waktu menunjukan pukul 19.20, sebenarnya aku sudah di izinkan pulang, tapi aku tipe orang yang menunggu pekerjaan beres baru pulang, seharusnya ini termasuk lembur, karena aku mulai bekerja di rumah sakit ini terhitung besok pagi. tapi tidak apa, untuk sekedar memberi kesan baik pada semuanya.
tinggal satu berkas lagi yang belum beres, aku akan segera menyelesaikan pekerjaan ini, lalu sesegera mungkin untuk pulang. ah rasanya ingin mandi air hangat malam ini.
tidak lama dari itu, dokter perempuan datang menghampiri, dia sangat cantik dan berwibawa, aku rasa dia bukan dokter di ruangan ini, prihal dokter jaga dan dokter praktek aku belum mengetahui jadwalnya. mungkin esok akan kutanya pada bidan atau perawat sift pagi.
"maaf Bu, dokter Andri kemana ya?" seseorang yang tadi melewati ku, kembali dan bertanya padaku, dia berdiri tepat di depan. di atas kepalaku.
"maaf dok, saya kurang tahu" jawabku
" baik sampaikan salam ku, ditunggu di ruang obgyn ya" katanya
aku mengangguk, dokter cantik itu berlalu meninggalkan ruangan kerjaku, langkah kakinya saja sangat anggun, suaranya pun lumayan lembut. sangat sopan masuk telinga ku.
tidak lama dari itu, ada seorang perawat perempuan datang menghampiriku, dia duduk dan menarik nafas sangat panjang. kurasa dia sangat lelah, ingin ku sapa namun aku tidak berani, aku tidak ingin di cap sok kenal oleh orang yang baru ku temui.
"anak baru ya?" katanya
aku menoleh ke sumber suara tersebut.
"iya Bu" kata ku
"tenaga administrasi?" tanyanya
"Iyah Bu" kataku lagi
"wah syukurlah, aku bisa serahin pekerjaan, mencatat di komputer kepada mu" ucapnya
sekarang aku baru paham, mengapa dia bernafas begitu berat dan panjang, mungkin dengan pekerjaan yang melelahkan ini, dan ditambah pekerjaan di depan komputer, dia merasa sangat terbebani.
"salam kenal, saya Nina" katanya
"oh Iyah Bu, saya Alma" ucapku
kami berbincang, lalu aku teringat barusan ada dokter yang menanyai dokter Andri padaku
"Bu tadi ada dokter perempuan, cari dokter Andri, katanya suruh ke ruang obgyn" ucapku menyampaikan kepada perawat Nina
"dokter Ais?" tanyanya memastikan
"saya ngga tau Bu, yang pasti dia cantik, rambutnya panjang"
"Iyah betul dokter Ais, kamu tau? di rumah sakit ini mereka digosipkan dekat" kata Nina mengajak ku bergosip
aku tidak menanggapi perkataan Nina, ku pikir urusan pribadi tidak perlu digunjingkan. dekat ataupun tidak rasanya aku tidak perlu tahu
"Bu, saya mau pulang tolong titip salam sama dokter Andri ya" kataku
"oh Iyah nanti di Salami ke dokter Andri" katanya
aku merapihkan barang bawaan ku, tak lupa baju seragam yang baru saja, aku dapatkan ku bawa di kantong kresek warna hitam. katanya ngga ada yang di kasih seragam sebelum dia bekerja 1 Minggu, tapi entah mengapa aku langsung di kasih seragam oleh Bu Sinta. entahlah mungkin Bu Sinta percaya bahwa aku tidak akan pernah pergi dari rumah sakit ini.
aku langsung keluar dari ruangan ku, melangkahkan kaki menuju lift, aku berada lantai dua, tapi aku sudah tidak mempunyai tenaga untuk turun menggunakan tangga.
saat aku menunggu lift, kaget bukan kepalang, dokter Andri sudah ada di dalam lift. sepertinya dia dari lantai atas, aku tidak tahu dengan pasti. aku ragu-ragu masuk kedalam, namun rasa lelah ingin cepat pulang memaksaku masuk kedalam, berada di satu ruang dengan dokter Andri.
dia mungkin tidak ingat denganku, dengan seseorang yang tadi siang dia marahi.
"kamu yang tadi siang kan?" tanyanya
aku tidak berani menengok kearah beliau, namun aku takut di cap tidak sopan pada senior.
"Iyah dok" kataku
"wah baguslah, betah yaaa di RS ini!" katanya
aku tidak tahu, ini sindiran atau apa? rasanya dia seperti mengejekku.
"abis ini bakalan banyak kerjaan buat kamu, jadi jangan keluar. apalagi udah dapet seragam" ucapnya sekali lagi
aku masih diam, tidak membalas kata katanya.
"kalau mau mundur, sekarang aja. sana pergi keruang Bu Sinta. bilang saya ga bakalan betah. sayang duit seragam yang udah dikasih ke kamu, mubajir" ucapnya
aku tersulut emosi. aku mencoba meredakan amarahku, sudah keterlaluan arah pembicaraannya. namun aku masih tidak menjawab omongannya. sampai akhirnya pintu lift terbuka. kami sudah berada di lantai satu.
"denger ya dok, saya ngga akan keluar, saya menikmati pekerjaan saya, dan saya sangat profesional. sekarang kita taruhan, saya ga bakalan keluar, kecuali saya di keluarkan" ucapku
aku buru buru meninggalkan lift dan dokter Andri. langsung menuju pintu keluar. menunggu angkot.
ah benar saja aku sangat lelah sekali.
saat sampai rumah, aku langsung pergi mandi, dan setelah itu merebahkan tubuhku ke ranjang mungil yang ku beli Minggu lalu. aku menyalakan televisi. namun siaran di tv sangat membosankan. aku mencoba meraih ponselku, langsung ku cek panggilan masuk, pesan masuk dll. ternyata tidak ada yang mencari ku.
lantas aku memaki diriku sendiri.
siapa yang akan mencari ku? jika aku sendiri yang bersembunyi, tanpa memberi petunjuk, pada orang yang ingin sekali, dia yang menemukanku.
apa yang kamu harapkan?
aku masih sesekali mengingat seseorang yang jauh di sana, pesan terakhir yang dia kirimkan sering kali k*****a berulang. ada sesak yang tidak bisa ku hilangkan. tentang rindu yang rasanya tidak bisa ku sembunyikan. seseorang yang katanya menyesal menyakitiku, membohongiku.
sesekali aku bertanya pada diriku, bagaimana kesehariannya? apa dia baik-baik saja di sana.bagaimana dengan persiapan wisudanya. apa yang akan dia pikirkan? saat dia kembali dari Jogjakarta, dan aku sudah tidak ada di sana. aku tidak tahu. namun mengingat hal ini membuat aku sesak. tapi tak berdaya.
aku membaca pesan terakhir yang dia kirim kepadaku.
Al, Lo tau? kenapa senja rela di telan malam? jawabannya karena dia mencintai malam, dia selalu datang meski hanya sesaat, lalu esoknya kembali lagi, dan berulang. senja tidak akan pernah pergi meski kehadirannya hampir tidak dianggap. karena dia mencintai malam, meski gelap menelannya habis. Al, aku ingin menjadi senja, meski hadirku tak pernah kau anggap, aku akan selalu ada untukmu, dalam suka harimu, dalam duka harimu. aku ingin menebus semua kesalahanku. kesalahan yang menyakitimu. yang melukaimu. jika saja aku lebih memikirkan perasaanmu, mungkin aku tidak akan melakukan kesalahan ini.
pesan itu tidak pernah bosan k*****a, berulang kali, sampai aku menangis lagi dan lagi. aku sama bersalahnya.
jika saja aku tidak melakukan kesalahan, jika saja aku tidak berlumur dosa. aku pasti memaafkan Gaga.
mengapa aku pergi? karena aku bersalah, karena aku berdosa. aku ingin kita berubah, saling memaafkan masa lalu, jika tuhan berkehendak maka sejauh apapun aku pergi, kita pasti akan di pertemukan. jika tidak, rencana Tuhan jauh lebih baik dari yang ku rencanakan
tapi Tuhan, jika boleh.
pertemukan aku dengan seseorang yang tidak perduli prihal masa lalu ku.
yang tidak akan bertanya tentang masa lalu ku. terkecuali aku yang menceritakannya.
kumohon tuhan. kabulkan doa ku.