Prologue – The Bridesmaid Dress
Apa kalian pernah menyadari betapa indahnya gaun pengiring pengantin yang mengiringi sang mempelai dalam menghadapi hari paling bahagia dalam hidupnya? Bukan. Bukan gaun pengantin, tetapi gaun pengiring pengantin. Gaun yang sangat ingin dikenakan oleh seorang gadis manis bernama Bella Agatha Putri. Seorang gadis yang sejak menghadiri resepsi pernikahan salah satu teman kuliahnya yang digelar dengan sangat mewah di salah satu hotel berbintang lima di kawasan Sudirman, Jakarta, delapan tahun yang lalu, memimpikan dirinya dipercaya oleh salah satu temannya untuk menjadi pengiring pengantin agar ia bisa memakai gaun seragam pengiring pengantin yang sangat cantik bersama teman – teman lainnya. Namun, apalah daya jika ia tidak memiliki banyak teman. Sifatnya yang pemalu dan pasif membuat dirinya tidak terlihat menarik. Teman yang ia miliki hanya berjumlah dua orang saja, yakni Shinta dan Venita. Shinta dan suaminya mengadakan resepsi pernikahan dengan sederhana karena kondisi keuangan mereka yang terbatas pada saat itu membuat mereka menikah tanpa didampingi pengiring pengantin untuk mengurangi biaya resepsi pernikahan. Harapan satu – satunya kini hanya ada pada Venita. Namun, gadis cantik sahabatnya itu juga belum memiliki kekasih hingga usianya berkepala tiga. Selain Venita, satu – satunya harapan lain yang sebaiknya tidak diharapkan adalah pernikahan adik perempuannya. Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Gisella, adik satu – satunya yang ia miliki, menikah dengan seorang pria yang sangat tampan dan kaya raya yang menjadi impian banyak gadis di luar sana, yang membuat nasib malang Bella semakin ditertawakan oleh keluarga besarnya.
Apakah Bella yang pemalu dan pasif, serta tidak memiliki banyak teman itu bisa menjadi pengiring pengantin sebelum dirinya menikah?
Di sisi lain, ada Revano Alexander, teman baru yang dimiliki Bella. Pria berusia 33 tahun itu sangat setia kawan menemani Bella di setiap suka duka kehidupannya. Akankah Revano berhasil membantu Bella dalam mewujudkan cita – cita gadis itu untuk menjadi seorang pengiring pengantin dan menemukan teman hidupnya?
***
Baru saja satu tahun yang lalu Bella bersama teman – teman kuliahnya lulus dari sebuah perguruan tinggi swasta ternama di Jakarta. Ia masih juga belum memiliki pekerjaan. Berbeda dengan teman – temannya yang bisa dengan mudahnya mendapatkan pekerjaan di perusahaan besar dengan gaji yang layak. Apa yang salah pada dirinya? Memang dirinya tidak begitu pintar, tetapi ia juga tidaklah bodoh. Memang fisiknya tidak cantik, tetapi bukan tidak menarik. Bella sempurna. Dari ujung kaki hingga ujung kepala. Rambut hitamnya lurus panjang sebatas setengah punggung. Kakinya jenjang. Kulitnya kuning langsat. Apa yang salah dengan dirinya?
Hari itu, Bella bersiap – siap menghadiri resepsi pernikahan salah satu teman kuliahnya. Sebenarnya bukan teman dekat karena gadis yang akan menikah itu hanyalah sekedar teman ‘say hi’-nya saja di kampus. Gadis yang akan segera melangsungkan pernikahannya itu sangat cantik dan kaya raya sehingga mendapatkan gelar gadis paling populer di kampusnya, maka di hari pernikahannya, gadis itu ingin semua teman kuliahnya datang memeriahkan resepsi pernikahannya yang diadakan dengan sangat mewah itu.
Dengan memantapkan hati dan berdoa pada Sang Maha Kuasa, Bella memberanikan diri datang ke acara resepsi pernikahan itu. Ia tidak bermusuhan dengan si tuan rumah. Lah wong teman dekat saja bukan. Hanya saja, Bella khawatir teman – teman kuliahnya akan menanyakan perihal di mana saat ini ia bekerja, apakah ia memiliki bisnis karena ia tidak bekerja atau apakah ia mendapatkan calon suami kaya raya sehingga ia tidak perlu bekerja yang nyatanya ia menganggur karena tidak ada satu perusahaan pun yang didatanginya untuk mengikuti proses rekrutmen mau menerimanya sebagai karyawan di perusahaan tersebut.
Sebuah mobil berwarna hitam berhenti di depan pintu pagar rumah orang tua Bella kemudian keluarlah pria tampan dengan memakai setelan jas berwarna hitam dan kemeja berwarna putih. Pria itu terlihat sangat tampan. Sangat cocok menjadi menantu idaman orang tuanya.
“Hai, Bel.”, sapa pria itu seraya memberikan senyuman terbaiknya.
“Hai.”, balas Bella yang juga berusaha memberikan senyum pura – pura dalam keadaan baik.
Setelah menyapa Bella, pria itu memberikan salam kepada kedua orang tua Bella. Bella hanya bisa terdiam melihat orang tuanya sangat senang dan bangga kepada calon menantunya itu yang sejak lulus kuliah diterima bekerja sebagai Accounting Staff di sebuah perusahaan minyak dan gas yang sangat terkenal di dunia dan terkenal pula akan kesanggupannya memberikan gaji dan tunjangan dengan nominal sangat tinggi pada karyawannya.
Tak berapa lama setelah pria itu berbincang santai dengan kedua orang tuanya, keluarlah tuan putri yang sudah sedari tadi ditunggu oleh sang pangeran. Gisella Agatha Putri. Adik satu – satunya yang Bella miliki. Adik yang dinantikan kehadirannya saat Bella masih kecil dulu, yang kini berubah menjadi adik yang sangat tidak ia harapkan. Jika bisa memilih, Bella memilih untuk menjadi anak tunggal saja agar orang tuanya menyayanginya tanpa perlu membandingkannya dengan sang adik yang sangat cantik dan pintar itu.
Setelah berpamitan pada kedua orang tuanya, Bella pergi ke tempat resepsi pernikahan teman kuliahnya dengan menumpangi mobil pacar adiknya itu. Ia duduk di kursi jok belakang sementara adiknya duduk di kursi samping kursi kemudi. Sepanjang perjalanan, adiknya itu terus saja mengoceh betapa tak sabarnya ia untuk segera menjalani perkuliahannya. Ya, benar. Gisella baru saja dinyatakan resmi diterima sebagai mahasiswa baru sebuah perguruan tinggi negeri ternama yang akan membuat hidup Bella semakin sengsara karena orang tua dan keluarga besarnya akan semakin mengagumi dan mengagung – agungkan Gisella yang diterima menjadi mahasiswa perguruan tinggi negeri, serta menyindirnya dengan perkataan lembut yang menusuk tajam di pendengarannya.
***
Setibanya di lokasi, Bella segera bergabung dengan Venita dan Shinta. Mereka pun sibuk mengambil gambar diri mereka dengan kamera ponsel milik Venita yang didapuk sebagai ponsel dengan harga termahal dibandingkan dengan ponsel milik Bella dan Shinta. Keluarga Venita terbilang berkecukupan dan Venita sudah satu tahun ini bekerja sebagai Accounting Staff di sebuah perusahaan tembakau. Tentu saja gaji yang didapatkan oleh Venita masih sepenuhnya untuk dirinya sebab kedua orang tuanya masih bekerja dengan penghasilan yang sangat memadai dan belum membutuhkan bantuan keuangan dari anak – anak mereka.
Tibalah saat mempelai akan memasuki ballroom yang dijadikan tempat resepsi pernikahan seorang gadis yang merupakan anak dari seorang pengusaha industri pertanian dengan seorang pria yang merupakan pengusaha otomotif. Kedua bola mata Bella berkaca – kaca saat melihat betapa cantik seorang gadis dalam balutan gaun pengiring pengantin berwarna merah hati. Gadis itu memang sangat cocok disandingkan dengan pria tampan yang mobilnya ia tumpangi dalam perjalanan menuju lokasi tersebut. Mereka berjalan di barisan paling depan untuk para bridesmaid dan pasangannya sebelum kedua mempelai dan keluarganya ikut masuk ke dalam ballroom.
“Adek lo cantik banget, Bel.”, ujar Venita.
“Iya ya, cocok banget sama si Rasya.”, ujar Shinta menimpali ucapan Venita.
“Iya, beruntung banget gue ngenalin Rasya ke adek gue.”, balas Bella mencoba terus tersenyum dan pura – pura bahagia karena nyatanya berpura – pura bahagia lebih mudah daripada harus menjelaskan kondisi sebenarnya pada orang lain yang belum tentu akan benar – benar mengerti dengan apa yang dialaminya..
***