10. Ada apa ini?

1016 Kata
"Villia, apa kamu tidak dengar suara Amrie memanggilmu?" tanya Mitrina. "Hem?" Villia kembali mengangkat wajahnya. "Apa kamu tidak dengar?" "Aku mendengarnya," jawab Villia lalu bangkit dari duduknya. "Oh. Jadi sekarang kamu bersembunyi setelah masalah yang kamu buat?" Semuanya heran mendengar masalah apa yang di buat Villia. Aneh sekali. Villia baru dua hari bekerja di sini, tapi mengapa semuanya terasa aneh? Villia dan Dave terlihat dekat. Villia menghela napas panjang, Amrie selalu saja mencari masalah dengannya. Villia lalu melangkah dan menghampiri Amrie yang kini berdiri dengan kedua tangan ia tumpuh ke pinggangnya. Amrie benar-benar mengesalkan. "Kamu kenapa sih? Kenapa kamu kemari lagi? Aku sedang bekerja. Apa kamu tidak lihat?" "Jangan memutuskanku, Villia. Aku akan gila jika kamu memutuskanku." Amrie menyentuh tangannya, mereka saat ini berada di ruangan kosong. "Apa sih? Jangan menggangguku, Amrie. Kamu yang berselingkuh duluan, jadi kamu harus bertanggung jawab. Aku tidak mau bersama kamu lagi. Aku sudah muak dengan sandiwaramu. Jadi, lepaskan aku. Aku sudah berusaha menerima semua ini, namun aku tetap tidak bisa." "Villia, aku janji, aku tidak akan melakukan itu lagi, yang terpenting jangan memutuskanku." Villia lalu menghempaskan genggaman tangan Amrie dan menggelengkan kepala. "Kenapa kamu mengemis padaku? Aku tidak bisa menerimamu lagi, Amrie. Kamu harus memahami itu. Aku harus bekerja." Villia hendak melangkah dan keluar dari ruangan kosong yang tidak berpintu. Membuat Amrie langsung meraih tangannya dan memaksa Villia untuk berciuman. "Apa yang kamu lakukan, Amrie? Lepaskan aku! Jangan begini, kamu harus sadar," kata Villia berusaha melepaskan diri. "Aku tidak mau putus dengan kamu. Jika kamu mau putus denganku. Aku akan melakukan hal ini terus menerus sampai kamu menerimaku kembali." "Tolong!" teriak Villia. "Lepaskan aku!" "Aku tidak akan mau melepaskanmu jika kamu tidak menarik kata-katamu untuk putus denganku." "Ada apa denganmu, Amrie? Kamu benar-benar menyakitiku. Aku akan berteriak sekencang-kencangnya sampai semua orang berkumpul di sini dan melihat sifatmu yang menjijikkan ini." Amrie masih terus memaksa Villia untuk berciuman dengannya. Amrie tidak akan pernah menyerah dan meski semua orang berkumpul di sini, ia masih akan tetap melakukan ini. Amrie kesal pada Villia, wanita yang telah memutuskannya beberapa jam yang lalu. Dan, itu adalah hal yang menyakitkan bagi Amrik, bagaimana ia mengingat kenangannya. Hanya Villia yang membuatnya nyaman meski ia adalah playboy, namun wanita yang ia seriusin hanya satu yaitu Villia. Dave hendak melangkah melintasi ruangan kosong itu, namun ia tak sengaja mendengar suara Villia minta tolong, dia langsung menoleh dan melihat sikap kasar Amrie yang memaksa Villia untuk berciuman, Dave lalu spontan menarik kerah baju Amrie dari belakang dan menghempaskannya hingga Amrie jatuh ke lantai, Dave spontan melakukan itu ia tidak tahu apa yang ia pikirkan namun ia kesal dan marah pada sikap Amrie. "Apa yang kamu lakukan pada Villia, Amrie?" tanya Dave membulatkan mata. "Kenapa kamu selalu saja ikut campur? Apa masalahmu? Ini adalah masalah kami berdua bukan urusanmu." Amri beranjak dari duduknya dan menatap tajam ke arah Dave. Dave tidak bisa menjawab, apa yang ia pikirkan sampai ikut campur pada urusan orang lain, sementara hal itu bertolak belakang dengan sikapnya yang dulu. Villia menghela napas panjang dan bersembunyi di balik tubuh Dave. Ia