“Tunggu dulu,” ucap lirih dari wanita yang ada dua langkah di belakang Arce berdiri. Arce masih berdiri membelakangi, dia menarik napas kasar lalu menghembuskannya sebelum dia berbalik untuk melihat wanita yang dia kagumi itu. Arce tersenyum lalu berbalik. “Ada apa Ibu Nina?” tanya Arce berujar ramah tapi ada kesan dingin seperti dirinya yang biasa. Berat rasanya dia untuk terus tersenyum, senyum getir dan dengusan sangat ingin dia lakukan saat itu karena hal itulah yang sesuai dengan kondisi hatinya. Kasihan sekali. “Emm untuk undangan itu say-/” “Ah itu tidak perlu dipikirkan Bu Nina, pesan itu sebenarnya sahabat saya yang mengirimnya. Katanya dia mengundang untuk makan malam karena mungkin tidak lama lagi dia pindah,” ujar Arce menyela ucapan Nina sebelum selesai. “Maaf Nam aku j