Hari ini adalah hari minggu, Esha memilih memanfaatkan minggu pagi untuk berolah raga lari di taman kota. Memang agak jauh dari kosnya tapi ia menyukai tempat ini.
Taman ini mengingatkannya pada kekasih yang ia rindukan,dulu setiap minggu pagi,Willy selalu menjemputnya dan mengajaknya berolah raga di sini.
"Istirahat dulu..." Gumam Esha sambil mengatur nafasnya,ia duduk di rumput sambil membuka botol air minum yang ia bawa dari rumah.
"Ah segar sekali."
"Huaaaa..... "
Esha menoleh ke samping tak jauh darinya ada seorang anak kecil yang baru saja terjatuh dari sepeda kecilnya.
Melihat tak ada orang yang meresponnya,dengan segera ia bangkit dan menghampiri anak itu.
"Hai sayang,di mana orang tuamu? " Tanya Esha sambil melirik ke arah lutut gadis kecil itu yang masih tersedu.
"Cakit... huaaaa...."
Esha lantas mengangkat tubuh mungil gadis itu dan mendudukannya di bangku taman tepat di sampingnya.
"Duduk sini dulu ya... " Lantas Esha meminggirkan sepeda kecil milik gadis itu.
"Sini biar tante lihat ya sakitnya."
"Cakit tante... Hiks... "
Dengan lembut Esha meniup luka di lutut gadis itu.
"Sesilll.... " Seru seorang ibu yang baru saja datang,ia mendorong Esha yang tengah berjongkok hingga terjatuh.
"Sayang, kamu tak apa? Kenapa kamu menangis."Tanya ibu itu hingga tak lama datang seorang laki-laki menghampiri mereka.
"Apa Sesil tak apa? "
"Tak apa mas." Ibu itu terlihat melirik ke arah Esha, "Jika aku tak datang cepat mungkin Anak kita akan di culik oleh wanita itu. " Tunjuk ibu itu pada Esha.
"Apa? " Kaget Esha tak menyangka jika niat baiknya justru ia mendapatkan tuduhan tak berdasar seperti itu.
Esha menatap ke sekeliling di mana orang-orang sudah berkerumun di sana,Esha segera berdiri,"Maaf tuan dan nyonya tolong ralat tuduhannya? Saya bisa melaporkan anda dengan tuduhan pencemaran nama baik. Bagaimana anda bisa menuduh seseorang tanpa bukti.Putri anda terjatuh dan Saya menolongnya, justru saya yang harus bertanya bagaimana bisa anda membiarkan putri anda bersepeda jauh dari jangkauan kalian. "
"Mana ada, justru kami tengah mencari putri kami yang tiba-tiba menghilang. "
"Iya mana ada maling mengaku, kita laporkan saja dia ke polisi. "Seru orang-orang.
"Sayang...." Seru seseorang yang datang langsung merengkuh pinggang Esha mesra membuat gadis itu kebingungan.
"Kamu. " Ujar Esha menatap pria yang kemarin di tolongnya.
"Maaf ada apa ini? " Tanya Arjuna.
Kemudian salah seorang ibu menceritakan apa yang terjadi di sana.
Arjuna tersenyum dia makin mengeratkan pelukannya di pinggang Esha, "Bagaimana anda menuduh kekasih saya seperti itu nyonya di mana dia justru menolong putri anda. "
"Anda kekasihnya?Pasti anda berkomplot kan? "
Esha makin panik,ia tak mau menyeret orang lain dengan masalahnya, "Tuan lepas, jangan ikut campur. " Bisik Esha.
"Berkomplot apa? Justru saya baru kembali dari membeli plester luka untuk putri anda, lihat ini buktinya." Tunjuk Arjuna pada plester di tangannya. "Dan apa anda bilang tadi anda menuduh kami menculiknya? untuk apa? "
"Uang lah. "
Arjuna nampak memindai penampilan bapak dan ibu itu, "Anda bilang untuk uang, sepertinya saya justru bisa memberi anda lebih banyak uang."
Arjuna tak mau berlama-lama dengan masalah seperti ini, dia mengambil dompet di kantong celananya,"Ini kartu nama saya, jika suami anda butuh pekerjaan dia bisa datang ke kantor saya, tentu jika dia berkualitas dia bisa bekerja di sana. "
"Sudah bu, kita pulang jangan cari masalah. " Ujar di bapak sambil menarik istri dan anaknya.
Esha menatap Arjuna bingung,"Bagaimana anda tahu kalau saya memang menolong gadis kecil tadi?" Tanya Esha.
Arjuna tersenyum,"Saya ada di sana saat anak kecil itu jatuh dan saya melihatmu menolongnya lalu selanjutnya seperti yang saya ceritakan tadi kecuali mengaku jika kamu kekasihku. "
Blush...
