bc

Cursed Marriage

book_age18+
810
IKUTI
5.5K
BACA
dark
contract marriage
family
friends to lovers
drama
sweet
bxg
first love
secrets
affair
like
intro-logo
Uraian

Naami menikah dengan kekasihnya bernama Haxel. Tanpa diketahui oleh Naami, Haxel telah berkhianat dari calon istrinya dengan sahabat kecil sekaligus sahabat calon istirnya sendiri. Keluarga Haxel menyetuhi hubungan gelap Haxel dan Auliana. Naami akhirnya mengetahuinya hubungan Haxel dan sahabatnya saat tepat hari pernikahannya. Naami lari dari pernikahannya dengan maksud membatalkan pernikahan itu. Pernikahan tetap terjadi dengan pengantin pengganti sesuai persetujuan dua keluarga bermartab tersebut. Naami diburu karena telah menjadi aib untuk keluarganya sendiri. Bagaimana nasib Naami? Apakah tepat Naami lari dari pernikahannya atau ada lagi hal yang harus Naami hindari dari pernikahan tersebut?

BACAAN KHUSUS YANG SUDAH CUKUP UMUR, DIATAS 18+ YA... KAWAN-KAWAN! MOHON MENGERTI!

chap-preview
Pratinjau gratis
Prolog
Benarkah sebuah masalah membuat seseorang sering kali salah bertindak. Pepatah mengatakan jangan mengambil tindakan saat sedang marah dan jangan membuat janji saat sedang bahagia. Itulah yang terjadi pada Naami saat ini, dia sedang menatap nanar dua orang yang sedang memaju kasih dengan gulatan ciuman panas dua orang tersebut. Beberapa menit sebelumnya, dia keluar merekomendasikan meminta bantuan penata rias untuk segera ke ruangannya karena tidak ada yang dapat dia minta untuk memanggil penata rias itu. Bukankah ini hari pernikahannya? Seharusnya dia siap-siap untuk acaranya tapi penata riasnya sangat lama berada di ruangan calon suaminya. Dengan udah dia keluar untuk memanggilnya sendiri, walau dia tahu dia melanggar perintah ibu mertua tadi. Tapi saat ini tidak tahu Naami merasa bagaimana, dia bingung mau bersyukur atau marah disaat yang bersamaan. Di dalam ruangan tempat calon suaminya dirias dari tadi, terlihat dua orang yang sangat dia kenal, terlalu asik bahkan sangat asik sampai tidak sadar jika pintu ruangan tempat mereka berdua berada tidak tertutup setengah dan berdirilah dengan diam mematung Naami sang calon istri pria yang sedang memangut bibir atas sahabatnya sekaligus sahabat istrinya. “Enghh….” Lengguhan disela gulatan ciuman terdengar sangat pasrah dan bernafsu, mungkin. Pikiran Naami saat ini kacau, dia ingin marah tapi dia juga bersyukur dia melihat semua ini sekitar 2 jam acara pernikahannya akan diresmikan. Dia melihat bagaimana permainan calon suaminya dan sahabatnya sendiri di belakangnya. Dia jadi ragu untuk menyatakan bahwa itu adalah yang pertama setelah melihat bagaimana ringannya tangan sang pria menelurusi setiap inci yang terlihat menggunakan gaun terbuka itu. Naami ingin masuk untuk menyadarkan pengisi daya tapi belum juga satu langkah dia masuk ke dalam ruangan tersebut pergelangan tangan sudah siap untuk disentak ke belakang lalu ditarik dengan keras, mau tak mau Naami ikut dengan orang yang terhubungnya tadi. Orang itu calon ibu mertuanya, dengan guratan marah terlihat dari bahunya yang tegang menarik Naami kembali ke ruangan di samping ruangan tadi. Setelah wanita paruh baya itu cakupan sadis calon menantunya kembali ke ruangan, dia menyentak lepas pergelangan tangan calon menantu manisnya itu. “Sudahku pesankan padamu untuk tidak keluar ruangan ini!” bentaknya keras pada Naami. Naami tersentak mendengar bentakan wanita paruh baya itu, selama dua tahun dia berpacaran dengan anak wanita paruh baya itu, tidak pernah sekalipun wanita itu membentaknya. Sering kali saat berkunjung atau membantu wanita paruh baya itu, dia malah memanjakannya seakan dia adalah putri keluarga itu. Tapi saat ini, bentakan itu menandakan sesuatu telah berubah, mungkin. Cukup mengagetkan dan menyesakkan. “Kenapa Mama memarahiku?” tanya Naami dengan gurat bingung di wajahnya. “Karena kau keluar ruangan tanpa seizinku!” bentaknya lagi tapi tidak setinggi sebelumnya. Naami bertambah bingung, dia dimarahi hanya karena keluar ruangan ini tanpa izin. “Bukankah dia seharusnya marah paham, aku belum disiapkan oleh penata rias. Dan apa tadi? Anaknya berciuman dengan sahabatnya? Apakah itu wajah sebagai sahabat?” pikir Naami penuh tanya di pikirananya, turut bergulat sengit. “Mama tadi melihatnya? Haxel−“ belum selesai Naami mengucapkan kalimatnya. “Apa?! Mereka bersalah?! Itu sudah biasa, jadi biarkan, jadi biarkan saja. Liana juga sahabatmu! Fokus saja pada dirimu!” “Tapi−“ “Ingat aku tidak mengizinkanmu untuk keluar sebelum aku yang menjemputmu!” ucap Jenita Aurela menatap sinis pada calon menantunya yang masih berdiri tegap tegang melihat wajah marah wanita paruh baya itu. Wanita berpakaian glamour itu keluar, jejak sepatunya yang berbunyi setiap langkahnya pun memudah setelah dia tenggelam tertelan pintu keluar dari ruangan tempat calon menantunya. Naami menatap daun pintu menutup jalan pintu keluar dari ruangan tempatnya bersiap. Dengkulnya melemas, nafas yang dia tahan beberapa saat lalu terhembus dengan kasar seiring merosotnya bahu dan dagunya. Naami mundur dan mendudukkan dirinya dikursi putar di depan meja rias tempat sebelumnya dia duduk. Sejenak dia menerawang ke kejadian beberapa menit lalu sambil memandang kosong kaca meja rias di depannya. Tapi berukutnya dia mengakup wajahnya dengan kedua telapak tangannya menunduk menenggelamkan wajahnya dan bertumpu pada paha berbalut gaun pengantin yang sudah dari tadi melekat di tubuhnya. “Huuh…,” desahnya, berat. Dia hempuskan nafas dengan lemah, dia bingung tapi juga merasa beruntung. Dia tetap mencari-cari hal positif dari kejadian tadi, selalu begitu agar dia tidak terlalu terkenan yang bisa saja berujung dia yang terpuruk. Begini saja dia sudah sangat terkejut. “Apanya yang sahabat seperti itu?” “Apa ada sahabat yang seperti itu di luar sana?” “Apa ada sahabat yang saling bergulat dan memakan seperti itu, bahkan tidak canggung untuk saling meraba.” “Xel, aku pacarmu saja tidak pernah ingin melecehkanmu seperti itu, kau pun begitu. Tapi mengapa kalian− argh…, aku bingung Ya Tuhan….” Pertanyaan-pertanyaan itu tidak ada jawabannya pada Naami, dia masih tidak tahu pasti. Dan saat ini dia bimbang untuk melanjutkan acara pernikahannya ini. “Jika benar mereka memiliki hubungan maka pernikahan ini adalah perangkap untukku, aku akan terjerat di pernikahan terkutuk. Ini hanya lambang pernikahan bukan pernikahan sebenarnya, aku hanya akan menjadi tumbal− mengapa meraka tidak jujur saja padaku dari awal.” Naami masih berpikir keras untuk alasan yang dapat membuat otaknya kembali berpikir positif. Tapi berkali-kali dia mencoba tapi masih saja dia tidak dapat berpikir baik. “Aku tidak akan menikah, aku tidak mau menjadi tumbal. Secinta dan sesayangnya aku padamu Haxel, aku tidak bisa mengorbankan harga diriku dan harga diri keluargaku. Ini pengkhianatan dan ini adalah aib−“ ucapan Naami terhenti mendengar pintu ruangannya kembali berderit terbuka. Dhrrttit… “Maaf membuat anda menunggu Nona Naami,” ucap penata rias yang dari tadi Naami tunggu. “Apa-apaan ekspresi itu? Dia meminta maaf tapi tidak ada raut rasa bersalah!” batin Naami menelaah ekspresi wajah penata rias yang masuk ke ruangannya. Naami diam saja, dia tengah berpikir. Saat ini rasanya campur aduk, dia dongkol, marah, bingung, kesal, sedih. Yang dekat dengan pikirannya saat ini adalah membatalkan acara ini. Di belakang panata riasnya sudah merapikan rambut yang dari tadi masih tergerai menggantung sampai ke punggung pinggangnya. Wajah kesal penata rias tergambar jelas di wajah mudanya. Naami melihatnya, wajah penata rias itu kesal setelah memperhatikan riasan wajah Naami yang saat ini sudah berantakan lagi. Ingat Naami, itu salahnya sendiri tadi menangkup kedua tangannya ke wajahnya, dan salah penata rias yang terlalu lama di luar. Naami berkali-kali menghela nafas berat, dia bimbang sedangkan setiap detiknya waktu terus bertambah menitip menempuh jarak untuk waktu acara pernikahan dilaksanakan. “Apa aku menutup mata pada kejadian tadi? Apa tadi kata Mama Jen? Itu sudah biasa?Apa aku tahan jika it uterus terjadi?! Arghhh aku bingung. Batalkan saja? Keluargaku akan malu, tidak dilanjutkan pun keluargaku akan tetap malu jika seperti ini kejadiannya!” Tidak henti-hentinya perang batin Naami berlanjut terus menerus, dia masih bingung mengambil keputusan. Sejujurnya Naami sudah bimbang berat kepembatalan pernikahan ini tapi dia akan mendapat amarah besar dari keluarganya. “Nona jangan banyak bergerak!” ucap tajam dari penata rias. Naami mendengarnya langsung menyengit bingung, seberani itu penata rias menegurnya. Bukankah ada yang aneh dengan sikap orang-orang padanya. “Mbak tadi kenapa lama sekali merias di ruangan sebelah?” tanya Naami pada penata rias yang saat ini sedang fokus merapikan rambut dan menata rambut Naami bagian depan. “Fokus Nona, saya tidak bisa mengatakan kenapa saya lama, yang pasti saya merias calon suami Nona,” jawab penata rias itu. Naami mendesah kecewa, bukan itu jawaban yang dia ingin dengar dari penata riasnya. “Sepertinya harus kupastikan sekali lagi!” pikir Naami mantap. Naami berdiri begitu saja membuat tangan penata rias yang sedang bersiap menata rambut berwarna brown milik Naami terlepas begitu saja. Naami melepaskan sisir kecil yang tertinggal di kepalanya lalu meletakkannya begitu saja. Dia harus keluar untuk memastikan sekali lagi dan dia tidak ambil peduli dengan resiko dia akan dibentak kembali oleh calon mertuanya itu. Ingatkan Naami dia adalah seorang putri bungsu keluarga terpandang, nama baiknya juga nama baik keluarganya. Naami mengambil sepatu heels yang akan dia pakai saat pernikahan  nanti, dia gunakan lalu melangkah pasti menuju pintu keluar yang tertutup rapat. Tepat sekali, bertepatan Naami keluar sempurna dari ruangannya, ruangan