ACCEPTED

1578 Kata
“Gimana hasilnya?” tanya Matthew kepada Ray yang sangat serius di depan komputer, jarinya bergerak lincah di atas keyboard sesekali juga memainkan mouse komputer. Ada sebuah ruangan khusus di rumah mereka tempat peralatan komputer dan pengintaian. “Gue baru mindahin data dari drone gue. Sabar,” ucap Ray tanpa berpaling ke Matthew. Ya, tadi mereka melakukan pengintaian di sebuah rumah mewah. Matthew yang sulit menembus keamanan rumah itu kemudian mendapatkan ide untuk mengintai isi rumah lewat kamera drone. Tugas Matthew yang harus mengalihkan para penjaga dan Ray bisa menggerakkan drone agar lebih dekat ke dalam rumah itu. Untung saja misi itu berhasil. Setelah sejam berkutat dengan peralatan komputer, di mana Ray sangat serius di depan layar sesekali asap rokoknya mengepul untuk memacu agar otaknya bisa bekerja lebih keras. “Done!!” pekik Ray membuat Matthew yang tertidur sejenak terlonjak kaget. “Berhasil?” tanya Matthew dan Ray mengangguk bangga. Hasil dari video itu menunjukkan bahwa ada satu penjaga di taman, dua di depan pintu dan ada juga penjaga di dalam berjaga. Ray heran apakah pemilik rumah adalah seorang pejabat tinggi atau mafia yang begitu membutuhkan banyak penjaga untuk menjaga kediamannya. “Emang sangat sulit untuk menembus itu bro,” Ray mengelus-elus dagunya. “Terus penyadap yang lo taruh berhasil gak?” tanya Matthew lagi. “Tentu aja. Penyadap itu berada di tempat yang aman,” jawab Ray dan menaikkan turun alisnya. Matthew hanya menghela napas melihat kelakuan absurd sahabatnya itu. Andaikan dia tidak mempunyai otak cemerlang, entah Ray akan menjadi apa. Pemuda pengangguran dan pemalas. Ray keluar dari ruangannya untuk memasak makanan untuk dirinya dan juga memberikan waktu bagi Matthew untuk mengamati isi video. Matthew bisa melihat sepintas tangkapan di video, seorang wanita paruh baya dengan tampilan elegan tampak mengarahkan pelayan untuk mengatur barang-barang di seisi rumah. Tetapi wajahnya tidak terlalu jelas karena posisi drone yang jauh. Kemungkinan juga untuk menghindari drone ketahuan. Ray bisa saja marah jika drone-nya yang mahal tertangkap dan dihancurkan. Matthew cukup puas dengan hasil penyelidikannya kali ini. Walaupun dia belum menemukan orang yang dicarinya. *** Adrian turun dari mobil sport merahnya dan membukakan pintu kepada Angel, kekasihnya. Angel turun dan takjub melihat kediaman Adrian. Jika rumahnya memiliki tampilan klasik, rumah Adrian lebih ke modern dengan banyak penjaga di mana-mana. Semuanya interior terlihat canggih dan juga terbaru. “Come on beb,” Adrian menggenggam tangan Angel yang tampak ragu, dia bahkan menggigit bibirnya karena gugup. “Gak kok. Percaya aja. Papa dan Mamaku baik kok,” ungkap Adrian yang sepertinya bisa menebak pemikiran Angel. Angel menarik napas dalam-dalam kemudian menghembuskannya, berkali-kali itu dilakukannya hingga dirasa pasokan oksigennya sudah cukup untuk berhadapan dengan orang tua kekasihnya. “MA!!!” teriak Adrian mencari sosok ibuknya. “Lagi di dapur Den,” ART yang menjawab. “Oh iya. Terus papa di mana?” tanya Adrian lagi. “Di ruang kerjanya den,” jawab ART itu lagi. “Oke. Tolong kasih tau Papa dan Mama, aku membawa tamu hari ini,” perintah Adrian, ART itu hanya menunduk dan segera menemui majikannya. Adrian dan Angel kemudian duduk di sofa keluarga. Langit-langit ruangan itu sangat tinggi dihiasi lampu hias yang mewah, perabot juga berasal dari luar negeri. Adrian sungguh berbeda dengan Benjamin-si penipu, pikir Angel. Seorang wanita paruh baya terlihat berjalan menghampiri Adrian dan Angel. Wajahnya tegas dan tidak ada raut wajah senyum saat menatap Angel. Dari kejauhan saja dia memindai penampilan Angel dari atas ke bawah berkali-kali. Angel juga menatap dan meneliti penampilan wanita paruh baya itu. Angel yakin, sewaktu muda wanita itu pasti sangat cantik, bahkan hingga kini kecantikannya tidak berubah hanya ada sedikit kerutan di ujung matanya. Baju yang dikenakan di rumahnya saja, Angel tahu bahwa itu berasal dari merek ternama. Perhiasan gelang berlian di tangan dan kalungnya, juga bisa mencapai ratusan juta. Semua yang melekat di wanita itu benar-benar mahal dan juga berkelas. “Ma,” sambut Adrian dan mengecup pipi kiri dan kanan wanita itu. Wanita yang sejak tadi saling bertatapan dengan Angel. “Kamu udah balik? Semalem nginap di mana?” tanya wanita yang ternyata Mama Adrian Itu. Dia bahkan melirik Angel seperti menyindir bahwa Adrian mungkin bersama Angel semalaman, dan itu benar adanya. “Di hotel Ma bersama Angel,” ucap jujur Adrian membuat Angel membelalak tak percaya sedangkan Mama Adrian hanya menggeleng dan menghela napas. Angel tidak habis pikir mengapa Adrian begitu gamblang menceritakan hal yang mungkin harusnya disembunyikan. Bukankah hal ini bisa menjadikan penilaian buruk orangtua Adrian kepada Angel. “Eh ada tamu,” sapa pria paruh baya, kali ini Angel bisa menebak dia adalah Papa Adrian. Berbeda dengan Mama Adrian yang menatapnya dingin, Papa Adrian lebih banyak tersenyum dan hangat. “Pa, perkenalkan kekasih Adrian, Vanessa Angelica,” ucap Adrian, Angel yang disebutkan namanya menyodorkan tangannya. “Angel om,” ucap Angel tersenyum canggung. Luar biasa pengalaman bertemu orang tua. Dia yang sering kali sombong dan menolak berjabatan tangan orang asing, kali ini berada di posisi yang sebaliknya. “Perkenalkan om, Papa Adrian. Abimanyu Tanuwijaya, dan she is my lovely wife’s Selma Tanuwijaya,” Abimanyu mengecup pelipis istrinya dan menaruh tangannya di pinggang istrinya. Telrihat sangat mencintai istrinya itu. Tatap matanya masih saja tatapan penuh memuja dan mencinta. “Honey, asal kamu tahu, Angel adalah putri dari Marcel Adiwijaya-pengusaha tambang terkenal dan Diandra Notowihardjo-pemilik jaringan NW Centrall Hotel, bener kan?” jelaskan Abimanyu ke istrinya. Adrian menatap tanya ke arah Angel, seolah bertanya benarkah yang dikatakan oleh Papanya. Sedangkan raur wajah Selma yang awalnya dingin ke arah Angel menjadi lebih bersahabat setelah tahu latar belakang keluarga Angel yang sebenarnya. “Bener om,” Angel mengangguk canggung. “Senang berkenalan dengan om dan tante,” ucap Angel lagi. Adrian menghela napas lega. Mamanya yang dia tahu sangat pemilih dengan perempuan yang mendekatinya kali ini tidak bisa berkutik dengan latar belakang keluarga Angel. Dia tahu Angel pasti memenuhi kriteria mereka dan beruntungnya Adrian dia juga mencintai wanita itu, ya Angel, wanita yang membuat jiwa playboy-nya menjadi insyaf. “Mengapa Marcel harus menyembunyikan putrinya yang cantik. Apakah dia Rapunzel?” canda Abimanyu dan mengorek kebenaran dari Angel. Abimanyu selalu menyelidiki dengan siapa saja putranya Adrian berhubungan. Putra satu-satunya dan akan mewarisi kerjaan bisnisnnya tidak akan mungkin harus asal-asalan memilih calon istri. Berbeda dengan sang istri yang akan langsung melabrak wanita yang menjadi kekasih anaknya, terlebih jika dia tahu hanya mengincar harta putranya. Abimanyu lebih bermain dalam diam. Dia menemui wanita itu dan menawarkan sejumlah uang dengan syarat harus meninggalkan Adrian. Tentu saja penilaiannya benar, para wanita itu hanya silau akan harta Adrian. Tidak ada yang benar mencintainya. Padahal jika mereka bersikeras dan tetap bersama Adrian, menjadi istri Adrian, kemungkinan mereka memiliki harta lebih yang dari mereka bayangkan. Selain itu, setiap Abimanyu melakukannya, Adrian sepertinya tidak protes. Setelah berpisah dengan wanita itu, Adrian secepatnya menemukan pengganti. Itu artinya Adrian juga belum menemukan sosok wanita yang tepat baginya. “Aku tidak terlalu suka bergaul sih om,” jawab Angel yang seringkali menolak diajak oleh orang tuanya ke acara kolega dan bisnis. Satu hal yang dihindarinya adalah acara perjodohan yang begitu menyebalkan dan membosankan. Kedua orang tuanya tidak mungkin memaksanya tetapi Angel yang tidak suka berbasa-basi dengan teman orang tuanya yang dengan percaya diri mengatur waktu agar Angel menyempatkan diri untuk beremu putra mereka. Angel membenci itu. “Tetapi kamu model kan?” tanya Abimanyu yang tahu profesi Angel. “Iya om,” Angel mengangguk. Sedangkan Adrian hanya tersenyum melihat Angel. Akhirnya pencariannya berakhir. Angel memenuhi semua kriteria pasangan hidupnya. Adrian ingin mempunyai wanita yang sangat dicintainya seperti Papanya yang sangat mencintainya. “Ya udah kamu tinggal sampai makan malam ya sayang,” tawarkan Selma dan tersenyum. “Iya tante,” Angel mengangguk. “Kalau gitu sembari nunggu makan malam. Kamu mau gak lihat kamarku, istirahat juga boleh, kamu capek kan tadi habis belanja,” usul Adrian dan Angel juga melihat reaksi kedua orang tuanya yang sepertinya mengijinkan. Keluarga ini layaknya keluarga yang open minded.  “Iya nanti bibik manggil kalian jika makan malam sudah siap,” ucap Selma menambahkan dan Abimanyu mengangguk setuju. Adrian menarik tangan Angel dan mengajak ke kamarnya yang berada di lantai atas. Adrian membuka pintu dan mempersilahkan Angel dengan pose hormat, membuat Angel mengulum senyum melihat Adrian yang selalu saja tahu cara berlaku romantis. Angel mengamati sekeliling kamar Adrian. Kamar Adrian seluas kamar di rumahnya tetapi furniture dan vibes-nya lebih ke maskulin dan juga simple. Kamarnya didominasi warna putih gading. Banyak figura yang terpajang di meja khusus. Foto Adrian sejak kecil hingga dewasa, juga foto saat wisuda dan mendapatkan penghargaan sebagai pengusaha muda. Adrian mengunci pintu kamarnya kemudian memeluk Angel dari belakang, “Aku ganteng kan sejak kecil,” ucap Adrian dan menaruh dagunya di bahu Angel membuat Angel terkejut kemudian menikmati perlakuan Adrian itu. “Iya ganteng sampai sekarang,” tambah Angel membuaat Adrian mengeratkan pelukannya. “Ad…,” lirih Angel karena Adrian mulai memberikan kecupan-kecupan basah di lehernya. “Dikit kok Hon. Aku happy banget soalnya. Kali ini menemukaan wwanita yang aku cintai dan juga disukai oleh kedua orang tuaku, gimana kalau kita menikah sekarang?” tawarkan Adrian membuat Angel membebaskan diri agar bisa saling berhadapan dengan Adrian. “Gak…aku gak…hmppp…,” Angel belum sempat melanjutkan perkatannya karena Adrian segera menyergapnya dengan ciuman menuntut membuat Angel terdorong untuk berjalan mundur hingga mereka berdua berbaring di ranjang Adrian. Tidak ada penolakan dari Angel, dia juga terbuai oleh ciuman Adrian yang seakan melemahkan semua syarafnya. Dia lemah dan juga menikmati ciuman itu, tidak lebih karena Adrian sudah lebih tahu dan mengerti batasan keduanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN