Bab 03. Kencing Di Pangkuan

1031 Kata
Balbara turun ke bawah, matanya bertemu dengan Uncle m***m yang semalam berusaha untuk menjerat dirinya masuk ke dalam kandang buaya. Buaya yang suka masuk lobang sana dan lobang sini. Cih! Kenapa bisa orang tuanya memiliki teman yang sudah tua tapi masih sendiri. “Pagi Balbara.” Ohh! Sapaan manis dan lirikan mata ke paha Balbara, membuat Balbara melotot menantang pada lelaki itu. Yang kurang ajar sekali melihat paha putih mulusnya dengan tatapan ingin menyentuh dan menjilatnya. “Mom, Dad, berikan Balbara uang. Ayo, tidak banyak hanya dua ribu dollar saja. Kalian tidak mau memberikan anak kalian uang?” tanyanya memelas dan berharap orang tuanya itu mau memberikannya uang. Yola menoleh pada suaminya. “Daddymu tidak mau memberikanmu uang Balbara, kau terlalu boros. Mommy tidak bisa menentang Daddymu, kalau ia tidak mau memberikanmu uang. Maka Mommy hanya bisa menurut.” Balbara menghempaskan sendok dengan kasar. “Balbara! Jaga sopan santunmu! Di sini ada teman Dad, tapi kau bisa-bisanya tidak bersikap sopan. Dad, tidak mau kau menghabiskan uang puluhan ribu dollar dengan mudah. Pagi ini kau meminta dua ribu dollar, tapi nanti siang kau kembali meminta enam ribu dollar. Untuk apa sebenarnya uang-uang itu?” tanya Harris menatap tajam putrinya. Balbara yang ditanya semakin memajukan bibirnya. “Dad! Ayolah, Balbara mau membeli jam tangan keluaran terbaru. Lalu mobil Balbara, tolong diganti dan belikan mobil yang baru. Itu sudah lama Dad. Balbara tidak mau memakainya.” Balbara melipat tangannya di depan, sehingga payudaranya yang tidak kecil dan tidak besar itu. Terlihat lebih jelas dari lirikan mata lelaki yang sedang mengunyah sarapannya. Mantap sekali. Lelaki itu menatap pada telapak tangannya, lalu melihat pada p******a milik Balbara. Pas dan bisa diremas. Lalu setelahnya mengulum putting Balbara— oh s**t! Gadis itu tidak memakai bra? Putingnya yang begitu lucu dan minta untuk dikulum terlihat jelas di mata Felix. Felix tidak bisa mengalihkan matanya ke arah lain. Semakin dirinya menatap ke arah lain, semakin ingin matanya untuk menatap ke putting milik Balbara sekarang. “Balbara! Kau baru membeli mobilmu delapan bulan yang lalu, kau bilang sudah lama. Kau kira mencari uang itu mudah. Kau lihat kakakmu, dia sampai tidak pulang ke rumah hanya demi mencari uang. Dan aku sudah melarang kakakmu mengirimkan uang untukmu dan jangan memanjakanmu terus. Carilah pekerjaan Balbara!” Ucap Harris. “Yang benar saja Dad! Aku masih kuliah dan aku juga masih dua puluh satu tahun! Ke mana aku harus mencari pekerjaan? Aku masih kecil dan kalian masih harus bertanggung jawa padaku.” Balbara mulai berbicara berlebihan. “Ibumu dulu sudah mencari uang dari umur delapan belas tahun. Kau sudah dua puluh satu tahun, dan aku sudah berulang kali merekomendasikan dirimu ke agensi model. Namun kau selalu menolaknya, memilih untuk membantu temanmu dan kau mendapatkan bayaran hanya lima ratus dollar, dari hasil potretan mu itu.” “Dad, jangan membahas itu oke? Aku itu manusia baik. Aku itu teman yang begitu baik, mau membantu temanku merintis karirnya. Sebagai teman yang baik harus saling membantu.” Ucap Balbara tersenyum manis dan merasa dirinya adalah Ibunda Maria yang begitu baik pada umatnya. “Dad tetap tidak akan memberikanmu uang.” Harris menyudahi sarapannya, lalu