Pipi Esha bersemu, bahkan dia tidak menyadari jika tadi pria itu mengatakan hal itu.
"Ini pertemuan ke dua kita,aku belum mengucapkan terimakasih atas waktu itu. "
Esha tersenyum,"Sama-sama tuan, hari ini anda juga menolongku,jadi kita impas. "
"Juna, kamu bisa memanggilku Juna."
Esha tersenyum,"Esha.."
"Hanya Esha? "
Esha menggeleng, "Amanda Faresha... "
Arjuna mengangguk, "Kalau begitu aku akan memanggilmu Manda saja. "
"Kenapa begitu? " Tanya Esha heran.
Arjuna menggeleng, "Hanya ingin, oh ya apa kamu sudah sarapan?"
"Sudah tadi. "
Arjuna menggaruk kepalanya,"Sayang sekali aku belum."Lalu ia nampak melihat ke sekelilingnya, "Ck... semoga asam lambung tidak naik. "
Esha tersenyum, "Mau aku temani cari sarapan?"
"Kamu yang menawariku ya. "
"Ya tentu... "
Arjuna mempersilakan Esha agar duluan,"Silahkan...."
Hingga tak berapa lama mereka sampai di pedagang bubur ayam, "Apa kamu mau bubur ayam? "Tanya Esha tak yakin, yang ia tahu pria itu adalah orang kaya, apakah dia mau sarapan di pedagang kaki lima.
"Tentu kenapa tidak? "Ujar Arjuna duduk sambil mempersilakan Esha agar duduk, "Duduklah temani saya. "
Esha mengangguk, "Aku kira anda orang kaya, mana tahu terbiasa makan di restoran mahal."
Arjuna menoleh pada Esha setelah memesan makanan, "Bahkan aku pernah makan nasi sisa orang-orang." Ujarnya.
Mendengar itu Esha mengerutkan keningnya.
"Ini... " Ujar Arjuna menyerahkan satu mangkuk bubur pada Esha.
"Eh... tapi aku sudah sarapan."Tolak Esha.
"Lalu ini sudah di pesan bagaimana?"
Esha nampak berfikir,hingga ia melihat pada seorang anak kecil yang tengah memungut botol plastik,"Bolehkan aku berikan pada anak itu? "
Arjuna melihat ke arah yang Esha tunjukkan, "Tentu. "
Esha tersenyum lalu tanpa menunggu ia memanggil anak itu dan memberikannya pada anak pemulung itu.
"Hai bocah, kemari. " Ujar Arjuna.
"Ada apa tuan?"
"Panggil teman-temanmu kemari dan katakan pada mereka untuk makan di sini. "
Anak itu nampak berbinar lalu segera ia berlari mencari teman-temannya.
Esha menatap kagum pada pria di depannya yang ternyata sangat baik.
"Aku sudah selesai." Ujarnya.
Esha langsung menatap mangkuk di depannya yang ternyata sudah kosong.
"Cepat sekali. "
"Aku sudah terlatih untuk makan cepat sejak kecil. "
Arjuna berdiri lalu menghampiri penjual bubur itu dan menyerahkan uang padanya.
"Ini cukup untuk membayar semua dagangannya kan? Berikan pada mereka. "
"Terima kasih banyak tuan. "
Arjuna kembali pada Esha, "Mau pulang biar aku antar sekalian,aku rasa kita teman sekarang."
Esha tersenyum lalu mengangguk.
"Oh ya Manda, apa kau tahu kau adalah teman pertamaku sejak kembali ke Indonesia.Jadi bisakah pakai aku kamu saja, jangan saya, anda apa lagi tuan."
Lalu tanpa sadar mereka terus mengobrol satu sama lain.
...........myAmymy............
Tak terasa hari ini adalah hari senin, Esha sudah berada di kantor sejak jam setengah tujuh. Hari ini adalah hari pertama pimpinannya datang.Esha harus mempersiapkan semuanya.
Dia sudah siap di mejanya menunggu kedatangan bosnya
"Hufttt... aku gugup sekali. " Gumam Esha.
Hingga tak lama kemudian datang beberapa orang.
"Juna... " Lirih Esha melihat ada Juna di depannya,"Astaga, Juna Arjuna. "
Tak berbeda dengan Arjuna yang terlihat kaget melihat ada Esha.
"Nona Amanda, perkenalkan beliau adalah CEO baru kita, tuan Arjuna Sanjaya. " Ujar pak Bayu.
"Pak Arjuna dia Amanda yang akan menjadi sekretaris pribadi anda. "
Esha menatap bingung pada ekspresi Arjuna yang terlihat begitu dingin.
"Pecat dia. "Ujar Arjuna tiba-tiba membuat Esha dan yang lainnya kaget.
.
.
myAmymy