Jena menatap Sebastian dengan tatapan benci dan murka, tapi wanita ini hanya bisa mengepalkan tangan hingga menyakiti telapak tangannya sendiri. Keduanya duduk saling berhadapan di kursi sofa panjang di ruang kerja mansion utama. “Jadi, aku rasa kau sudah mengerti, bukan? Dia tidak bisa dibiarkan mengetahui kabar mengenai pernikahan Amalia Rasyid. Bisa kau bayangkan tindakan apa yang akan dilakukannya saat dia tahu? Tuan muda kami memiliki masalah dengan temperamennya. Itu adalah hal yang menjadi perhatian utama kami sejauh ini.” Nada angkuh pria yang duduk di seberang sofa sana membuat hati Jena panas. Matanya memicing kuat. “Apakah harus menahannya dengan cara seperti itu? Bagaimana bisa keluarga Matsuyama yang terhormat menahan penerusnya dengan cara yang tidak manusiawi? Heh! Tentu