Smile in the Morning…

1276 Kata
Alex duduk di balik kemudi, membuat Cameella tertegun sejenak. “ Cukup sudah aku bersandar padamu, saat ini kau bisa bersandar padaku Ly, aku akan selalu ada untukmu..” Ucap Alex tegas sembari menginjak gas meninggalkan pantai. Cameella hanya terdiam, ia tak ingin menambah kesan yang kian mendalam hingga membuat Alex terlena. Dan tanpa terasa mobil telah kembali terparkir di hotel. Alex menggandeng Cameella menuju penthouse hotel. Sesampainya dikamar, Alex membawa Cameella keatas ranjang. “Tidurlah, aku yakin kau telah mengantuk..” Ujarnya membelai rambut Cameella. “Mank kakak belum ngantuk?” Cameella balik bertanya. “Aku biasa tidur jam tiga dan bangun jam lima untuk kemudian bersiap kerja..” "Whats?! Ngapain aja selama itu? Kerjakah? Atau party?” Alex menggeleng perlahan. “Kerja sih kadang, cuma kebanyakan ngegame, aku kurang suka party Ly, kamu pasti gak percaya kalau ini pengalaman pertamaku.?” Sedari awal Cameella juga telah menebak, jika pria ini baru perdana berhubungan dengan wanita penghibur. "Whats! Gak kesian ama badan kak?” Mendengar pertanyaan Cameella, Alex tersenyum getir. “Dengan begitu, aku bisa sedikit melupakan kisah pahit hidupku..” Cameella sontak tertawa terkekeh, membuat Alex terperanjat dan menatap Cameella dengan penuh tanda tanya. “Makan males, istirahat gak, kenapa gak bunuh diri aja sekalian kak? Tanggung mah nyiksa dirinya..” Ucap Cameella teringat akan dirinya sebelum bertemu sang malaikat penolongnya. “Rencana sih gitu, baru terbersit beberapa hari yang lalu, untungnya kamu disini nemenin aku..” Sontak keduanya tertawa terkekeh. Siapa sangka jika pria sekaya Alex bisa semenderita itu. “Pinterr banget deh ngerayunya, tar depan istri bilang love you, missyou..” Cameella kembali terkekeh. “Impossibile! Itu hal yang gak pernah aku lakuin kecuali di depan camera..” Elaknya jujur. “Hah! Pernikahan macam apa ini? “ Ucap Cameella keceplosan, lalu dengan sigap dia menutup mulutnya. “Yah! Itu mengapa aku lebih betah di kantor meskipun hanya berteman dengan game..” Jawaban Alex justru mendapat cubitan dari Cameella. “Kak Alex! “ Alex menatap Cameella. “ Hmm..” Jawabnya. “Meskipun kakak harmonis ma istri, saling cinta, Ly tetep mau kok kita berteman, jadi slowly aja, Ly paham kok, kalian ingin lebih, jujur aja Ly juga seneng malahan kalau kakak bahagia..” Alex menggeleng perlahan dan menatap serius Cameella. “Andai itu terjadi di rumah tanggaku, tentu aku bahagia Ly, aku justru bercita-cita bisa menikah dan hidup bahagia dengan suara tangis anak-anak..” Jawab Alex membuat Cameella mengerutkan dahi. Lalu Alex mengangguk. “Pernikahanku adalah bisnis. Aku tak bisa mengelak karna keadaan, dan cinta? Bullshit! Akan ada di rumah tangga kami..” Cameella terdiam, dia merasa bersalah karena telah membuka luka sang klien. Hingga pria itu membelai rambutnya dan kembali berkata. “Tak usah merasa tidak enak, begitulah adanya aku, aku sudah terbiasa..” Ucap Alex meraih dagu Cameella dan mengecup pipi merona milik wanita itu. Cameella kembali menguasai diri. “Kalau begitu, mulai sekarang kakak harus lebih peduli dengan diri sendiri, yakinlah bahwa bahagia akan datang,harus lebih kuat, oke? “ Ucap Cameella. "Terima kasih Ly..Ini seperti mimpi bagiku, Ku harap andai ini mimpi. Aku tak lekas terbangun. Dan andai ini nyata aku ingin bisa lebih lama menikmatinya..." Bisik Alex dengan suara parau seiring dengan air mata yang telah menetes membentuk aliran anak sungai. Tak kuasa dia menahannya hingga pelukan hangat Cameella yang menenangkan jiwanya membuatnya semakin terisak di pelukan gadis itu. "Ayoolaah, kakak pasti bisa.. harus kuat..” Cameella terus membelai punggung Alex menenangkan pria yang tengah patah sayap. “Haruskah Ly bernyanyi?” bisik Cameella kehabisan akal. Alex hanya terdiam di pelukan Cameella, lalu perlahan Cameella melantunkan sebuah lagu sembari membelai kepala pria itu. Ajaib! Alex tertidur lelap di pelukan Cameella, hingga akhirnya Cameella merebahkan pria itu di atas tempat tidur. Cameella memandang Alex dengan perasaan bercampur antara sedih dan bersyukur, sedih karena penderitaan pria itu, bersyukur karena dia lebih dahulu bangkit dari keterpurukan. Cameella menghela nafas panjang lalu mengecup dahi Alex, kemudian merebahkan dirinya di sisi pria itu. *** Keesokan harinya seperi