Hari pertama

1066 Kata
suara alarm membangunkan ku di pagi hari, aku buru - buru mematikan alarm dari ponselku, sebelum mandi, aku mencoba duduk di pinggir ranjang. kemudian aku melakukan ritual pagi, yaitu memasak air hangat terlebih dahulu, aku belum terbiasa mandi di pagi hari, dengan air kamar mandi secara langsung, ini terlalu dingin untuk aku yang puluhan tahun di kota yang panas. aku masuk kantor jam 7 pagi, sekarang waktu menunjukan pukul 6.30. jarak rumahku dengan RS tidak begitu jauh, perkiraan 15 menit. maka aku memutuskan berangkat tepat jam 6.30, aku bisa saja mengendarai mobil pribadiku, hanya saja menikmati pagi yang sejuk sangat menyenangkan. sebelum masuk ke dalam ruangan ku, aku memutuskan untuk membeli kopi di caferia Rumah sakit, kebiasaan meminum kopi baru ku lakukan setelah aku sampai di Bogor, hanya untuk sekedar menghangatkan tubuh. aku mengantri, namun tiba-tiba antrian ku di potong oleh seseorang yang ku kenal, dia tanpa permisi, tanpa meminta persetujuanku, langsung menyerobot dan memesan pesanannya. aku tahu orang yang ada di hadapanku adalah dokter Andri, namun malas sekali jika harus debat dengannya sepagi ini. "Bu minta coffe latte, sama Americano" katanya, dia menghentakkan kakinya di lantai, sambil bersiul tangannya memegang kartu berlogokan rumah sakit, dia tidak sama sekali menengok ke arah belakang, tepatnya tidak melihat ke arahku. "ini dok" suara ibu kantin doker Andri, memberikan kartu yang sedari dia pegang, lalu ibu kantin memprosesnya. dokter Andri berlalu dan aku bisa bernafas lega. "Bu mau moccacino panas satu" kataku aku menunggu pesanan ku beres di buat, setelah selesai, aku menyodorkan uang lembar 50.000an "mba, ngga ada kartu RS?" tanyanya "gimana Bu?" "kartu karyawan RS, itu bisa buat beli makanan di kantin RS" katanya "wah kebetulan saya baru bekerja hari ini, mungkin menyusul" kataku aku sangat senang mendengarnya, punya kartu buat ambil makanan dan minuman gratis di RS, sepertinya sangat menyenangkan. ibu kantin menyodorkan kembalian kepadaku, kebiasaan yang tidak bisa ku ubah, aku selalu melihat struk harga belanjaan, saat ku cek wah sungguh tidak ku sangka, satu cup coffe di hargai 35rb. sebenarnya wajar harga segitu, namun tidak wajar bagiku, mengapa di rumah sakit semahal ini. aku benar-benar membatin, setelah ini aku harus bertanya pada bidan Risma prihal kartu RS. aku wajib punya,bisa tekor keuanganku hanya untuk segelas kopi di pagi hari. saat masuk ruangan, aku melihat dokter Andri sedang berdiri di depan ruangan, dia berbincang dengan dokter yang tempo hari mencarinya, jika aku lihat mereka memang terlihat sangat serasi. "oke, gue balik keruangan gue dulu ya, siang kita berangkat bareng" ucap dokter Ais kepada dokter Andri "iye" katanya aku melihat dokter Ais keluar ruangan ku, dia sempat menyapa dengan senyuman, kemudian berlalu. "anak baru" suara yang tidak asing ditelinga ku "iya dok" kataku mencoba bersikap biasa saja "siapa namanya?" tanya nya "ngajak kenalan?" kataku "emang kamu mau saya panggil, dengan sebutan anak baru selamanya?" katanya dengan nada yang sedikit tinggi "ya ampun gitu aja marah, cepat tua nanti" kataku "so?" katanya "Alma, panggil saja Alma" kataku "oke ingat ingat ya, saya ngga suka kalau kamu kerjanya lelet" katanya aku mengangguk, "satu lagi, karena saya keren, jadi usahakan jangan jatuh cinta sama saya" katanya aku mengerutkan dahi ku, lagipula siapa yang akan jatuh cinta dengan dokter galak kaya dia, apa dia pikir dia oke. ah tidak meski dia gagah, ganteng dan keren. amit amit sekali jatuh cinta dengan lelaki yang kasar seperti dia. aku reflek, menjitak kepalaku 2 kali, lalu mengetuk meja 2 kali. ritual yang biasa di lakukan sebagian orang yang menandakan semacam (amit amit, jangan sampai) dia meninggalkan meja informasi. aku masih terdiam, baru ini rasanya bertemu dengan seseorang yang SePeDe itu. tapi setidaknya dari sisi yang sempurna itu ada hal yang jomplang pada dirinya. perasaan PeDe yang amat tinggi. tidak lama dari kejadian itu bidan Risma datang, seperti biasa dia sangat bersahaja, usut punya usut bidan Ratna sudah bekerja di sini 4 tahun lamanya. entah mengapa, dia betah sekali bekerja selama ini, di ruangan yang dokternya galak kaya dokter Andri. "mba Alma, kalau mau liat jadwal dokter yang praktek, yang jaga ada di sini ya?" katanya sembari menunjuk meja yang sudah di tempel kertas aku memotretnya lalu mencoba memeriksa jadwal tersebut, Senin-Jumat kami bekerja full jam 7-4 kecuali dokter, jika tidak ada praktek dan jaga maka tidak akan ke rumah sakit. namun jadwal dokter Andri full, Sabtu pun dia masih masuk, kecuali hari Selasa. nama dia tidak ada di hari Selasa. "kalau hari Selasa dokter Andri ngga ada di rumah sakit, berasa kek surga. bisa bernafas lega" katanya aku sedikit heran apa yang membuat dokter Andri tidak masuk saat hari Selasa, namun tidak mungkin aku bertanya langsung, atau bertanya pada orang lain. sebab tidak ingin menjadi sebuah ke salah pahaman. "oh iya Bu" jawabku "kamu selalu sift pagi ya, enaknya ga kena sift malam" katanya jelas aku tidak akan kena sift malam, rasanya rumah sakit lebih ramai di Pagi hari ketimbang malam hari. tapi seperti yang kita ketahui rumah sakit tidak bisa di prediksi sebab, orang yang mengalami kecelakaan atau kolaps bisa terjadi kapan saja. untungnya aku berada di ruang anak dan balita jadi kesibukan di malam hari tidak seperti di IGD. pukul 8.00 ruangan kami sudah lumayan ramai, banyak yang rawat jalan, yang menjenguk dll. aku pun benar-benar sibuk . data pasien benar- benar menumpuk. aku bahkan tidak sempat beristirahat, karena banyak hal yang harus ku masukan ke dalam komputer. jam 1 siang, berangsur longgar, tinggal beberapa saja yang belum di periksa dokter Andri. aku yang sudah lelah dan lapar ingin sekali meninggalkan meja informasi. namun Tak berdaya masih ada beberapa data yang belum sempat ku data. "ini" suara yang tak asing berada tepat di atas kepalaku aku mengangkat kepalaku yang amat berat, samar- samar, wajah dokter Andri sudah terlihat dengan jelas. aku buru buru merapihkan wajahku yang kusam. "kenapa dok?" tanyaku "ini es coklat, dan ini roti. kamu belum makan siang kan" katanya aku mengangguk, kebetulan sekali di meja ku hanya tersisa aku, sedangkan. yang lain masih sibuk dengan kesibukan masing-masing "ngga usah repot- repot" kataku "silahkan, abis ini masih banyak kerjaan yang menantimu" katanya mataku membulat sempurna, aku pikir setelah ini akan selesai. dan kemudian aku bisa bersantai ria. tapi ternyata masih ada kerjaan yang menantuku. ah pantas banyak yang tidak betah di rumah sakit ini. "oh iya, terimakasih" katanya dokter Andri berlalu, dia meninggalkan aku dengan sepotong roti dan satu cup es coklat. aku sedikit lega. setidaknya lelahku terbayar kontan dengan ucapan terimakasih darinya. dari seseorang yang menganggap remeh diriku.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN