Biskuit renyah itu menemani Arum membuat desain baju pengantin yang ia sedang kerjakan. Arum tersenyum mengingat setiap bincangnya dengan Hendrik, tidak pernah melelahkan malah semacam bensin yang selalu member tenaga padanya untuk terus beraktifitas dengan bahagia. Hendrik, nama itu kini menjadi alas an bagi dirinya untuk tetap tegar menjalani hidup, untuk tetap menjadi bermakna dan berharga. Ya… untuk Hendrik ia lakukan semua katifitasnya tanpa lelah. Seluruh elemen yang ada di rumahnya harus bahagia. “Rum..” Whatsappnya berbunyi. Arum menghentikan aktifitasnya dan focus menjawab bincang itu. “Iya, ada apa ?” “Kamu lagi apa ?” “Biasa, kerja.” “Kita kapan ketemu ?” “Ih.. seperti orang jauh kala nanya begitu.” Sejenak kemudian mereka terdiam. “Rum,” “Iya” “Kamu pernah tiba-tib