SEBUAH PELAJARAN

828 Kata
Arum sedang asyik menjahit ketika ponselnya bergetar. Ia melihat layar ponsel tersebut, ada nama Hendrik disana. "Assalamualaikum, ada apa? " "Waalaikumsalam, kamu sedang apa? " "Biasa, menjahit. " "Sudah makan? " "Sarapan sudah, makan malam siang belum. " "Makan yuk... " Arum diam, tumben Hendrik mengajaknya makan siang bersama, ada angin apa? "Tapi.... " "Ayolah, hanya makan siang bersama. " Arum diam, hatinya mengembara. Jujur ia sangat ingin bisa berbincang dengan Hendrik, ia juga butuh teman agar hidupnya tidak kesepian. Tapi saat ini ia adalah wanita bersuami maka tak layak ia makan siang dengan lelaki lain. Apa kata Allah nanti? "Maaf, aku tidak bisa. " Jawab Arum tegas. Ia tahu Hendrik pasti kecewa, ia tahu Hendrik pasti sedih, tapi ia takut. Ia telah bersuami. Bukankah perselingkuhan itu diawali dari bincang tak sengaja dan keinginan yang sama?. Itu sebabnya Arum bersikukuh menolak bertemu Hendrik. "Sudah ku duga kamu pasti menolak ku. "Suara Hendrik bernada kecewa. Tadinya aku ingin memberi mu kejutan tentang Bagas tapi karena kamu tidak berkenan ya,,, sudahlah. " Arum terhenyak, tentang Bagas, ada apa dengan Bagas? "Maaf, maksudnya apa? " "Tidak ada apa-apa. " Tandas Hendrik sangat cepat. "Ayolah, kalau aku salah karena menolak aku mohon maaf. Tapi tolong ada apa dengan Bagas? " "Kamu sangat mencintai Bagas, mestinya Bagas bersyukur memiliki istri seperti kamu. " Tutur Hendrik sangat ketus. "Kamu sekarang tolong datang di Lesehan Jawa, aku tunggu. Tapi jangan langsung masuk kalau sudah sampai kamu telepon aku. Hati-hati di jalan dan jangan terlambat. " Lesehan Jawa, adalah lesehan tempat Arum dan Hendrik sering berbincang. Dari rumah menuju lesehan itu hanya butuh waktu sekitar 20 menit. Arum pun masuk kamar, memoles pipinya dengan bedak tipis kemudian mengoleskan lipstik di bibirnya. Arum menghubungi tukang ojek yang langganan. Beberapa menit kemudian paman ojek pun datang. Motor melaju kencang menuju Lesehan Jawa sesuai yang tadi Hendrik sampaikan. Sesampainya di Lesehan Jawa Arum segera menghubungi Hendrik. Hendrik bangkit menuju ke tempat Arum. Ia tertegun melihat wanita yang sangat ia cintai berdiri tegak di depannya. "Kita lewat pintu samping. " Ajak Hendrik pada Arum Hati Arum bergemuruh, ia sudah dapat membayangkan apa yang akan terjadi. Pasti sebuah perselingkuhan, karena tidak ada yang bisa jadi bahan kisah Bagas kecuali sebuah perselingkuhan. Hanya seputar itu dan itu berita yang ia dengar. Arum duduk di tempat yang telah dipilihkan oleh Hendrik. "Bagas mu... " Suara Hendrik datar. Arum melihat ke arah yang sudah ditunjuk oleh Hendrik. Ia menatap nanar melihat pemandangan itu. Seorang gadis dengan seragam putih abu-abu bergelayut manja di lengan suaminya. Bagas juga memeluk gadis tersebut, mengusap lembut rambutnya yang panjang. Arum terbakar emosi, ia ingin berdiri menghampiri Bagas, ia ingin menampar wajah lelaki b******n itu. Arum sangat marah, saat ia hendak berdiri Hendrik malah mencegahnya. "Kamu mau apa? " "Menghabisi lelaki b******k itu. " "Jangan sekarang, tidak elegan, tidak cantik." "Lalu kapan? " "Tunggu dia keluar. Sekarang kamu ambil foto-foto mereka. Kepala boleh panas tapi hati harus tetap dingin. " Arum kembali duduk, ia mengikuti saran Hendrik. Tidak elegan memang, saat seorang wanita mendapati suaminya berselingkuh lalu serta merta menjadi buas di tempat itu. Memalukan! Tapi, namanya juga hati, siapa yang tahan di perlakukan demikian. Arum berjibaku dengan perasaannya sendiri. Ia mencoba mentolerir perasaannya, ia mencoba menenangkan gemuruh di hatinya. Hingga mereka melihat Bagas dan gadis itu ke kasir. Serta merta Arum bangkit menuju pintu keluar. Beberapa detik kemudian ia melihat sosok lelaki yang telah jadi suaminya keluar dari pintu tersebut,masih dengan gadis sekolah menengah atas itu. Arum berdiri tegak, ia hampir saja membuat Bagas dan gadis itu menabrak dirinya. "Siapa sih, jalan tidak pakai mata! " Teriak gadis tersebut. Bagas mundur beberapa langkah saat tahu bahwa wanita di depannya adalah Arum. Bagas luar biasa kaget, wajahnya memerah. Ia nampak gugup. "Ummi... " Arum terus menatap mata Bagas. Ia merasa luar biasa marah, kemarahan yang sudah tidak bisa dibendung lagi. Arum makin mendekati Bagas, hingga tiba-tiba ke tangannya melayang, dua pipi Bagas menjadi sasaran. Gadis SMA tadi memandang heran, ia tercengang melihat kekasihnya tidak melawan wanita yang ada di depannya. "Ummi, ampun Um. "Bagas menghiba, ia memohon agar Arum menyudahi rasa sakit yang diberikan padanya. Tapi bukannya berhenti Arum makin kalap, kini tangannya berpindah pada rambut juga kemeja yang digunakan oleh Bagas. "Dasar b******n kamu!! " Beberapa orang mulai menuju mereka, bergerombol membuat lingkaran yang tertata indah. Seperti melihat sebuah pertunjukan saja. Terlebih ketika melihat Bagas lari tunggang langgang menuju mobilnya dan meninggalkan Arum. Sontak dengan serempak mereka berkata "Huuuuuu" Arum diam, ia bersandar di mobil milik Hendrik. Matanya berkaca-kaca, hatinya terluka. Ia teramat sangat malu. Bukan karena melihat Bagas selingkuh tapi ia menangis karena merasa perjuangan dan pengorbanannya tidak dihargai. Arum melihat gadis itu mencoba melewati kerumunan, Arum merasa iba melihatnya. Arum tidak ingin memaki ataupun melukai gadis itu karena Arum tahu bukan gadis itu yang bersalah dan harus dihukum. Ia tak perlu mengotori dirinya untuk menyakiti wanita lain. Ia hanya perlu memberi Bagas pelajaran. Ya, pelajaran tentang betapa memalukannya menjadi seorang PECUNDANG #pembaca tersayang.. semoga Allah melindungi kita semua.. membahagiakan dan mencintai kita. Mohon bantuan tap love dan follownya ya, semoga kita semua banyak rizqynya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN