memilih untuk masuk ke kamar karena harus mengerjakan makalahnya. Makalah yang harus diselesaikan selama satu minggu, belum juga Jaya mendapatkan ide yang tepat untuk tugasnya itu. “Mama bikin kaget.” “Kamu kenapa melamun?” tanya Sofia yang berjalan masuk ke kamar Jaya. Setelah itu, beliau duduk di tepi ranjang anaknya. “Apa ada masalah?” tanyanya ketika tidak mendapatkan respons dari putranya. “Jaya belum dapat ide juga. Padahal, makalah harus selesai dalam satu minggu, Ma.” “Kamu sudah riset?” tanya Sofia. “Belum, Ma. Ide yang mau Jaya bahas saja belum dapat juga.” “Kenapa kamu tidak membuat makalah mengenai salah satu kerajaan. Nah, dari sana kamu bisa membahas tentang manfaat dari adanya pemerintah salah satu kerajaan tersebut di era globalisasi ini. Pastinya ada sebuah hikmah dari suatu peristiwa yang terjadi di masa lalu.” Sofia keluar untuk mengambil salah satu buku sejarah yang dia koleksi. Setelah itu, Sofia kembali ke kamar Jaya. “Kamu bisa pakai untuk riset.” “Siap, Ma. Thank you,” kata Jaya sembari mencium kening ibunya. Jaya mulai membaca buku itu dengan cermat. Sebuah buku yang membahas tentang salah satu kerajaan di Indonesia, tepatnya di daerah Jawa Barat. Kerajaan Sunda Galuh yang dulunya terletak di Bogor. Kerajaan Sunda Galuh berdiri sejak 1030 sampai 1579 Masehi. Kerajaan ini, dulu, memiliki sebuah kota yang menjadikan pusat seluruh aspek kehidupan yang bernama Pakuan Pajajaran. “Arti Penting Kerajaan Sunda Galuh,” ucap Jaya ketika mendapatkan sebuah ide untuk dijadikan judul makalahnya. Jaya mulai mengetikkan makalah yang akan dia buat. Jaya melakukan riset melalui berbagai sumber yang ada di internet atau koleksi buku sejarah milik Sofia. Entah apa yang terjadi, ibu dan anak itu sama-sama tertarik untuk mempelajari sejarah yang ada di Indonesia atau dunia. Bukti kecintaannya adalah koleksi buku sejarah yang ada di perpustakaan pribadi Sofia di kamarnya. Jaya mengerjakan malalah itu dengan teliti berdasarkan riset yang dia lakukan. Ketika menuliskan sebuah tulisan, hendaknya kita mencari sumber yang jelas. Sebab, apabila sumber dari tulisan kita tidak jelas, maka akan memberikan dampak buruk terhadap pembacanya. Berdasarkan hasil riset dari Jaya, Kerajaan Sunda Galuh merupakan penggabungan dari dua kerajaan yaitu Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh. Di mana, kedua kerajaan tersebut merupakan perpecahan dari Kerajaan Tarumanegara. Kerajaan ini dipimpin oleh Jayabupati. Setelah selesai mengetikkan asal-usul dan kisah dari Kerajaan Sunda Galuh, Jaya melanjutkan dengan mengetikkan arti penting yang terkandung dari sejarah berdirinya kerajaan ini untuk kehidupan masa sekarang. Menurut pemikiran Jaya yang berdasarkan pada peninggalan-peninggalan dan kisah darii kerajaan, ia menyimpulkan bahwa banyak ilmu dan penemuan baru yang dapat diterapkan dalam kehidupan era digital ini. Berdasarkan 7 prasasti peninggalan kerajaan Sunda Galuh, yaitu; Prasasti Rakryan Jurupangambat; Prasasti Citatih; Prasasti Cikapundung; Prasasti Pasir Datar; Prasasti Huludayeuh; Prasasti Kawali; Prasasti Kebantenan; dan Prasasti Batutulis, Jaya menyimpulkan bahwa dari masing-masing prasasti memiliki makna tersendiri. Wijaya menuliskan di dalam makalahnya secara rinci dari makna isi prasasti. Salah satu makna yang paling menonjol dalam kehidupan masa kini adalah pada prasasti Citatih. Di mana, pada masa sekarang ini, bisa diimplementasikan untuk menjaga kelestarian sungai. Seperti, tidak menangkap ikan secara asal yang bisa mengakibatkan kerusakan ekosistem sungai. Setelah berkutat dengan dunia kerajaan Sunda Galuh selama kurang lebih dua jam, Jaya menutup laptopnya karena sudah selesai. Sedangkan, ibunya masih sibuk membaca bukunya. “Ma, enggak tidur?” “Eh, kamu sudah selesai?” tanya Sofia. “Sudah, tinggal revisi, tapi bisa dilakukan besok, kok.” “Ya sudah, Mama kembali ke kamar. Kamu juga langsung tidur.” Wijaya berjalan ke kamar mandi untuk mengambil air wudu. Sudah menjadi kebiasaannya untuk melakukan itu sebelum tidur. Istirahat di malam hari setelah bersuci rasanya adem dan nyaman. Bahkan, air wudu sendiri memiliki manfaat yang begitu banyak. Wijaya telah terlelap dalam mimpinya sejak pukul dua belas malam tadi. Entah apa yang membuatnya terlalu lelap dalam tidurnya. Sampai ada suara angin kencang saja dirinya tidak bisa mendengarkan atau merasakannya. Benar, sekitar pukul setengah dua malam, tiba-tiba cuaca di luar rumah mendadak memilukan. Angin kencang itu melanda hingga menumbangkan beberapa pohon yang ada di tepi jalan. “Astaghfirullah ... Ampunilah dosa kampung ini, Ya Allah.” Sofia berlari membangunkan Wijaya yang benar-benar terlelap di dalam kamarnya. “Wijaya, cuaca di luar begitu menyeramkan.” Wijaya terbangun dari tidurnya sembari mengusap wajahnya. Ia melihat wajah ibunya yang masih merasakan kegundahan karena situasi di luar rumah. “Mama, jangan khawatir. Sebentar lagi juga usai.” Sofia membuka gorden melihat kondisi di luar rumah. Angin yang tadinya berkecamuk kini telah damai. Bahkan, telah bersepoi-sepoi seperti biasanya. Wijaya mengambil ponselnya untuk membalas pesan dari temannya. Setelah itu, ia mengantarkan Sofia kembali ke kamarnya. Memang, cuaca bulan ini sedang tidak menentu. Terkadang panas, hujan, dan kadang terjadi badai. Bahkan, tanpa hujan pun angin kencang tiba-tiba merusak lingkungan tempat tinggal warga. “Sudah, Mama kembali tidur. Kalau belum merasakan tenang, Mama salat tahajud saja nanti jam tiga. Sekarang tidur, ya,” ucap Wijaya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN