Selamat membaca! Aku semakin terseret dalam permainan yang dia lakukan. Belaiannya begitu lembut. Tak ada kemarahan selain kenyamanan yang aku rasakan. Entah sudah berapa banyak peluh yang membasahi tubuh kami. Namun tak ada penyesalan di hatiku, selain rasa kesal karena seharusnya aku bisa membentengi pertahananku dengan kuat melawan karisma Tuan Firdaus yang ternyata dapat melemahkanku. Ketika semua permainannya selesai, dia langsung berbaring sambil memelukku yang masih mencerna semua hal yang baru saja terjadi. "Kenapa dia memelukku sekuat ini?" tanyaku dalam hati yang masih tak percaya jika aku dan dia melakukannya untuk kedua kali sejak malam itu. Sudah beberapa menit berlalu, dia masih belum melepaskan tubuhnya. Entah apa yang dia pikirkan, tapi saat ini aku hanya fokus dengan e