memang membutuhkan pertolongan. "Dia karyawanku, dan dia adalah anak buahku. Apa aku harus menjawab itu?" "Dari dulu, kamu tidak pernah perduli dengan apa pun di depanmu. Apa pada Villia kamu menganggapnya berbeda?" "Amrie, hentikan. Kamu tidak boleh melakukan itu kepada seorang wanita." Dave mencoba menenangkan Amrie yang kini tertawa dan menyunggingkan senyum jahatnya. Villia memegang lengan Dave membuat pria itu malah melepaskannya. Hingga Villia hanya memegang baju Dave saja tanpa menyentuh tangannya. Sudah tiga kali Dave selalu ada untuk Villia, selalu menolong gadis itu, Dave ingin sekali mengabaikannya namun Dave selalu terdorong untuk menyelamatkan gadis itu. "Kamu selalu saja ikut campur urusanku dengan Villia. Apa kamu tidak tahu bahwa kami ini sepasang kekasih?" Villia menggeleng kuat dan berkata, "Kami sudah putus.". "Putus? Kamu bilang putus? Aku sudah katakan kepadamu. Aku tidak akan mau putus." Amrie menggelengkan kepala. "Sudah lah. Aku tidak mau ikut campur kalau begitu." Dave lalu hendak meninggalkan Villia dan Amrie, namun Villia malah menarik lengan bajunya. Villia menggelengkan kepala dan meminta Dave untuk menolongnya. Dave menggeleng tak percaya dengan apa yang ia lakukan, sementara ia dan Villia hanya sebatas rekan kerja, Dave hanya pembimbing Villia dan harus mengurus anak magang. Dave menghela napas panjang dan berkata, "Jadilah seorang pria gentle, Amrie, jangan melakukan hal seperti itu. Seorang wanita bukan akan menerimamu kembali melainkan akan merasa jijik dekat denganmu." Dave mengingatkan lalu melangkah keluar dari ruangan kosong tersebut. Dave sudah ikut campur sejauh ini dan ia harus menahan diri lagi. Itu bukan urusannya. Dan, itu tidak akan menjadi urusannya. Dave menghela nafas halus. "Apa-apaan sih, kenapa aku ikut campur urusan mereka?" Dave menggelengkan kepala. Ketika Dave hendak masuk ke ruangan departemen, ia malah bertemu dengan Clarissa di depan pintu keluar. Kantor departemen mereka berdinding kaca dan terlihat di luar sana jika mereka tengah bekerja. Jadi, siapa pun yang lewat akan melihat mereka. Ruangan departemen ini paling luas. "Kamu darimana?" tanya Clarissa. "Aku? Aku," ucap Dave menggeleng tak percaya. "Kamu darimana sih? Kenapa tidak mengatakannya? Sulit ya menjawabnya?" "Aku baru selesai makan siang." "Makan siang? Tumben sekali kamu makan siang jam begini? Dan, kamu juga sudah janji padaku akan makan siang di ruanganku." "Clarissa, kita harus berhati-hati. Jangan sampai ada gosip tentang kita." "Kamu takut gosip tentang kita? Sejak dulu, kita sedekat ini, tapi tidak ada gosip apa pun. Jadi, tidak perlu mengkhawatirkan gosip." "Oke oke. Tapi, kamu jangan bersikap tegas seperti itu. Tidak enak didengar karyawan lain." Dave harus berbohong baru makan siang, sementara ia membawa dokumen ke sekretaris CEO. Tapi, ia terjebak dengan pertanyaan Clarissa. "Tuan, terima kasih atas—" Villia hendak berterima kasih namun ia malah menubruk punggung Dave yang kini berdiri tepat didepannya. Villia tidak percaya diri, karena itu ia menunduk dan tidak melihat jalannya. Yang ia lihat hanya lah kaki bosnya saja. Clarissa menatap wajah Villia dan Clarissa penasaran mengapa Villia berterima kasih kepada Dave. Apa yang terjadi? Apa yang membuat Villia berterima kasih? Mengapa hati Clarissa memanas seperti ini? Rasanya ia ingin marah namun ia mencoba menahan diri. "Dave, ada apa?" tanya Clarissa. Semua karyawan sudah bergosip dibelakang mereka.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN