Esha berada di kantin sekolah bersama Nina teman sebangkunya. Tak lama pesanan Esha dan Nina datang di antar mba Susi,anak penjaga kantin sekolah yang memang setiap hari membantu ibu dan ayahnya di sini.
"Silahkan non. "
"Terima kasih mba Susi.. "
"Sama-sama."
Setelah kepergian mba Susi,Esha dan Nina segera meracik baso pesanan mereka dengan menambahkan sambal dan saos.
"Jangan kebanyakan sambalnya Sha, ingat nanti sakit perutnya. "
"Ini tidak pedas sama sekali Nin.. "
"Kamu kalau di bilangin ngeyel.. " Kesal Nina memutar bola matanya malas.
Baru tangan Esha akan menambahkan lagi satu sendok sambal ke dalam mangkuk basonya seseorang dengan cepat menahannya.
"Willy... " Kesal Esha pada kekasihnya itu yang baru saja datang bersama Diana.
"Sini punya kamu aku aja yang makan. " Ujar Willy sambil mengambil alih bakso milik Esha.
"Lha terus aku? "
"Aku udah pesankan gantinya sayang."Ujar Willy lembut.
Blush...
Lagi-lagi Willy membuat wajah Esha merona malu.
"Ini den Willy basonya..." Ujar mba Susi membasa baso pesanan Willy dan Diana.
"Terimakasih mba Susi.." Ucap Diana.
Willy mengambil satu mangkuk baso dan meraciknya khusus untuk Esha.
"Nah ini baru pas buat kamu yang. "
Esha sedikit kesal mencubit pinggang Willy.
"Aw..aw.. Apa sih yang cubit-cubit.. "
"Kamu di bilang jangan panggil sayang, ini tempat umum. " Bisik Esha kesal. Dia sangat tahu jika Willy sangat tidak suka di cubit di bagian pinggang,menurut Willy ia tak tahan dengan rasa gelinya bukan sakitnya.
"Iya.. Tidak lagi.. " Pasrah Willy.
Sementara Diana hanya tersenyum melihat interaksi kedua sejoli di depannya,begitu pula dengan Nina.
"Oh ya kalian mau kuliah di mana? " Tanya Nina.
"Aku kan udah bilang Nin, mau ambil beasiswa di kampus A.. " Ujar Esha
Nina mengangguk mengerti," Kalau kamu Will? Tidak mungkin kan kamu ngintilin Esha? "
"Ya enggak lah, aku tetap mau kuliah bisnis di kampus B. "
"Kalau kamu Di? "
"Aku sama dengan Willy.. " Ujar Diana dengan suara lembutnya. Diana memang gadis yang sangat lemah lembut. Dia juga pandai bermain piano dan bisa menari balet.
"Kalau kamu Nin? " Tanya Willy
"Aku mau ambil Desain interior mungkin kampus C pilihan terbaik.. "
"Bagus Nin,aku lihat emang bakat kamu di sana. "Puji Esha pada sahabatnya itu.
"Cocok itu Nin,kelak aku pakai jasa kamu untuk desain rumah aku dan Esha." Ucap Willy yakin.
"Oke, aku akan mulai siapkan dari sekarang, kapan kalian nikahnya. "
"Apaan sih.. " Ujar Esha malu dengan candaan Willy dan Nina.
"Aku si mau aja kalau setelah lulus asal Esha mau. " Ujar Willy yakin.
"Aw... Sayang..." Protes Willy karena lagi-lagi Esha mencubit pinggangnya.
"Aku udah, aku balik kelas dulu ya Will.. "
"Iya Di... "
Nina memandang kepergian Diana dengan tatapan penuh tanda tanya.
"Kenapa Nin? " Tanya Esha penasaran.
"Kok aku merasa kalau Diana suka sama Willy ya? "
Esha mengerutkan keningnya mendengar ucapan Nina, sementara Willy hanya Diam dengan ekspresi cuek seolah ia tahu dan tidak peduli.
***
6 bulan kemudian,tidak terasa hari ini adalah hari kelulusan, mereka semua bergembira.
"Sha...nanti malam ikut ke rumah ya! Mama bikin acara makan malam keluarga untuk merayakan kelulusan kita,mau ya?"
Esha nampak berfikir,sebenarnya ia masih belum siap untuk berkumpul dengan keluarga Willy, terlebih setiap bertemu dengan mama Willy, wanita cantik berusia 40 tahunan itu selalu bersikap dingin padanya. Sedangkan papa Willy, Esha belum pernah bertemu karena beliau selalu sibuk dengan bisnisnya.
"Nanti malam aku jemput jam setengah tujuh. "
"Tapi Will..." Esha merasa dirinya belum siap.
"Tidak ada penolakan Esha, aku mau kenalin kamu sama papa juga, nanti juga akan ada kakek sama nenek aku."
Esha tak kuasa saat melihat sorot mata penuh harap dari kekasihnya. Akhirnya ia pun mengangguk pasrah.
Kemudian malam harinya Esha masih mematut dirinya di depan cermin lemari pakaian,dia sudah memakai dress terbaiknya. Itu adalah dress jahitan sang bunda sebagai hadiah ulang tahun ke 18 nya beberapa bulan lalu.
"Anak bunda cantik sekali, jadi nanti pergi? " Tanya bunda Maryam yang masuk kamar Esha sambil membawa tumpukan lipatan baju milik Esha.
Esha berbalik menatap bundanya dengan tatapan penuh keraguan.
"Bun, Esha gugup."
Maryam tersenyum lalu duduk di ranjang milik putrinya.
"Tenang saja, semua pasti menyukai putri bunda,kamu gadis yang cantik, sopan dan pintar, siapa yang tidak akan menyukaimu... "
Esha menarik nafasnya dalam dan menghembuskannya perlahan,berharap ia akan merasa sedikit tenang dengan melakukan itu.
Terdengar suara klakson mobil, Esha yakin itu adalah Willy.
"Itu sepertinya sang pangeran sudah datang untuk menjemput tuan putri nih. " Goda Maryam pada putrinya membuat Esha bertambah gugup.
"Sudah,bunda temui dia dulu, kamu siap-siap lagi ya!"
Esha hanya mengangguk lalu berbalik kembali ke cermin untuk merapikan rambutnya.
Maryam membuka pintu yang sudah di ketuk dari luar.
"Malam bunda.. " Sapa Willy dengan sopan.
"Malam juga nak Willy,mari masuk dulu."
Willy masuk dan langsung duduk, begitu pun bunda Maryam.
"Begini bun, Willy mau minta izin untuk bawa Esha makan malam di rumah Willy, apakah boleh?"
Maryam tersenyum, pemuda ini begitu sopan. Dia tak pernah tidak meminta izin jika ingin mengajak putrinya pergi selama ini.
"Iya tentu boleh, tapi jangan terlalu malam ya pulangnya."
Willy sangat senang dan langsung mengangguk," Siap bunda... " Seru Willy.
Esha keluar kamar,Willy begitu terpesona dengan penampilan Esha malam ini. Dia memakai dress selutut motif bunga-bunga cantik,rambut panjang bergelombangnya ia pakaikan penjepit berbentuk pita di sisi kirinya.
"Willy... " Panggil Esha yang menyadari jika pacarnya itu tengah terpesona dengan penampilannya. Esha memang jarang sekali berias. Jangankan itu, bahkan untuk memakai dress saja sejak berpacaran dengan Willy itu bisa di hitung dengan jari.
"Eh.. Sayang, kamu cantik sekali. "
Esha merona antara senang dengan pujian dari kekasih tampannya itu atau malu karena Willy memanggil sayang di depan bundanya.
Eehm...
Bunda Maryam berdehem menyadarkan kedua sejoli dari dunia mereka.
"Eh.. Maaf bunda.. " Ujar Willy salah tingkah.
"Tidak apa nak Willy, bunda ngerti. "
Willy melihat jam di tangannya, " Kalau gitu,kami permisi dulu ya bun."
"Iya hati-hati ya.. "
"Ayah mana bun? " Tanya Willy merasa tidak enak tanpa berpamitan pada ayah Esha.
"Ayah lembur, sudah tidak apa, bunda nanti yang sampaikan sama ayah."
"Kalau begitu kami pamit ya bun.. " Ujar Willy sekali lagi.
"Iya ingat jangan terlalu malam pulangin anak bunda ya! "
"Siap bun... "
.
.
Setelah 20 menit perjalanan Willy dan Esha sampai di kediaman Pradana. Perasaan Esha semakin gugup.
Menyadari Esha yang terlihat ragu, Willy menggenggam tangan Esha.
"Jangan gugup, ayah aku baik kok, kakek dan nenek juga baik, mereka orang tua mama. "
Esha memaksakan senyumnya lalu mengangguk.Menarik nafasnya mencoba menetralkan degup jantungnya,kemudian turun dari mobil setelah Willy membukakan pintu untuknya.
Memasuki rumah mewah itu tangan Esha tidak pernah lepas dari genggaman Willy. Esha makin gugup saat mendengar suara orang bercanda gurau dari dalam.
"Malam semuanya. " Sapa Willy menarik perhatian semua orang yang berada di dalam ruang keluarga yang begitu luas, bahkan Esha yakin itu lebih luas dari rumahnya.
Pandangan Esha tertuju pada gadis bergaun pink yang turut hadir di makan malam keluarga Willy bersama keluarganya.
Seketika Esha merasa lega karena ada sahabatnya di sana. Ada Diana Astarina Wijaya dan juga papa dan mamanya yang sama-sama mengenal Esha. Mama Diana bernama Sinta Arina,beliau adalah teman kuliah bunda Maryam.Dia wanita yang sama anggunnya seperti Diana. Esha juga mengenal Papa Diana, Rifandi Wijaya,beliau pemilik perusahaan tempat ayah Esha bekerja.
Paling tidak kehadiran mereka bisa sedikit mengurangi kegugupan di hati Esha.
"Pa.. Kenalkan dia Esha, pacar Willy.. " Ujar Willy mengenalkan Esha kepada papanya.
Mata Pandu terlihat terkejut," Pacar?" Tanya pandu tak yakin.
"Iya pa.. Cantik kan? "
Pandu terlihat menelisik penampilan Esha, " Bukankah pacar kamu itu, Diana?" Tanya Pandu yakin.
Esha yang tadinya akan mengulurkan tangannya,menurunkan kembali tangannya karena terkejut dengan apa yang om pandu katakan. Ia lantas menatap Willy seolah meminta penjelasan.
Willy sedikit terkekeh mendengar penyataan papanya, "Papa apa-apaan sih?Diana itu cuma Sahabat aku. "