ia menoleh pada istrinya. “Sayang, ayo, kita berangkat sekarang. Balbara, Dad dan Mom mau pergi dulu. Kami harus ke luar kota selama seminggu. Bersyukurlah ada Uncle Felix di sini, sehingga dia bisa menjagamu dengan baik. Felix, aku titip anak nakalku ini. Kalau dia macam-macam. Kau bisa menegurnya, jangan biarkan dia pulang larut malam.” Pesan Harris pada Felix yang tersenyum lebar. Felix tentu saja mau dititipi Balbara padanya. Ia kembali melirik gadis itu dengan senyuman manisnya terkesan m***m. “NO! AKU TIDAK MAU TINGGAL BERSAMA DIA!” Teriak Balbara menunjuk Felix, yang ia sadari dari tadi lelaki tua itu selalu meliriknya dengan tatapan mesumnya itu. Balbara tidak bisa membayangkan kalau dirinya akan tinggal berdua saja dengann Felix. Lelaki tua yang mencoba untuk menjeratnya. Oh Tuhan! Kenapa kau harus membuat hidup Balbara yang tenang dan penuh foya-foya ini, menjadi susah dan bertemu lelaki tua yang menawarkan banyak uang. Asalkan Balbara menjadi sugar babynya. Okey! Ini terlalu berlebihan sebenarnya. Felix belum menawarkan Balbara menjadi sugar babynya. Lelaki itu nanya menawarkan Balbara menjadi model di perusahaannya. “Balbara, jaga sikapmu. Jangan buat malu kami. Uncle Felix itu lelaki baik, ia akan menjagamu dengan baik. Saat kau kecil saja, sering duduk di pangkuannya lalu kau kencing di atas pangkuannya. Uncle Felix tidak pernah marah dan selalu sabar dan bahkan selalu menjagamu dengan baik.” Cerita Harris sedikit tentang masa lalu. Balbara memicing, dasar Uncle m***m. Lihat lirikan mata lelaki tua itu, dan ia menjilat bibirnya mencoba untuk menggoda Balbara sekarang. Jangan-jangan- “Mom dan Dad pergi dulu. Kami akan pulang seminggu lagi, Felix, jaga dia dengan baik. Dia memang selalu buat susah.” Ucap Harris diangguki oleh Felix. “Kalian tenang saja, saya akan menjaganya dengan baik.” Kata Felix melambaikan tangan pada pasangan suami istri yang sudah keluar dari dalam rumah. Felix melihat gadis kecilnya yang cemberut dan menatap tak suka padanya. “Kenapa sayang? Kau butuh uang? Kemari duduk di pangkuan Uncle. Dulu waktu kecil kau sering kencing di pangkuan Uncle. Sekarang saat besar kau harus kencing-kencing juga di pangkuan Uncle mu ini manis.” Mata Felix melirik ke arah p******a Balbara dan juga paha mulus Balbara. PRANG! Felix menatap pada gelas yangg pecah, dilemparkan oleh Balbara padanya. Untung saja Felix dengan cepat menghindar, kalau tidak--- gelas itu sudah mendarat dengan cantik di wajahnya yang tampan dan suka memikat para wanita ini. “Kau kasar sekali manis. Pasti di atas ranjang kau lebih kasar dan memuaskan untuk bercinta denganmu sayang.” Felix tertawa kecil. Balbara mendengarnya mendengkus. “Kau memang lelaki tua m***m! Aku tidak suka padamu! Enyah kau dari hadapanku lelaki sialan! Aku tidak perlu dijaga, aku sudah besar. Pergi dari rumahku.” Teriak Balbara menatap kesal pada lelaki di depannya itu. Felix mendengar teriakan Balbara tertawa kecil. “Baiklah sayang, aku akan tetap tinggal di sini. Menemani gadis kecil nakal ini. Lalu kita bisa melakukan hal yang menyenangkan.” Ucapnya mendekati Balbara. Satu langkah lagi dekat dengan Balbara, namun Felix segera memegang perutnya yang terasa sakit karena ditendang oleh Balbara begitu kuat. Ouh sialan! Semakin ingin Felix memiliki gadis nakal itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN