Bab 5. Kembalinya Cinta Lama

1115 Kata
Hari ini Alexander Henrick bertemu dengan kenalan baru di asosiasi bisnis yaitu Bramastya Yogaswara. Sebagai pengusaha yang sudah sukses, Alex menyambut calon temannya itu dengan baik dan ramah. Mereka bersalaman sambil berbasa-basi satu sama lain. Bahkan setelah pertemuan secara formal, Alex pintar mengakrabkan diri pada Bram. Tujuan Alex tidak lain adalah mendekati suami dari mantan kekasihnya, Nora. Dan dibalik semua itu, Alex memiliki niat sendiri. “Jadi putri-putrinya kembar?” tanya Alex berbasa-basi. Bram tersenyum dengan anggukan disertai sedikit kekeh. Alex pun ikut tersenyum dan mengangguk. “Bagaimana dengan anakmu? Berapa putra putrinya?” Bram membalas dengan basa-basi yang sama. “Hanya satu. Untuk saat ini.” Alex menjawab seraya menaikkan kedua alisnya bersamaan. Entah apa maksudnya sampai Bram ikut tergelak. “Sesekali aku ingin bertemu dengan anak dan istrimu juga. Mungkin kita bisa membuat acara makan malam keluarga sebagai perkenalan?” Alex menawarkan sebuah usulan pada Bram. Bram pun langsung mengangguk setuju. “Wah, ide bagus itu. Anakku juga bisa berteman dan akrab dengan anakmu ya?” “Tentu saja. Anakku akan segera berusia 17 tahun sebentar lagi.” “Pacarnya pasti banyak ya? Pasti ganteng seperti Papanya, hahaha,” puji Bram disertai tawa yang renyah. Alex juga ikut tertawa dan mengangguk. “Iya, memang sebaiknya dia cepat mencari pacar. Mana tahu dia tertarik pada putrimu. Kita bisa menjadi keluarga yang lebih dekat.” Alex menguarkan pelan pesannya dari sikapnya yang ramah pada Bram. Bram pun terkekeh dan mengangguk setuju. “Wah, aku setuju kalau begitu. Ayo kita kenalkan anak-anak kita. Toh kita berteman dan akan berbisnis bersama.” Alex semringah lebih lebar dan mengangkat gelas minumannya melakukan tos pada Bram. Bram juga tampak akrab berbincang apa saja pada Alex yang meladeninya dengan baik. *** Sementara di tempat berbeda, Luna memiliki dunia sendiri ketika ia berada di luar rumah. Selama 15 tahun terakhir, dia membuka usaha bisnis florist dengan memiliki toko bunga. Lunardewi memiliki toko bunga kecil tetapi sangat potensial untuk dijalankan. Tempat itu seperti surga selama bertahun-tahun baginya melarikan diri dari hidupnya dari istana Alexander Henrick. Sebagai seorang wanita berusia 35 tahun, Luna masih sangat awet muda. Dengan tubuh yang sedang, ia masih cantik seperti dulu. Oleh karena itu, beberapa kliennya suka datang untuk berbincang atau berkonsultasi tentang buket bunga yang hendak dibeli. Luna akan melayani begitu ramah dan jujur. Cara dia memperlakukan seseorang adalah salah satu daya tariknya. Maka pesona itulah yang membawa seorang pria kembali menemui Luna setelah ia pergi selama lebih dari 17 tahun. Keenan Abraham sedang mengemudi lalu berhenti tepat di depan toko milik Luna. Sementara itu, berbicara lewat telepon pada seorang manajer klub bola. Ia sedang membuat janji temu dengan salah satu siswa di klub tersebut yaitu Arsenio Henrick. Keenan tengah melakukan negosiasi untuk menjadi investor atau mungkin membeli klub tersebut. Sayangnya sang manajer malah bahwa Arsenio tidak bisa bertemu dengannya secara pribadi karena dia sibuk. “Maaf, Pak. Arsenio bilang dia masih memiliki jadwal yang padat minggu ini. Jadi dia menolak permintaan Bapak," ujar manajer itu pada Keenan yang sedang menoleh ke sisi jalan. Matanya membaca nama toko bunga milik Lunardewi Henrick tersebut. “Apa Anda menyampaikan pada Arsenio kalau anakku sangat belajar sepak bola?” Keenan membalas dengan pandangan masih mengarah pada toko bunga tersebut serta belum mematikan mesin mobil. “Ya, aku sudah memberitahunya. Dia bilang dia gak sempat melatih. Atau begini saja, Bapak bisa mengundang pemain lain seperti Evander Satria. Dia juga sama hebatnya dengan Arsenio. Dan mereka bersahabat.” Keenan mendengus pelan dan kesal. Tujuan utamanya adalah untuk bertemu putranya, Arsenio bukannya malah melihat anak lain. Namun, ternyata keberuntungan itu tidak tidak ada di pihaknya. “Aku cuma mau bertemu dengan Arsenio. Jangan lupa aku adalah calon investor kalian. Kenapa kalian malah menawarkan anak lain!" sahut Keenan terdengar kesal. "Maafkan saya, Pak Keenan. Tetapi, saya gak bisa memaksa Arsenio melakukan hal di luar dari schedule latihan. Saya harap Bapak bisa mengerti. Tapi untuk saat ini, saya tidak bisa melakukan apa-apa!” Keenan mengalihkan pandangannya dari toko bunga pada kemudi yang sedang dipegangnya. Ia meremas pelan lalu mengangguk. “Baiklah, kita bicarakan soal itu nanti saja.” Keenan pun akhirnya mundur. ia tidak bisa masuk begitu saja setelah sekian lama. Keenan harus memiliki celah yang bagus untuk mengendalikan semuanya. “Baik, Pak.” “Aku harus pergi. Aku punya janji lain.” “Kalau begitu, sampai jumpa minggu depan!” “Terima kasih sampai jumpa!” Keenan memutuskan sambungan telepon itu lalu menoleh lagi pada toko bunga di sebelahnya. Dia berpikir sejenak sebelum memutuskan untuk keluar dan berjalan ke toko. Tangannya memutar pegangan pintu lalu mendorongnya ke depan. Pintu terbuka lalu salah satu karyawan menyambutnya dengan ramah. “Selamat sore! Ada yang bisa dibantu, Pak? Apakah Anda mencari buket untuk acara khusus?" tanya karyawan tersebut ketika Keenan masuk. “Oh ya, aku gak tahu mau membeli yang mana.” “Kalau begitu biar saya yang bantu, Pak. Silakan di sebelah sini!" karyawan itu menunjukkan pada Keenan beberapa bunga sambil memberinya penjelasan untuk memilih bunga dengan baik. Tetapi Keenan beberapa menengok ke belakang ke arah pintu. Karyawan tersebut melihat sikapnya yang aneh lalu menegurnya masih sopan. “Aku ingin bertemu dengan pemilik toko ini,” ujar Keenan akhirnya memberitahunya alasannya. Karyawan itu tampak ragu-ragu pada awalnya. Akan tetapi, Keenan meyakinkan jika dirinya adalah seorang teman dari Luna. "Baiklah, silakan lewat sini!" karyawan itu membawa Keenan melalui pintu yang menghubungkan ke ruangan penyemaian bibit. Dari posisinya, Keenan bisa melihat seorang wanita sedang membelakanginya. Wanita itu sedang menginstruksikan beberapa hal pada stafnya. Karyawan yang membawa Keenan kemudian memintanya untuk menunggu. “Nyonya Luna akan menemui Anda setelah dia selesai.” Keenan mengangguk dan tersenyum seraya berkata terima kasih. Kemudian, karyawan itu meninggalkan Keenan, yang sempat mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Senyuman hangat muncul dari wajahnya saat menatap setiap tanaman yang disemai di ruangan itu. Luna benar-benar memiliki keterampilan yang baik untuk mengembangkan toko bunga seperti ini. Dia menyukai tanaman dan bunga. Dan memiliki toko bunga adalah salah satu impian Luna sejak dulu. Karyawan tersebut akhirnya menyelesaikan berdiskusi dengan Luna. Lalu mereka semua keluar dan meninggalkan Luna sendiri. Luna menoleh ke samping dan baru menyadari bahwa ada tamu yang datang. Ia kemudian mendekat untuk menyapa. “Maaf sudah menunggu lama, ada yang bisa saya bantu?” Luna menyapa ramah dengan suaranya yang lembut seperti biasa. Keenan lantas berbalik dan memberikan senyuman terbaiknya. Mata Luna tiba-tiba terbelalak. Ia sangat kaget dan syok. “Mas?” Luna sampai tergagap dan nyaris tidak bisa bicara kala melihat Keenan muncul tiba-tiba di depannya. Keenan lalu tersenyum dan mendekati Luna perlahan. “Halo, sayang,” ujar Keenan tiba-tiba datang dan menyapa Luna. Luna tidak percaya jika Keenan bisa kembali begitu saja setelah belasan tahun pergi. Bagaimana dia bisa kembali setelah 17 tahun?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN