Eps 5.

1579 Kata
Katakanlah ini adalah bathup, tapi bathup alami yang terbuat dari pahatan kayu besar. Dan memang di negri kekaisaran ini semua orang memakai bak besar ini untuk mandi. Luka tusuk sebulan lalu sudah mengering, jadi tak terlalu sakit jika terkena air sabun. Jangan bayangkan sabun cair atau sabun batang yang penuh dengan busa. Di sini Gantan mandi dengan air yang dicampur sedikit s**u putih dan rempah-rempah dari tabib. “Handuk.” Ucapnya dengan sedikit berteriak. Weiwei melangkah masuk ke kamar pemandian, membungkukkan sedikit badan, lalu menyerahkan kain panjang berwarna biru tua. Gantan menghela nafas, terlihat sangat malas melihat Weiwei yang hampir setiap hari selalu ia lihat. “Keluar. Tinggalkan aku sendiri.” Kembali kedua mata Weiwei melotot, terlihat sangat tak terima dengan pengusiran ini. “Tapi, yang mulia—” “Aku bisa memakai pakaianku sendiri. Pergilah.” Usirnya tanpa menatap kearah Weiwei. Wu weiwei kembali membungkukkan sedikit badan. “Baik, yang mulia.” Melangkah mundur, lalu keluar dari kamar pemandian. Setelah yakin jika dia hanya berada didalam ruangan sendiri, Gantan beranjak dari air. Melangkah keluar dan membungkus tubuh telanjangnya dengan handuk tadi. Kembali ia membuang nafas panjang melihat baju yang akan ia pakai hari ini. Baju yang memang kainnya sangat bagus, jahitannya pun sangat rapi. Ada bordiran berwarna emas khas pakaian istana, sangat mewah. “Enakan juga pakai kaos singlet, lalu pakai hoddie. Cckk, ini baju apaan, astaga … gue dah kek vampir zaman kuno.” Ia berdecak beberapa kali dengan tangan yang mulai sibuk menempelkan beberapa pakaian itu ke tubuh. Ribet, sumpek dan sama sekali ini bukan stylenya. Setelah semua menempel, Gantan keluar dari kamar pemandian, tentu dengan rambutnya yang masih terikat asal. Kedua pengawal yang berjaga didepan kamar pribadinya membungkuk saat Gantan melewati pintu. Kembali ia membuang nafas panjang saat melihat sudah ada Wu Weiwei yang menunggunya di dalam kamar. “Kenap—” “Maaf, yang mulia. Saya hanya ingin membantu menata rambut yang mulia. Setengah jam lagi, acara pertemuan di pengadilan istana akan dimulai.” Terang Weiwei memotong kalimat Gantan. Tak bisa menolak, Gantan akhirnya duduk didepan cermin lonjong yang ada didepan meja. Dia tau, Weiwei mencuri pandang padanya beberapa kali, tapi Gantan memilih mengabaikannya. Kurang lebih lima belas menit, Wu Weiwei memasang mahkota yang memang selalu dipakai oleh putra mahkota dulu. Tanpa sadar, keduanya saling bertatapan melalui kaca, tapi itu terjadi hanya sesaat. Karna setelahnya, Gantang segera beranjak, berdiri membelakangi Weiwei. “Semua sudah, kan?” tanyanya tanpa mau menatap wajah wanita yang menurut Gantan adalah wanita … penggodaa. Weiwei menatap kesal kearah punggung Gantan. “Iya, sudah selesai, yang mulia.” Tak mengatakan apa pun, Gantan melangkah keluar dari kamar. Menoleh ke kiri kanan, dimana ada beberapa pelayan wanita dan lelaki yang siap mengantarkan kepergiannya. ‘Mengesalkan!’ umpat Gantan dalam hati. Menoleh, menatap Weiwei yang ada tepat dibelakangnya. “Kau jalan didepan.” Semua yang ada disana menatap kearah Weiwei yang kini melotot. “Yang mulia ….” Kata-kata Weiwei terhenti ketika melihat Gantan membuang muka dengan kedua tangan yang dilipat dibawah dadaa. “Baik, yang mulia.” Patuhnya dengan kedua tangan yang bertumpu didepan d**a, lalu membungkuk sebagai tanda hormat para pelayan wanita. ** Gantan menelan ludah saat dihadapannya ada puluhan orang dengan baju dinas istana berdiri menghadap kearahnya. Bukan hanya dia sendiri, tetapi ada kaisar Zhao dan permaisuri Li Rouxe yang juga duduk di kursi kekaisaran. “Tang’er,” panggilan kaisar Zhao membuat Gantan menoleh, walau memang dia merasa asing dengan panggilan itu. “Duduklah.” Wu Weiwei mendekat, berniat untuk membantu Pangeran Zhao Gantang duduk di kursi yang terkususkan untuknya. Namun, tangan Gantan dengan cepat terangkat, menolak bantuan yang akan Weiwei beri. secuil kejadian ini cukup membuat beberapa mentri kekaisaran terkejut. Ini berbeda jauh dari sikap putra mahkota sebelumnya. “Beri hormat kepada kaisar!” kasim memberi aba-aba, membuat mereka yang sedang menggunjing bungkam seketika. Semua orang yang hadir segera bersimpuh. “Salam keselamatan untuk kaisar. Semoga diberi panjang umur dan selalu sehat untuk kaisar.” Ucap semua orang yang hadir, lalu bersujud dihadapan kaisar Zhao yang duduk, paling berkuasa di negara Yongheng ini. Kaisar Zhao Chuan menarik nafas, menegakkan duduknya. Satu tangan terangkat, menengadah keatas, lalu melambai dengan sangat santai. “Bangunlah.” “Terima kasih, yang mulia kaisar. Semoga yang mulia selalu diberkati.” Detik kemudian semua mentri yang bekerja untuk istana Yongheng beranjak, bangkit dan berdiri. “Tarima kasih untuk kalian para mentriku yang telah bekerja keras demi rakyat. Di luar sana, ada banyak masalah, tapi aku tak begitu jelas mendengarnya. Silakan, laporkan apa yang ingin kalian sampaikan.” Tutur kaisar Zhao dengan tegas. Seorang mentri melangkah kesamping, lalu memberi hormat sebelum ia memulai bicara. “Yang mulia kaisar, di benteng perbatasan Hao telah terjadi banyak perampokan. Warga yang tinggal didekat sana kekurangan makanan dan mati terbunuh. Ada beberapa bandit yang sepertinya memang sengaja didatangkan, entah dari mana asalnya.” “Jendral Yang,” tatapan Kaisar Zhao tertuju kearah Jendral Yang Jin yang berada di urutan paling depan. “Kirimkan beberapa prajurit terbaik untuk menjaga benteng perbatasan Hao.” Yang Jin memberi hormat dengan membungkukkan sedikit kepalanya. “Baik, yang mulia.” Lagi, seseorang melangkah kesamping. “Kekeringan melanda sebelah utara Hunan, sehingga stok rumput terbaik untuk makan kuda telah menipis, yang mulia kaisar. Sekarang kita hanya bisa mengandalkan rumput dari stok dan yang masih tersisa di bawah gunung.” Kaisar ngangguk pelan. “Mentri pendapatan!” panggilnya ke salah sati mentri yang tentu hadir diantara puluhan mentri yang lain. Seseorang melangkah kesamping, memberi hormat terlebih dahulu. “Saya, yang mulia kaisar.” “Mentri Gu, bicarakan masalah ini dengan mentri keuangan. Kirim bantuan ke Yueyang, kalian bisa mengajak beberapa bangsawan yang dua bulan lalu aku kirim ke Hengyang, lalu bawa ke Yueyang untuk membuat perairan disana.” “Lapor, yang mulia kaisar.” Kali ini mentri Huang ikut bersuara. Kaisar Zhao sedikit menghela nafas, menggerakkan satu tangan sebagai kode untuk mempersilakan mentri Huang bicara. Di sebelah kiri kaisar, Gantan diam mencerna ucapan beberapa mentri tentang kekacauan dan masalah yang berada di luar istana. Di usianya yang ke dua puluh, memang seharusnya dia masih asik bermain menghabiskan masa remaja dengan beberapa teman tongkrongannya. Namun, siapa sangka sekarang dia malah dihadapkan dengan masalah serius tentang urusan negara seperti ini. Bukankah keinginannya selama ini telah terkabul? Dia yang selalu ingin menjadi anak orang kaya. Minta apa pun terpenuhi, bahkan ada pelayan yang selalu setia melakukan apa pun yang dia mau. Namun, kenapa sekarang semuanya terasa menyiksa dan tak nyaman seperti ini? Gantan mengepalkan satu tangan, menunduk, berusaha untuk tak mempedulikan semuanya. Ini bukan dunianya, dia hanya meminjam raga pangeran Zhao Gantang untuk tetap hidup. Anggap saja ini adalah reinkarnasinya. “Pengadilan di tutup!” teriak kasim. Semua mentri, jendral Yang Jin dan beberapa yang lainnya kembali memberi hormat. Setelahnya, mereka semua undur diri dari pengadilan istana. Tak terasa, Gantan telah lama memejamkan mata dan menutup telinga tentang semua laporan negara. Dia pun mulai beranjak, bermaksud untuk kembali ke rumahnya, wangzi de fangjian. “Gantang,” Gerakannya terhenti saat mendengar panggilan itu dari permaisuri Li. Menoleh, menatap ibu suri yang tersenyum dengan penuh kekaguman kearahnya. Cckk, bahkan Gantan bisa melihat jika senyum itu hanya senyum yang dibuat-buat saja. Kepedulian palsu, semua hanya demi tahtanya. “Bagaimana perasaanmu? Apa sudah lebih baik?” suara lembutnya membuat kaisar ikut tersenyum. Gantan tersenyum tipis. “Sudah.” “Minumlah the penglui yang ibu kirim, sehari tiga kali. Itu akan sangat bagus jika kau meminumnya sebelum tidur malam.” Kaisar Zhao menoleh, menatap permaisurinya dengan penuh tanya. “Kapan kau ke Wangzi de fangjian? Kemarin kau tidak enak badan, kan?” Permaisuri  Li menutup mulut yang tertawa kecil. “Aku belum bisa berkunjung ke rumah Putra mahkota. Tapi dayang yang telah mengirimkannya. Aku sangat bahagia ketika mendengar kabar pangeran Zhao telah bangun.” Kaisar Zhao ngangguk dengan senyum penuh kelegaan. “Terima kasih, sudah memperhatikan dan menganggap Tang’er seperti anak kandung.” Tangan lentik itu terulur, menyentuh lengan kaisar Zhao. “Yang mulia, aku melihat Tang’er sejak kecil. Bagaimana mungkin aku tak menyayanginya seperti aku menyayangi Mingxiang.” “Ayah,” Gantan menelan ludah setelah mengucapkan panggilan itu. Ada yang tiba-tiba terasa nyeri didada. Memang ucapannya berbeda dengan bahasa kesehariannya dengan pak Rohmadi, tapi ini memiliki arti yang sama. Rasa rindu itu muncul dengan tiba-tiba. Membuat tangannya mengepal erat. “Ada apa, Tang’er?” “Aku ingin kembali ke rumah. Aku butuh istirahat.” Ijinnya. Kaisar Zhao ngangguk, lalu tatapannya terarah ke Wu Weiwei yang berdiri tak jauh dari Gantan. “Pelayan, jaga Tang’er dengan baik.” Enam pelayan termasuk Wu Weiwei merendah. “Baik, yang mulia kaisar.” “Ayah, apa boleh aku meminta salah satu anak buah Yang Jin untuk menemani keseharianku?” Kaisar Zhao, Permaisuri Li serta kasim melotot dengan wajah terkejut luar biasa. Mereka sangat hafal dengan sifat Pangeran Zhao Gantang yang tak menyukai dunia silat. Semua tau Gantang lebih suka dengan wanita cantik, menghabiskan waktunya didalam istana dan bersenang-senang. “Kenapa? Apa ada yang salah dengan ucapanku?” tanya Gantan yang tau perubahan wajah orang-orang disekelilingnya. Kaisar Zhao terlihat sedikit gelagapan, lalu menggeleng. “Tidak, tidak. Kasim, pinta Yang Jin mengurus ini. Karna memang seharusnya ada seseorang yang pintar bela diri selalu berada disamping Putra mahkota.” Gantan beranjak. “Terima kasih, ayah. Jika begitu, aku permisi.” Hanya tersenyum tipis, setelahnya, ia turun dari atas panggung dan berjalan meninggalkan istana pengadilan. Menyisakan banyak orang yang tertegun dengan sikap Gantan. Bukankah seharusnya memberi hormat pada kaisar dan permaisuri lebih dulu? Cckk, dia malah langsung pergi tanpa menoleh sedikit pun.        
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN