Ash dan Rowtag akhirnya pasrah saat Atthy sudah mantap dengan keputusannya.
Atthy bukan tipe gadis lemah gemulai yang bisa bersikap manja, tapi Atthy telah menerima pendidikan yang cukup dari Laura, ibunya, sebelum dia meninggal, dan juga dari Ash ayahnya selama ini.
Atthy hidup dan dibesarkan sebagai gadis rakyat jelata dalam kehidupan sehari-harinya. Tapi, pengetahuan yang di miliki Atthy, bahkan melebihi yang dimiliki para gadis remaja bangsawan seusianya. Sebagai seorang wanita bangsawan, Atthy sangat mumpuni, dia punya kualitas itu, dan Ash sangat memahaminya. Karena hal itu juga Ash hampir selalu merasa bersalah melihat Atthy. Apa lagi saat Laura istrinya masih hidup, dia memperhatikan bagaimana Laura melatih dan mendidiknya untuk bisa hidup sebagai seorang Lady yang terhormat. Karena saat itu, Laura percaya kalau suatu saat nanti, Atthy pasti bisa menjalani hidup yang lebih baik sebagaimana mestinya hidup seorang bangsawan pada umumnya.
Jika Ash bisa menikmati hidup sebagai seorang bangsawan karena ayahnya yang seorang rakyat jelata mendapat anugerah dari Raja. Lain halnya dengan Laura istrinya. Laura, sejak awal memang di lahirkan dari keturunan bangsawan secara turun menurun.
Keluarga besar Laura menentangnya untuk hidup bersama Ash, walau mereka hanya seorang bangsawan rendah bergelar viscount yang tidak mempunyai wilayah. Meski keluarga Laura bukan bangsawan dengan harta berlimpah tapi mereka yang sudah terbiasa hidup dengan pola pikir bangsawan, tentu punya standar tinggi untuk menentukan pernikahan anak perempuannya. Di mana sebagian besar pernikahan kaum bangsawan adalah pernikahan politik yang biasanya dimaksudkan untuk mempertahankan atau justru memperluas kekuasaan, entah itu dalam hal materi atau minimal untuk mempertahankan garis keturunan ningrat. Karena semua hal itu, bagi keluarga Laura, pernikahannya dengan Ashton sama sekali tidak ada keuntungannya, baik dari segi materi atau pun kekuasaan, karena saat itu, Rowtag ayah Ash telah jatuh miskin dan tersingkir hingga keluar dari wilayah utama Nauruan.
*****
''Tuan, aku sudah siap, kita bisa pergi sekarang!'' seru Atthy memanggil Billy.
''Baik... Baron terima kasih atas kerja samanya,'' ujar Billy yang bahkan tidak membungkukkan tubuhnya untuk memberi hormat pada Rowtag.
''Ayah, kakek, Ay, kalian harus hidup dengan baik... Aku menaruh harapan tinggi pada kalian,'' ujar Atthy, dengan sorot mata yang tajam.
''Gaff jangan nakal, perhatikan selalu kondisi tubuhmu! Untuk sementara, aku tidak akan ada untuk mengingatkan kalian, dewasalah dan jadi anak manis, jangan membuat susah keluargamu, harus hidup dengan sehat dan bahagia!'' seru Atthy memberi wejangan pada dua adik kembarnya dengan wajah sendu, ''Dimi, jaga adikmu, kau harus bisa jadi seorang pria yang bisa di banggakan, mengerti!'' seru Atthy sambil menepuk kepala Dimi dan menatapnya dengan ekspresi serius tapi matanya berkaca-kaca.
''Aku pergi... Jaga diri, kalian harus hidup dengan baik! Tetap sehat dan bahagia sebagaimana kita hidup selama ini....'' ujar Atthy terlihat air mata mulai menggenang di matanya tapi dia berusaha menahannya agar tidak jatuh.
Atthy hanya bisa mengucapkan beberapa kalimat sederhana pada keluarganya, karena perpisahan yang mendadak, mereka tidak sanggup mengatakan apa pun kecuali menitikkan air mata sambil memeluk Atthy.
*****
Setelah tiga hari perjalanan dari Caihina, rombongan yang membawa Atthy sampai di pusat kota Nauruan. Lalu, mereka memasuki sebuah penginapan lusuh. Para prajurit yang mengiringi rombongan juga ikut beristirahat di kamar-kamar penginapan yang telah di sediakan.
''Nona, kita akan menunggu utusan dari Alpen di sini!'' seru Billy.
''Bukankah kalian utusan dari Alpen?!'' seru Atthy dengan wajah heran bertanya menyelidik.
''Nona aku hanya di tugaskan untuk menjemputmu!'' sahut Billy menjawab dengan acuh, nyaris seperti memalingkan wajahnya, ''Aku punya tugas lain di Nauruan, itu sebabnya akan ada utusan lain dari Tuanku Grand Duke yang akan membawamu ke Alpen... Ku harap nona bisa dengan tenang menunggu, tolong jangan menambah pekerjaan untukku!'' seru Billy dengan intonasi yang jelas sangat tidak bersahabat, lengkap dengan senyum palsu di wajahnya.
''Apa ini?!'' pekik Atthy dengan suara berbisik, ''Ini aneh...'' gumam Atthy di dalam hatinya ketika Billy meninggalkan Atthy di kamar yang di sediakan untuknya, ''Ada apa dengannya, sangat tidak sopan... apa dia sangat yakin jika majikannya tidak akan menerimaku sebagai istrrinya... Itu menguntungkan untukku... tapi, setidaknya... jika majikannya bersedia menjadikanku istrinya. Bukankah pegawai biasa seperti dirinya akan waspada padaku... Dan lagi, apa ini?! Seorang Grand Duke berkekuasaan besar menggunakan penginapan seperti ini untuk calon mempelainya?! Apa dia benar bangsawan dengan titel Grand Duke?! Membiarkan calon wanitanya tidur di tempat seperti ini?! Meskipun kemungkinan dia membenciku. Tapi setidaknya dia bisa menjaga martabatnya sebagai bangsawan pria sejati. Dia pria bersifat buruk, dia tidak menghormati wanita... Ough, menyebalkan!''
Atthy merasa ada yang aneh. Kenapa mereka harus menunggu utusan lain?
Apa lagi di penginapan murahan seperti ini?!
Walau dia hanya seorang bangsawan miskin, tapi seorang pegawai biasa sepertinya berbicara seperti itu padanya?! Menurut Atthy itu terlalu kasar. Apa lagi, jelas bahwa dia adalah kandidat yang akan menjadi istri dari Tuan yang di layaninya kelak. Tapi Atthy harus bisa bersabar, untuk saat ini dia harus diam dan menunggu sesuai instruksinya, Atthy hanya bisa mempelajari situasinya terlebih dahulu sementara ini.
*****
Dua hari berlalu sejak Atthy terjebak di sebuah penginapan murah.
Atthy kemudian di bawa ke sebuah rumah mewah dan megah di pusat kota Nauruan. Di situ, dia di dandani dan di pakaikan pakaian yang sangat glamor, beserta aksesori dan perhiasannya hingga kesan mencolok sangat kental terasa.
''Haruskah aku memakai semua ini?!'' tanya Atthy yang merasa tidak nyaman.
Atthy sama sekali tidak menyukai pakaian yang di sediakan, karena sama sekali bukan seleranya. Pakaian itu mewah dan jelas sangat mahal tapi terlalu glamor dengan beberapa perhiasan berat yang mengiringinya.
''Iya nona, ini harus, karena semua ini hadiah dari Tuanku Grand Duke untuk Anda,'' jawab Stela, pelayan senior di antara tiga orang yang datang untuk melayaninya.
''Lalu kalian, siapa?'' tanya Atthy yang merasa aneh dengan kehadiran mereka bertiga.
Awalnya Atthy pikir mereka hanya perias untuk membantu mendandaninya. Tapi, sampai semuanya selesai, mereka tetap bersamanya dan bahkan mengikuti, ke mana pun Atthy pergi.
''Mulai hari ini kami akan melayani Anda nona, kami adalah pelayan Anda sekarang, '' jawab Stela.
''Aku tidak membutuhkannya!'' seru Atthy menolak dengan tegas.
Sikap tiga wanita itu nyaris sama seperti Billy, tidak tulus dan bahkan lebih parahnya lagi terlihat jelas terlalu di buat-buat.
Pelayan yang akan ditugaskan melayani keluarga bangsawan, biasanya, minimal mereka lulus pelatihan tata krama antara majikan dan pelayan. Karenanya, kalau mereka memang pelayan yang di tugaskan untuknya seharusnya mereka memperkenalkan diri sejak awal.
Tidak sopan dan sikap yang meremehkan, mereka juga punya sikap tidak jauh berbeda dengan Billy, begitu pikir Atthy.
''Maaf nona tapi itu harus, sebagai seorang bangsawan, tidak pantas jika tidak ada pelayan yang mendampingi Anda,'' ujar Stela menjawab dengan tegas.
Atthy sadar apa yang di katakan para pelayan itu benar adanya. Atthy mungkin di besarkan dengan kasar sebagaimana rakyat jelata pada umumnya. Tapi Atthy telah menerima pelajaran etika dari ibunya dan pendidikan akademi dari ayahnya. Atthy tidak buta tentang etika menjadi seorang bangsawan, dia hanya tidak terbiasa.
''Kalau pun begitu... kenapa harus tiga? Satu, sudah cukup...''
''Maafkan kami Nona, tapi kami hanya mengikuti perintah...'' jawab Stela tegas.
''Baiklah,'' jawab Atthy pasrah.
Atthy tahu, jika mereka sama seperti Billy, para pelayan ini akan mengancamnya dengan halus menggunakan nama Grand Duke.
''Terima kasih, kalau begitu kami akan mulai mendandani Anda,'' ujar Rosa.
Beberapa jam kemudian Atthy telah siap dengan gaun dan semua aksesorisnya di tubuh yang telah kehilangan hampir semua kenyamanannya. Atthy memiliki kulit gelap dengan rambut merah menyala dan bola mata berwarna hijau yang berbinar indah, sangat tajam. Secara fisik, menurut pandangan umum mungkin Atthy tidak cantik. Tapi, tentu dia juga sangat jauh dari kata buruk rupa. Justru Atthy menarik dari sudut pandang yang berbeda. Dia punya wajah manis yang polos dengan kesan unik yang membuat orang lain, atau pun lawan jenis terpikat untuk tetap melihat kepadanya.
Atthy tidak seksi tapi punya kharisma yang membuat semua yang ada di tubuhnya tampak sangat pas dengannya, bahkan menambah tegas penampilannya yang sudah tampak lantang sebagai wanita pemberani di dukung dengan warna rambutnya yang merah menyala.
*****