Di pesawat. Lee Jun Min baru saja mematikan ponselnya. Di depannya duduk Cha Kang Jun dalam pose sekertaris dinginnya. “Apa katanya? Itu dari Arya, kan?” tanya sekertaris Cha. “Tugas berikutmu setelah pindah adalah belajar bahasa Indonesia. Kurasa dalam 2-3 tahun jika kau bisa memaksanya, maka dengan otak cerdasmu itu kau pasti bisa melakukannya.” Lee Jun Min tidak membalas pertanyaan lawan bicaranya, malah berkata hal lain. Mata sang lawan bicara menyipit kesal. “Kau sungguh-sungguh akan mentransferku ke hotel itu? Untuk apa? Bukankah aku sudah cocok di Seoul?” ada nada protes dalam suaranya. “Cocok atau tidaknya, itu terserah aku, dan cocok atau tidaknya, itu bisa berubah seiring waktu.” Sekertaris Cha mengeluh dalam hati, wajah dinginnya menunjukkan kekesalan yang ditahan. “Bag