biasa Alex terbangun lebih awal, begitu mata terbuka Alex menatap sekeliling, harinya begitu cerah terasa, lalu dia menoleh kearah wanita cantik yang masih terlelap di sisinya. Sejenak otaknya memutar memory yang terjadi tadi malam, perlahan senyum mengembang menghias wajahnya, ternyata yang dia alami bukanlah mimpi. Dia memiringkan tubuhnya perlahan takut membangunkan wanita yang tampak tengah berkelana dengan mimpi. Matanya menatap wajah cantik Cameella tanpa jemu, sekilas terlintas di benaknya. Haruskah aku memiliki wanita ini? Dan memberontak pada keluargaku? Akankah ibuku jatuh sakit lagi, jika aku mengakhiri pernikahanku. Aku benar-benar nyaman bersamanya, bukan karena aku telah melampiaskan nafsuku. Tapi karena dia mampu membuatku nyaman. Bisakah aku melawan kekuatan kedua penguasa itu. Kabur keluar negeri bersamanya dengan identitas baru? Dimana tak seorangpun menemukan kami. Tapi, bersediakah dia. Mungkinkah dia telah memiliki tambatan hati? Ataukah…memang takdirku harus menjalani hidup nelangsa karena menjadi tumbal kekayaan keluarga? Mengapa hidup serumit itu, menyandang nama baik dan nama besar keluarga tak lah mudah. Alex menghela nafas panjang, pertanyaan demi pertanyaan melintasi benaknya. Hingga tanpa sadar jemari tangannya telah membelai rambut wanita penghibur di hadapannya. Hatinya damai, enggan rasanya dia beranjak dan mengakhiri hari. Merasakan ada yang membelai rambutnya, Cameella terjaga. Senyum indah menyapa sang klien pagi itu. “Pagi, Kak…” sapanya menatap Alex. “Pagi Ly, apakah aku mengganggu tidurmu? “ Cameella menggeleng sejenak, lalu matanya melirik jam di tangannya. “Sudah dari tadikah kakak terbangun? “ Alex mengangguk perlahan “Maaf, jika aku membangunkanmu, hanya saja aku sudah terbiasa bangun pagi..” Jawab Alex merasa tidak enak kepada Cameella. Padahal pagi ini ia harus memimpin rapat “Heii! Ayolah. Jangan merasa sungkan, Ly tidak suka kalau kakak terlihat tidak nyaman seperti ini..” Jawab Cameella membelalakkan matanya hingga bola mata itu tampak indah di mata Alex. “Sorry, aku tak bermaksud seperti itu, apakah kau pergi ke kampus hari ini? “ Tanya Alex lagi. Cameella menepuk jidatnya. “Aduh! Ly pikir hari minggu, okay deh, kakak juga harus ngantor bukan? “ tanyanya menatap Alex, pria itu hanya mengangguk dengan tatapan tak lepas sedetikpun dari wajah Cameella. “Aku harus memimpin meeting pagi ini, but, its ok. Aku masih bisa mengantarmu pulang, bahkan ke kampus..” Jawab Alex masih terus ingin di dekat wanita itu. “Hei! Lupa? Kalau Ly bawa mobil sendiri? Mo iringan gitu? “ tanya Cameella sembari melambaikan tangannya tepat di depan wajah Alex. “Hmm, urusan mobil bukan hal yang sulit bukan? Serahkan saja kunci mobilmu, dia akan sampai alamat dengan selamat..” Jawab Alex memilih memperpanjang waktu bersama. Cameella hanya mengangkat bahunya pasrah, lalu mereka memasuki bathroom secara bersamaan, dan setelah itu bergegas mengganti baju lalu menikmati sarapan bersama, dimana menu lengkap telah tersedia di atas meja yany di sajikan oleh koki Vizz’otel. Vizz'otel adalah salah satu Coorporate dari perusahaan yang Alex pegang. Karena perusahaan Alex salah satu penyuplay kebutuhan Hotel tersebut. Dan Alex cukup akrab dengan sang Pemilik Vizz'otel, yang bernama Verrel Gondokusumo seorang pengusaha muda yang menjadi salah satu orang terkaya Asia Tenggara versi majalah Forbes. Mereka cukup sering mengadakan pertemuan secara pribadi hanya untuk sekedar bersantai bersama. *** Pagi itu, Alex menikmati sarapan dengan lahap, tak lagi Cameella yang menyendokkan ke mulutnya. Hal itu membuat Cameella tersenyum senang. Tak lama setelah menikmati sarapan pagi, mereka bergegas meninggalkan hotel menggunakan mobil sport milik Alex, sedangkan supir pribadi Alex membawa mobil Cameella menuju apartement Cameella. Sepanjang perjalanan senyum mengembang diwajah Alex, fokusnya mengemudi sedikit terganggu karena dia menoleh kearah Cameella tiap sebentar. Cameella merasa senang, melihat wajah Alex tampak lebih bersemangat dari sebelumnya. Mereka mengiringi perjalanan dengan obrolan ringan seputar pribadi masing-masing. Hingga tanpa terasa mereka telah sampai di apartement. Terlihat sorot mata itu tak merelakan perpisahan, di tambah dengan genggaman tangannya yang enggan melepaskan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN