Proyek film yang dibintangi Nathan dan Samanta ternyata bukanlah akhir dari kerja sama mereka. Keberhasilan film itu nyatanya membuat kedua bintang itu kebanjiran job iklan dan juga undangan interview di mana-mana. Berbagai penghargaan dari dunia entertainment pun sudah banyak mereka raih berkat peran yang mereka mainkan di film itu. Popularitas Nathan dan Samanta pun kian menanjak tajam. Bahkan bayaran Nathan untuk syuting sebuah iklan saja bisa naik 3 kali lipat dari biasanya.
Wajah Nathan dan Samanta kini marak menghiasi media massa. Setiap stasiun televisi berlomba-lomba mengundang mereka tampil di program acara mereka. Majalah-majalah terkenal berlomba memajang wajah mereka dan juga menerbitkan berbagai artikel terkait kehidupan dua bintang muda itu.
NATHAN DAN SAMANTA, DUA BINTANG YANG BERSINAR TAHUN INI
Hana membaca judul artikel itu dengan wajah lesu. Sudah tiga minggu lamanya Nathan sama sekali tidak memberi kabar dan juga tidak pernah pulang ke rumah. Terakhir kali Nathan hanya mengirimkan sejumlah uang dengan nominal yang sangat banyak ke rekeningnya, namun bukan itulah yang diinginkan Hana. Segala informasi tentang Nathan hanya bisa didapatnya dari televisi dan juga sosial media.
Jemari Hana beralih menggulir sebuah akun i********: yang merupakan fanbase dari Nathan dan Samanta. Akun itu aktif memposting potret Nathan dan Samanta di berbagai kesempatan. Pemandangan itu tentu saja membuat Hana meringis. Sebagai seorang istri tentu dia merasa cemburu. Hana bahkan tidak bisa berfoto seperti itu dengan suaminya sendiri. Dia bahkan tidak bisa menghabiskan waktu sebanyak itu bersama Nathan.
Mereka terlihat cocok sekali.
Kenapa mereka terlihat sangat serasi setiap saat?
Aku benar-benar berharap Nathan dan Samanta berjodoh di dunia nyata.
Aku sangat menyukai mereka berdua.
Mereka adalah icon pasangan romantis abad ini.
Dada Hana terasa semakin sesak membaca berbagai komentar itu. Dia berusaha menenangkan dirinya sendiri. Hana berusaha keras meyakinkan dirinya sendiri bahwa semua itu hanyalah tuntutan pekerjaan Nathan sebagai seorang publik figur. Hana mencoba menyingkirkan berbagai pikiran negatif yang terus saja mengusik, namun...
Dia tidak bisa menepis kegelisahan itu.
Bahkan di setiap menutup kelopak mata, Hana selalu teringat adegan panas yang dilakukan Nathan dengan perempuan itu. Walaupun dia tahu semua itu hanyalah akting. Meskipun dia sadar bahwa Nathan tidak mungkin melakukan adegan itu secara nyata, tetapi tetap saja. Hana masih butuh penjelasan akan itu semua. Karena Nathan sudah berjanji. Karena Nathan pernah mengatakan bahwa dia tidak akan pernah menerima peran yang seperti itu.
Hana pun beranjak masuk ke dalam kamarnya. Wanita 24 tahun itu menghempaskan tubuhnya ke ranjang dengan tatapan nanar. Tidak ada rona kehidupan sama sekali di wajahnya. Sorot matanya menyiratkan kerinduan. Sudur bibirnya selalu bergetar menahan gundah. Hana benar-benar merasa dalam nestapa. Sepi dan sunyi sudah bagaikan sahabat karib. Semua terasa semakin berat karena dia harus menghadapinya seorang diri. Dia tidak punya tempat untuk sekedar berbagi cerita. Lebih dari itu dia memang tidak bisa mengatakan rahasia besar itu kepada siapa-siapa.
Hana beranjak menuju pojokan kamarnya. Di sana terdapat tumpukan pakaian yang belum dicuci. Hana sibuk mencari sesuatu di sana. Sampai kemudian tangannya terhenti saat sebuah kemeja putih terlihat diantara tunpukan pakaian itu. Hana menelan ludah, mengambil baju itu kemudian menghirup aroma baju itu dalam-dalam.
Itu adalah baju yang dipakai oleh Nathan ketika dia pulang terakhir kali. Aroma tubuh Nathan masih tertinggal di sana. Hana pun beranjak ke atas ranjang masih dengan memeluk baju itu erat-erat. Hana terus saja menghirup aroma yang melekat dipakaian itu. Dia merapikan tempat tidurnya, kemudian berbaring sambil menciumi aroma Nathan. Setidaknya itu bisa mengobati sedikit kerinduan di malam ini. Aroma baju itu membuat Hana sedikit tenang. Dia tersenyum walau matanya kini menangis. Lama kelamaan mata itu pun terlihat semakin sayu. Hingga kemudian Hana terlelap dengan jemari yang masih menggenggam baju Nathan dengan sangat erat.
_
“Kamu tahu apa yang lebih indah dari bintang?” Nathan membaringkan tubuhnya di rerumputan dengan menjadikan lengan sebagai alas kepalanya.
Hana menatap bingung, lalu memilih duduk bersila di samping Nathan. “Apa?”
“Tebak dong!” sergah Nathan.
“Bulan?” tatapan Hana beralih menatap bulan yang terang di atas sana.
Nathan menatap dengan mata segaris. “Kamu yakin?”
Hana menggeleng pasrah. “Aku nggak tahu.”
“Ya udah deh... aku jawab. Yang paling indah itu adalah kamu.”
Hening. Hanya suara angin dan bunyi jangkrik diantara rerumputan yang terdengar. Nathan masih menahan tawa, sedangkan Hana kini menatapnya dengan wajah jijik.
“Apaan sih, Nath... garing banget tau! Kamu itu memang tipikal orang yang nggak bisa romantis, jadi jangan coba-coba deh,” sergah Hana.
“Hahahahaha....” Nathan pun tertawa keras hingga bahunya ikut berguncang.
Hana pun berdecak sambil menggeleng-gelengkan kepala. Sesaat setelah itu kembali hening. Nathan dan Hana sama-sama kembali terpaku menatap langit malam yang diterangi bulan. Bintang-bintang juga bertaburan menyemarakkan indahnya malam. Nathan masih mengenakan seragam bola lengkap dengan sepatunya. Sedangkan Hana kini memeluk lututnya sendiri dan mulai merasa kedinginan.
“Sampai kapan kita mau di sini?” tanya Hana.
Nathan tersenyum tipis. “Memangnya kamu tidak suka berada di sini?”
Hana beralih menatap keadaan sekitarnya. Lapangan sepak bola itu terlihat sedikit menyeramkan. Hanya ada beberapa penerangan saja yang dinyalakan di ujung sana.
“Coba deh kamu ikut berbaring di sini,” ucap Nathan kemudian.
“Nggak mau ah!” sergah Hana.
“Sebentar saja,” pinta Nathan.
Hana pun akhirnya menurut. Dia juga ikut berbaring di sebelah Nathan.
“Sekarang kamu lihat langit itu,” perintah Nathan lagi.
Hana beralih menatap langit. Seketika dia pun tertegun. Sorot mata Hana pun berubah takjub seiring dengan sudut bibirnya yang melengkung sempurna.
“Kamu suka, kan?” tanya Nathan.
Hana hanya tersenyum. “Jadi ini alasannya kamu suka berbaring menatap langit malam?”
“Iya... bukankah ini sangat luar biasa? Aku merasa begitu bebas di bawah langit yang luas. Semua beban pun sejenak terasa sirna. Sepertinya aku tidak butuh apa-apa lagi di dunia ini. Hanya langit dan....” Nathan menggantung kalimatnya.
“Dan apa?” selidik Hana.
Nathan tersenyum simpul, lalu menatap hana yang berbaring di sebelahnya. “Dan kamu....”
Hening.
Krik... krik... krik... hanya suara jangkrik yang terdengar.
Hingga kemudian, PLAK!
Hana bangun dari posisi tidurnya dan melayangkan tamparan yang maha dahsyat di jidat Nathan. “Kamu itu bener-bener ya! aku kan, sudah bilang... kamu itu nggak cocok sama sekali dengan gombalan-gombalan seperti itu.”
Nathan langsung bangun sambil mengaduh kesakitan. Dia memegangi jidatnya dengan wajah mengerut. Hana pun menelan ludah. Dia jadi merasa bersalah karena sudah menampar jidat Nathan yang berharga itu.
“Kamu sih... ngapain coba seperti itu,” ucap Hana dengan wajah prihatin.
Nathan tidak menjawab dan masih menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan. Hal itu pun semakin membuat Hana merasa cemas. Hana mencoba meraih tangan Nathan dan membukanya, namun pria itu segera menutup wajahnya kembali.
“Sini lihat aku!” pekik Hana.
Nathan menggeleng dan menutup wajahnya lebih kuat lagi. “Sepertinya jidat aku berdarah.”
Deg.
Hana meneguk ludah. “Makanya ayo lihat sini...!”
Hana menarik kedua tangan Nathan sekuat tenaga. Akhirnya Hana pun bisa melihat wajah Nathan dengan leluasa, tapi karena keadaan yang cukup gelap Hana jadi kesulitan untuk melihat lebih jelas. Hana masih saja memerhatikan jidat Nathan dengan mata menyipit, sementara Nathan kini tersenyum nakal.
Cup.
Nathan mendaratkan sebuah kecupan ringan di kening Hana yang sukses membuat gadis itu membeku. Hana terhenyak dengan napas yang tertahan di tenggorokan. Dia menatap Nathan dengan mata melotot, sedangkan Nathan langsung mengedipkan mata, lalu segera melarikan diri.
“Nathaaaaaaaan...!!!” teriakan Hana pun terdengar membelah langit.
Hana berusaha sekuat tenaga berlari mengejar Nathan, tetapi pria itu begitu gesit. Nathan malah mempermainkan Hana yang sudah kesulitan mengejarnya. Mereka berlari-larian di bawah langit malam. Suara tawa mereka berdua kini terdengar menggema. Hingga kemudian Hana semakin merasa penat.
“Nathan... tunggu aku!” Hana berteriak memanggil Nathan yang terus saja berlari.
Deg.
Hana meneguk ludah. Dia berusaha sekuat tenaga mengejar Nathan, tetapi pria itu semakin jauh dan kemudian menghilang dibalik kabut malam.
“Nathaaaaaaaaaaan....!”
Hana terbangun dengan napas memburu. Dia menatap keadaan sekitarnya dengan tatapan liar. Sedetik kemudian barulah dia mengembuskan napas panjang. Tatapannya beralih pada baju Nathan yang masih tergeletak di tempat tidurnya. Hana pun tersenyum lirih.
“Aku bahkan sampai memimpikan kenangan di masa lalu... tetapi kenapa akhir mimpi itu terasa begitu mengerikan,” desisnya.
Hana mengatur napasnya yang masih memburu. Lelehan keringat bahkan sudah membanjiri lehernya. Tatapannya beralih pada jam dinding. Waktu sudah menunjukkan pukul 10.00 pagi dan perutnya lapar.
Hana beranjak keluar dan mengambil cemilan di dalam kulkas. Dia memilih sarapan dengan sereal yang dicampur dengan s**u. Setelah selesai menyiapkan sarapannya, dia pun membawa mangkok itu ke depan televisi. Jemari Hana pun dengan cepat mencari siaran gosip yang selalu di tontonnya di jam seperti ini.
Deg.
Hana menelan ludah begitu melihat sosok Nathan dan Samanta yang muncul di layar kaca. Kali ini mereka berdua melakukan wawancara secara live. Hana meletakkan mangkok serealnya dan menambah volume televisi agar dia bisa mendengar lebih jelas.
“Jadi kalian akan membintangi reality show dengan tema jalan-jalan keliling dunia?” tanya presenter wanita yang mewawancarai Nathan dan Samanta.
“J-jalan-jalan keliling dunia?” Hana menambah volume televisi itu lebih keras lagi.
Sosok Nathan dan Samanta di layar kaca pun saling pandang, lalu kompak tersenyum malu.
“Iya... jadi kami berdua akan membintangi reality show dengan tema jalan—jalan keliling dunia. Bukan hanya sekedar liburan, tapi kita berdua juga akan mempelajari kebudayaan setempat dan juga,” jelas Nathan.
“Iya... pokoknya ikutin aja keseruannya. Dijamin penonton pasti akan menyukainya,” sahut Samanta sambil menatap Nathan.
Samanta dan Nathan masih bercengkerama dengan presenter itu, tapi Hana sama sekali tidak bisa lagi mendengar apa yang mereka bicarakan. Ruangan itu kini terasa berputar. Sejenak dia bahkan merasa mual dan kesulitan untuk bernapas. Hingga kemudian Hana pun bergegas mengambil handphone-nya. Dia pun mulai menggulir daftar kontak itu dengan jari bergetar.
“H-halo...” suara Ari terdengar jernih di seberang sana.
“Mana Nathan?” tanya Hana tanpa basa-basi.
“N-Nathan saat ini sedang melakukan wawancara live di televisi.”
Hana memejamkan matanya menahan amarah. “Apa maksudnya reality show keliling dunia itu, ha?”
“K-kamu menonton wawancaranya?” suara Ari terdengar bergetar. “N-nanti aku akan menjelaskan hal itu—”
“Pokoknya aku mau Nathan pulang sekarang!” Hana lekas memotong pembicaraan.
“T-tapi dia masih ada jadwal syuting.”
Hana mengembuskan napas sejenak, lalu menelan ludah. “Pokoknya aku mau bertemu dengan dia sekarang juga. Kalau tidak... aku akan membongkar semua rahasia ini kepada media.”
_
Bersambung...