di sebelahnya yang tidak lain ruangan suaminya terbuka dan menampakkan sahabat dekat. “Apa masih patut disebut sahabat?” batin Naami. Auliana, membuka pintu dan menutupnya kembali dengan senyum yang diyakini itu adalah senyuman bahagia dan jangan lupakan wajah berseri-seri itu, membuat Naami menatapnya dengan menelaah wajah bahagia itu. Naami menelisik sahabatnya itu. Auliana terlihat menggunakan gaun pengantin yang sangat pas ditubuh langsingnya itu. Gaun pengantin yang Auliana kenakan berbeda dengan Naami kenakan. Jika Naami menggenakan gaun tertutup maka Auliana kebalikannya. Auliana menggunakan gaun sangat terbuka, untuk adat pernikahan setingkat tingkat kedudukan keluarga Haxel apalagi Naami sangat tidak pantas untuk dikenakan. “Owh hai Naami, kamu belum bersiap juga? Bukankah penata rias sudah keruanganmu? Tadi dia sudah minta izin untuk ke ruanganmu loh.” Auliana menegur Naami saat dia sadar Naami berdiri di depan pintu ruangan sebelahnya. Naami menatap Auliana datar saat menelisih pakaian Auliana, terbuka sana sini. Memperlihatkan punggung, bahu mulusnya, setengah dadanya terlihat jelas apalagi tulang selangkanya, bahkan setengah paha beberapa senti lagi dibuka maka terlihat dalaman wanita itu. Naami tidak mencemooh Auliana tapi mulutnya gatal untuk bertanya pada Auliana. Auliana menyadari arah pandangan Naami yang menelisik dirinya dari ujung kaki sampai ujung kepala. Kemudian dia tersenyum bangga dengan salah satu sudut bibir yang terangkat. “Bukankah gaunku indah Nammi?” tanya Auliana pada Naami, tapi raut wajah Auliana membuat Naami berpikir dua kali untuk menganggap wanita di depannya itu adalah sahabatnya. “Gaun ini sangat cantik,” seru Auliana, tidak terbantahkan dia memamerkan gaunnya. Tidak lebih tepat pada memamerkan tubuhnya, hampir seluruh tubuhnya, Naami jadi ragu gaun itu kuat untuk menggantung lebih lama pada tubuh ramping Auliana, pasalnya tidak ada pengait digaun itu, bahkan bagian dadanya terbelah dan setengah dari d**a wanita itu terekspos hanya sesenti lagi maka akan terlihat p****g d**a itu. “Sebentar Aulia, bukankah ini terlalu berlebihan? Kamu akan menggiringku bukan? Tapi pakaian ini terlalu terbuka,” tegur Naami sebisa mungkin untuk berhati-hati dalam berbicara, dia menahannya. Auliana balas menatap Naami dengan tatapan memastikan. “Huh? really? Ayolah Nam, gaun ini gaun wedding yang sangat indah. Kamu tau siapa yang mengusulkanku untuk menggunakan gaun ini?” Auliana mengajukan pertanyaan pada Naami yang menatapnya bingung. Naami menggeleng, jelas menggeleng karena dia tidak tahu, lebih tepatnya dia tidak akan percaya jika pun tahu. “Mama Jenita, bukankah seleranya bagus, seleranya mewah dan anggun. Memanjakan sekali, seharusnya kamu memilih gaun seperti ini!” jelas Auliana dengan bersemangat. Sedangkan Naami hampir melotot, matanya membulat, dia tidak percaya. Calon mertuanya memilihkan gaun untuk sahabat anaknya dan dilihat sekali saja gaun itu terlihat tidak cocok digunakan untuk acara formal pernikahan dua keluarga terpandang seperti mereka. Itu terlalu terbuka. Dilihatnya Auliana menggunakan guan penganti sama sepertinya hanya berbeda pada motif, dan model, gaun pengantin yang dikenakan Auliana lebih terbuka dan jelas menampakkan leher jenjang, tulang selangka, dan bahu mulusnya. Auliana mengitari Naami, dan Naami dapat melihat bahkan punggung gaun itu tidak menutupi punggung mulus sahabatnya itu. Naami menatap Auliana datar. Dia ingin bicara tapi kelu, Nammi merasakan sesuatu yang aneh pada sahabatnya itu. “Gaunmu terlalu tertutup, bukankah itu kuno,” ucap Auliana dengan nada menggantung, “Mama Jeni memberikan gaun ini padaku k h u s u s untukku,” sambungya lagi dengan suara rendah. Dada Nammi mulai sesak mendengarnya, dia mengingat kejadian beberapa saat lalu dimana ibu Haxel berbuat kasar padanya. Naami terdiam memperhatikan Auliana yang juga menatapnya dengan senyum miring. Disanalah perdebatan terjadi. Auliana membeberkan semuanya pada Naami tanpa Naami meminta. Naami terkejut dan sakit hati saat itu. “Sepertinya, hari ini akan menjadi hari istimewa untuk kita berdua. Kenapa…?” “Karena aku juga akan menikah hari ini. Tapi sayangnya sepertinya aku akan kebagian untuk gelombang keduanya, Nam.” Auliana tersenyum. “Tapi tidak masalah, karena aku akan menjadi yang pertama untuk memberikan keturunan pada keluarga ini,” bisik Auliana tepat ditelinga Nammi. Nammi merinding, dia sudah berpikir yang tidak-tidak tentang hari pernikahannya ini. Dia melirik Auliana dari sudut matanya tanpa menoleh. “A−pa? ka−mu ber−can−da,” ucap Naami, tidak lagi terbata tapi malah seperti mengeja. Dia sungguh terkejut, berpikir kebelakang meningat yang baru beberapa waktu lalu terjadi. “Jadi ini sebabnya,” gumam Naami lirih. Suaranya sangat pelan hingga Auliana tidak mendengarnya. “Mama Jen bilang dia terpaksa tetap melanjutkan pernikahan ini, agar keluarga bangsawanya dan keluarga bangsawanmu itu tidak menanggung malu karena pembatalan pernikahan pada hari pernikahannya. Padahal itu sungguh menarik, tapi ya sudahlah…, aku kasihan pada keluargamu saja begitu kata Mama Jen kemarin,” kata Auliana lagi. “Mama Jen itu baik asal kamu tahu,” bisik Auliana dengan suara rendah saat dia mencondongkan tubuhnya untuk mendekat pada sisi kiri Naami. Naami tidak mengenal Auliana di depannya ini. Tatapan  licik, bibir tipis yang menyunggingkan senyum miring, mata sinis yang menatap Naami dengan meremehkan. Dia sudah mengerti garis besar yang terjadi. “Oh iya sekedar infomasi, sekarang aku tengah membawa keturunan dari Putra Agung. Maafkan aku yang telah mencuri start lebih dulu, hehehe…,” seru Auliana dengan suara kekehan mengejek diakhirnya. “Kau− mengandung? PUTRA AGUNG?!” tanya Naami dengan nada suara tinggi membuat staff yang berlalu larang mengalihkan perhatian mereka pada asal suara. Auliana tersenyum miring dengan dengusan yang membuat Naami muak. “Ck pelankan suaramu…. Tentu saja calon suamiku, ah calon suamimu juga,” jawab Auliana santai, sangat santai sampai Naami ingin menampar sahabatnya itu. “Kurang ajar! Kau ini sahabatku Auliana! Kenapa kau menikamku!” bentak Niama dengan d**a naik turun karena emosi. “Menikam? Aku tidak memegang pisau sekarang? Kau sudah gila ya?” Auliana bertanya seakan-akan dia tidak mengerti apapun. Bahkan saat ini dia melihat kearah samping kiri dan kanan serta keseliling, mencari perhatian. “Gila!” hina Naami tanpa segan mengucapkan satu kata itu. Auliana tertawa kecil. “Kau lupa aku ini sahabatnya, dan kami jau…uh lebih lama kenal dari pada kau orang baru, dan kami memang sudah saling jatuh cinta dari dulu,” jelas Auliana pada Nimma. Suara gadung mereka yang menarik perhatian staff pun menarik perhatian Haxel yang baru saja kembali dari nememui ibunya di ruangan yang berbeda. Terlihat Haxel dengan cepat menghampiri kedua wanita yang sedang bersitegang itu. “Ada apa ini?” tanya Haxel saat telah sampai di dekat dua wanita itu. Perhatian mereka teralihkan oleh asal suara itu. Naami dan Auliana segera melihat Haxel yang menghampiri mereka. “Ahhh Haxel…,” desah Auliana tanpa malu langung menyelipkan tangannya pada lengan Hasel untuk menggandengnya. Auliana menjelaskan pernikahan akan terjadi dua kali dalam satu hari itu, pertama pernikahan Haxel Naami dan kedua Haxel Auliana. Auliana mengakui bahwa dirinya hamil di depan Naami. Naami ingin menampar Auliana, tapi tangannya ditahan oleh Haxel yang datang dengan kelitan marah pada Naami. Naami merasa terkhianati oleh calon suami dan juga sahabatnya sendiri. “Apa semua ini benar Haxel?!” tanya Naami memastikan dengan suara yang lebih tinggi dari biasanya dia berbicara pada Haxel. Bukannya mendapat jawaban, dia malah mendapatkan adegan yang menambah rasa sakit hati Naami, Haxel dan Auliana bahkan tidak malu untuk memamerkan kemesraannya di saat ada banyak staff yang berlalu lalang. Haxel dan Auliana berciuman, tangan Haxel pun tidak tinggal diam untuk menjelajahi wanitanya itu. Tangan Haxel meraba paha Auliana bahkan masuk ke dalam belahan gaun menyingkap sedikit belahan gaun itu, dan tepat dugaan Naami gaun itu sangat rendah. Bahkan Auliana tidak menggunakan dalaman untuk menutupi kewanitaannya. Naami melihat pandangan meremehkan dari Auliana, sedangkan Haxel sibuk dengan kegiatannya. Auliana bahkan mendesah di depan Naami sampai Naami menahan nafas, dia marah dan ingin menangis. Perbuatan keji dua orang itu. Saat ciuman terlepas Auliana menatap sayu Naami. “Ini bahasa cinta Naami, dan jawabannya sudah ada,” jawab Haxel. “Tap−pi tenangh−aku akanh− emhhmh menikahi−muh.” Ucapan Haxel terputus-putus beriringan dengan matanya yang terpejam menikmati pijatan tangan lentik Auliana di bagian bawah tubuhnya tepat di bagian junor Haxel berada. “Kau lihatkan, Haxel cinta padaku, dan aku rela untuk berbagi denganmuh, awh tidak masalah berbagi dengan sahabatku inih adduh. Maaf soal yang inih,” ucap Auliana dengan kekehan diakhirnya. Naami terdiam, dia tidak dapat bersuara lagi. Mata Naami mengisyaratkan dia terluka, semua hancur begitu saja melihat kelakuan tanpa tahu malu dua orang yang dia sangat kenal di depannya ini. “Aku memang tidak menggunakannya jika kamu ingin kepastian. Soalnya bayi besarkuh inih sangat manjah aah…− terus saja ingin bermain, dari pada aku susah untuk melepas dan memasang kembali kain penutup miliknya itu lebih baik aku tidak pakai sekalian bukan, lebih praktis. Aahhh…. Sayang, jangan terlalu menyakitinya, nanti malam kau bisa terus menikmatinya lagi sepuasmuh aaahh− aku janji tidak akan menutupnya sedikitpun untukmu, jadi sabar ya.” Auliana berbicara pada Haxel yang sudah tidak Naami kenali lagi, Haxel tampak gila dihadapan Auliana. Bertingkah seperti anak kecil yang terus ingin bermain. Bahkan tidak ragu Haxel memperlihatkan wajah cemberutnya pada Auliana, melihat itu Auliana terkekeh dan memberikan lumatan pada bibir Haxel. Haxel tidak menganggap ada Naami di sana, Haxel hanya fokus pada milik Auliana dan bermain di sana. Sedangkan Naami sakit hati, calon suaminya terang-terangan bermain gila bahkan beberapa jam sebelum mereka akan menikah. Entah sebuah keberuntungan Naami mengetahui itu hari itu atau sebuah keterlambatan. “KALIAN GILA! Pernikahan belum dilaksanakan, seharusnya pernikahan ini tidak dilaksanakan!” tegas Naami. Tapi tidak digubris oleh Haxel yang Naami ajak bicara. Auliana mencibir Naami yang tidak diperdulikan oleh Hazel. Karena Haxel sibuk bermain dengan d**a dan kewanitaan Auliana. “Haxel junior bangun dan dia mau tidur, tapi tidak bisa….” Bahkan Naami tidak percaya dengan apa yang dia lihat saat ini, Haxel merengek manja pada Auliana. Naami tidak mengerti dengan ucapan Haxel pada Auliana. “Haxel! Apa-apaan kau ini!” tegur Naami setengah berteriak. Melihat raut bingung Naami, dengan baik hatinya Auliana menjelaskan pada Naami. “Sepertinya…, Haxel junior ingin bermanja pada mommy-nya,” ucap Auliana seraya memainkan tangannya pada bawah Haxel. Naami tidak tahan lagi untuk dua orang di depannya ini. Buku-buku tangan Naami menggenggam erat, mengepal sangat kuat. Naami memandang jijik pada dua orang itu. Hanya pandangan Naami karena pandangan staff malah memandang kagum pada pasangan itu. Naami tidak bisa berpikir lagi, semua yang ada di ruangan itu adalah orang tidak waras baginya. Bagi Nammi ini akan lebih memalukan jika dilanjutkan, bukan saja orang tuanya yang akan menanggung malu tapi dirinya juga dan belum tentu dia tidak akan merasa tersiksa setelah penikahan terlaksana. Tiba-tiba suara wanita ada di sudut telinga Naami berbisik, “sepertinya mereka sangat lengket, obat yang aku berikan tadi sangat cepat bereaksi pada Haxel atau memang bayi besar itu sangat membutuhkan mommy-nya itu.” Suara itu Naami mengenalnya, sangat mengenalnya. Dia Jenita, ibu mertuanya. Naami ingin menangis mendengar ucapan calon mertuanya itu tadi. Bukankah itu sudah keterlaluan, lalu apa untungnya Naami mempertahankan rencana pernikahan itu. Sedangkan Haxel dan Auliana sudah kembali ke ruangan tempat Haxel sebelumnya, Auliana hanya butuh mundur kebelakang dengan tangan satu meraih ganggang pintu untuk membukanya, sedangkan tangan satunya lagi masih memanjakan batangan keras milik calon suaminya. Untuk Haxel, dia tidak ingin melepaskan pengutannya pada d**a Auliana. Benar-benar seperti bayi besar seperti yang dikatakan Auliana tadi. Naami menyadarinya memijit pusing kepalanya. “Ya Tuhan…. Apa salahku? Kenapa jadi begini ?! ” geram Naami. Dia terjepit saat ini, terjepit diantara dua keputusan yang tidak ada satupun yang menguntungnya malah merugikannya. Apa itu patut untuk dikatakan pilihan? Naami meragukannya. Hatinya remuk walau tubuhnya sehat malah bugar.   _PROLOG END_ Tbc bab berikutnya terima kasih semoga harimu menyenangkan

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Orang Ketiga

read
3.6M
bc

DRIVING ME CRAZY (INDONESIA)

read
2.0M
bc

TERSESAT RINDU

read
335.2K
bc

MENGGENGGAM JANJI

read
478.7K
bc

LARA CINTAKU

read
1.5M
bc

Broken

read
7.2K
bc

PATAH

read
519.5K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook