Bab 16. Menjenguk Damar

1503 Kata

"Aku nggak mau ikut sama Om!" Mayang bersikukuh. Ia berjalan cepat menuju lift lalu mendesah panjang karena ia sudah ketinggalan. Ia menoleh ke anak tangga. Mungkin, ia bisa saja berlari menuruni anak tangga itu, tetapi itu cukup melelahkan karena ia ada di lantai 8 gedung kampusnya. "Aku tetap mau ngomong sama kamu. Kamu dengerin aja," ujar Ivan. Ia menoleh pada Mayang lalu menatap tubuh istrinya dari atas hingga bawah. Ia tak tahu seberapa sakit yang dirasakan Mayang akibat ulahnya tadi malam, tetapi ia bersyukur Mayang terlihat baik-baik saja sekarang. "Aku nggak mau dengerin!" ketus Mayang. "Aku minta maaf. Seharusnya tadi malam aku nggak kasar sama kamu. Harusnya aku pel—" "Ih! Bisa nggak sih ngomongnya nanti?" Wajah Mayang memerah sempurna karena Ivan benar-benar tak melihat situ

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN