Tok…tok…
“Den! Makan malam sudah siap,” suara ART terdengar di depan pintu kamar Adrian. Dia beberapa kali mengetuk pintu hingga akhirnya ada jawaban.
“Iya bik. Nanti kami turun,” Adrian yang sedang berada di kamar mandi setengah berteriak. Padahal dia takut teriakannya itu akan membangunkan Angel yang terlelap cantik di ranjangny, tetapi jika dia tidak menjawab bibik akan semakin mengetuk pintu terus menerus. Adrian segera menyelesaikan ritual mandinya dan bergegas keluar dari kamar mandi.
“Beb, mama manggil kita,” Adrian membangunkan Angel dengan lembut sembari mengelus rambut Angel yang terjatuh di dahinya, kemudian mengelus pipi kekasihnya itu.
Angel perlahan membuka matanya dan terkejut melihat Adrian yang sudah tidak memakai baju dan hanya menggunakan bawahan handuk seperti sehabis mandi. Wajahnya segar dan rambutnya terlihat lembab seperti sudah keramas.
“Kamu habis mandi?” tebak Angel dan masih mengerjap-ngerjapkan matanya.
“Iya, gerah,” jawab Adrian dan mencium bibir Angel lembut.
“Curang ih kamu,” Angel mencebikkan bibirnya dan mencubit perut Adrian.
“Kamu mau aku suruh orang ngambil baju kamu?” tawarkan Adrian.
Angel menggeleng, “Gak. Gak usah. Malu banget sama orang tua kamu harus mandi di sini. Mereka bakalan mikir kita habis ngapain. Lagian setelah makan malem kita balik ya. Aku ada pemotretan besok,” ucap Angel lagi mengingat jadwalnya besok. Adrian mengangguk tersenyum.
Adrian menggunakan pakaian santai dan turun bersama Angel sambil bergenggaman tangan. Orang tua Adrian juga sudah menunggu mereka di meja makan.
“Maaf lama Ma, Pa. Adrian tadi mandi sedangkan Angel tidur,” jelaskan Adrian lagi dan lagi-lagi kedua orang tua mereka membalas dengan senyum maklum.
Selama makan malam berlangsung, keakraban terlihat jelas antara Adrian dan kedua orang tuanya. Kehangatan itu sama yang dimilikinya dengan abangnya-Marvel dan orang tuanya yang banyak membahas hal random dan juga menyenangkan sembari menikmati makanan. Tetapi abangnya yang saat ini melanjutkan magisternya di luar negeri membuat Angel menjadi tidak betah di rumah dan memilih untuk tinggal di apartemen. Terlebih lagi kedua orangtuanya juga yang lebih banyak menetap di Kalimantan membuat kediaman orangtuanya terasa kosong dan juga lengang.
Cukup lama Angel membujuk kedua orangtuanya agar diijinkan untuk tinggal di Apartemen dan meninggalkan kediaman mereka. Tetapi Marcel selalu tidak berdaya di depan putrinya ditambah lagi rayuan dari istrinya-Diandra membuatnya tidak bisa berkutik. Kedua wanita itu adalah titik lemahnya. Dia akan memenuhi apapun permintaan mereka.
Ternyata Selma masih turun memasak di dapur untuk menyajikan makanan bagi keluarganya. Seingat Angel, dia lupa terakhir kali Diandra-Maminya memasak untuk keluarganya. Maminya tidak punya banyak waktu untuk sekedar masak karena harus setiap saat menemani suaminya Marcel dalam setiap perjalanan bisnis.
Marcel ingin agar Diandra istrinya menemaninya kemana pun. Hingga Angel berpikir Papinya hanya melihat satu wanita cantik saja di dunia ini. Dia dahulu ingin memiliki suami seperti Papinya-Marcel yang menatapnya istrinya penuh cinta dan kali ini Adrian sepertinya bisa menjadi tipe suami seperti itu. Buktinya Adrian bisa mendapatkan contoh dari Papanya sendiri. Bukankah anak akan mencontohi keluarganya terlebih dahulu dan menjadikannya role model bagi kehidupan pernikahannya kelak sebelum mencontohi orang lain di luar sana.
Sesuai janji Adrian, dia akan mengantar Angel selepas makan malam. Sebelumnya Angel berpamitan dengan kedua orang tua Adrian. Selma dan Angel bahkan berciuman pipi kiri dan kanan. Para lelaki itu tentu saja menatap senang melihat keakraban pasangan mereka.
"Gimana tanggapan kamu sama orang tuaku?" tanya Adrian yang saat ini menyetir untuk mengantarkan Angel pulang ke apartemennya.
"Awalnya sinis dan akhirnya manis," jawab Angel jujur dan blak-blakkan. Tawa Adrian sontak pecah hingga harus memegang perutnya karena merasa lucu. Angel betul-betul wanita unik dan apa adanya.
"Ya secara mereka udah tau latar belakang keluargaku. Jadi wajar sih pandangan mereka seketika berubah. Aku ngerti kok," ucap Angel maklum.
"Tapi kamu masih bagus beb, datang ke rumah. Wanita yang dulu deket sama aku, baru niat aja mereka udah nolak," Adrian mengingat-ingat kejadian lampau saat dua tiga wanita yang lumayan baik menurutnya untuk diperkenalkan kepada orang tuanya.
"Orang tuaku juga gitu sih. Malahan aku yang jadi malu. Mantanku itu ternyata benalu, tukang tipu dan juga licik," Adrian sontak mengernyitkan alisnya mendengar penuturan Angel. Siapa pria yang berani menipunya ini. Apalagi dia tahu Papi Angel adalah orang berpengaruh. Suatu saat mungkin dia akan mencari waktu yang tepat untuk tahu lebih jelas mengenai hal ini.
"So...perlakuan Mama kamu aku bisa ngerti kok. Wajar kamu anak satu-satunya, pewaris Tanuwijaya harus mendapatkan seorang wanita yang memang layak untuk mendampingi kamu,"
"...dan itu adalah kamu," ucap Adrian melanjutkan.
"Oh really?" tanya Angel tidak percaya.
"Iya. Aku tahu ini terlalu cepat untuk yakin pada hal itu. Tetapi aku mau kita bersama-sama mewujudkan impian kita itu. Aku terus terang lelah untuk mencari cinta yang tulus di luar sana. Kalau kamu?"
"Iya semoga. Intinya kita jalanin aja dulu. Senyamannya kita, biar gak ada beban buat hubungan ini," saran Angel dan Adrian ikut mengangguk setuju.
Ya, mereka masih muda dan punya banyak impian yang harus mereka capai. Setidaknya kali ini mereka punya pasangan yang pas dari latar belakang kekayaan mereka dan juga pas hati mereka, tentu saja.
“Jam berapa besok pemotretannya?” tanya Adrian yang mengungkung Angel di depan pintu Apartemennya.
“Jam delapan pagi. Karena itu malem ini aku gak pengen begadang, biar mukaku fresh,” Angel memegang wajahnya sendiri.
“Aku jemput makan siang ya?” Adrian memainkan anak rambut Angel dengan jemarinya menggulungnya dan menariknya lembut.
“Iya boleh.”
“Kalau nginap?” tanya Adrian mencoba peruntungannya. Padahal Angel telah memperingati Adrian agar mengantarkannya hingga lobi apartemen saja tetapi Adrian menolak dan berjanji akan mengantarkannya hingga depan pintu apartemen, tidak lebih. Sedangkan saat ini Adrian kembali melancarkan rayuannya untuk diperbolehkan menginap, Angel sudah menduga itu.
“Gak-gak boleh,” Angel menggeleng membuat Adrian terkekeh dan mencubit pipi Angel gemas. Dia hanya mengetes Angel, syukur-syukur jika kekasihnya itu berubah pikiran. Mereka kembali bisa menikamti malam yang indah bersama.
“Ya udah sleep well and nice dream ya beb,” Adrian mengelus kepala Angel sayang.
“See you,” pamit Adrian lagi dan mengecup bibir Angel sekilas.
“Yes, see tou tomorrow,” balas Angel.
Angel melambaikan tangan kepada Adrian yang sosoknya perlahan-lahan menghilang di balik lift.
Angel kemudian masuk ke dalam apartemennya dan disambut banyak kantong belanjaan hasil perburuannya bersama Adrian tadi.
Dia segera menuju kamar mandi dan membersihkan diri. Badannya terasa lengket seharian. Setelah mandi, kemungkinan dia baru membuka satu-satu kantong belanjanya dan melihat lagi hasil shopping-nya hari ini.
Selama membersihkan diri, bibir Angel tidak berhenti tersenyum mengingat pengalaman indahnya bersama Adrian sejak semalam dan hari ini. Dalam dua hari saja kehidupannya seketika berubah. Dia mendapatkan sosok pria pendamping hidup yang sempurna dan juga keluarga sang pria yang merestuinya.
***
“Hei lo, sini!” panggil pria bertato di lengan kanan dan ada sebuah codet di wajahnya. Pria itu juga dikelilingi para pria berbadan kekar dan juga bertato.
Pria yang dipanggil segera berlari mendekat. Raut wajah ketakutan segera menyergapnya. Dia sering menyendiri dan tidak ingin membuat masalah agar segera bebas dari tempat itu. Ya, dia adalah Benjamin, pria yang menipu Vanessa Angelica Tanuwijaya. Benjamin yang harus mendekam di jeruji besi selama enam bulan lamanya, tiap malamnya menghitung hari demi hari menanti masa kebebasannya.
Satu yang dia percayai, kehidupan di penjara yang keras jangan sampai membuatnya terlibat masalah terutama orang yang memegang lingkungan penjara. Bahkan di penjara, sistem kasta tahanan juga berpengaruh. Ada seorang penjahat kelas kakap yang disegani oleh tahanan lainnya. Jangan sampai dirimu berurusan dengannya dan akhirnya akan mendapatkan perlakuan buruk tiap harinya. Hidupmu tidak akan tenang.
Apesnya, pria itu memanggil Benjamin kali ini. Benjamin merasa dia sudah menjaga diri dan berusaha tidak menarik perhatian Bos Gunar tetapi kali ini mengapa pria itu menemukannya. Dia tidak habis pikir.
“Ya bos,” ucap Benjamin menunduk.
“Lo masuk penjara karena apa?” tanya pria itu, pria yang bernama Bos Gunar. Dia adalah orang yang ditakuti dan disegani oleh seluruh penjahat di lapas.
“Karena nipu bos,” jawab Benjamin lagi dan masih tidak ingin menatap Bos Gunar.
“Oh kirain penjahat kelamin. Habis lo sama gue,” ancam Bos Gunar lagi yang akan menjahati tahanan yang masuk penjara karena memperkosa atau melecehkan perempuan. Dia benci penjahat seperti itu, penjahat serendah-rendahnya penjahat.
“Sini lo mendekat,” Bos Gunar menarik leher Benjamin dan merangkulnya.
“Ya bos.”
“Terus duit yang lo tipu dikembaliin gak?” tanya Bos Gunar lagi.
“Ada bos. Aku sembunyiin di tempat yang aman,” ucap Benjamin lagi jujur.
“HAHAHAHA pinter juga otak lo,” Bos Gunar menepuk punggung Benjamin bangga.
“Aku masih ingin balas dendam bos setelah keluar dari sini. Aku padahal mencintainya dengan sepenuh hati dan rela menipu agar memenuhi hasrat belanjanya tetapi saat aku ketahuan dia lepas tangan. Perempuan itu benar-benar keterlaluan,” jelaskan Benjamin lagi. Nyatanya, ceritanya tidak sepenuhnya benar adanya. Dia yang menipu Angel dengan menghadiahkan barang mewah agar Angel menyukainya. Andaikan dia jujur bahwa dia tidak memiliki apa-apa, dia tidak akan berakhir di penjara. Sifat licik Benjamin ternyata tidak bisa hilang dalam dirinya.
“Lo mau gue bantuin gak?” tawarkan Bos Gunar lagi. Benjamin merasakan ada angin segar bagi kebebasannya nanti. Seorang penjahat kelas kakap siap membantunya untuk membalas dendam kepada Angel. Sungguh itu sebuah keberuntungan baginya.
“Ma-mau bos,” Benjamin menganggukkan kepalanya berkali-kali.
Benjamin kemudian menceritakan bahwa dia memiliki aset sebanyak 5 miliar di luar negeri. Saat bebas nanti dia akan mengklaimnya dan digunakan untuk kehidupannya. Bos Gunar siap membantu Benjamin dengan imbalan 1 miliar yang cukup diberikan untuk anak dan istrinya. Anak buahnya yang masih bebas di luar sana siap menjadi pengawal untuk membantu Benjamin membalas dendam bahkan siap membunuh musuh Benjamin jika diperlukan. Senyum smirk Benjamin terbit. Rencananya akan berjalan mulus. Apalagi para penjahat ini dikenal sangat patuh dan berbahaya. Satu yang pasti dalam benak Benjamin dia tidak pernah membiarkan Angel dan Marcel Adiwijaya tenang. Mereka selalu meremehkan Benjamin dan menganggapnya benalu rendahan yang tidak tahu diri. Tunggu saja hari itu akan segera tiba. Pembalasan dari seorang Benjamin.