“Apa? Perusahaan kita memiliki karyawan tetap macam dia? Yang benar saja, Yuli! Bisa sial 7 turunan kita semua di sini!” protes Lora dengan nada berapi-api, ia beringsut maju dengan tangan kanan dikepalkan setinggi dagu. Berusaha kembali terlihat berani, demi menjaga harga dirinya semata. Jena memberikan tatapan merendahkan secara diam-diam, sudut bibirnya membentuk senyum simpul yang sangat licik dan sombong. Lia yang mendapat perlakuan semacam itu, hanya tersenyum ramah pada Senior Yuli. Ia berusaha mengabaikan kehadiran Jena, meski hatinya merasa tak nyaman dan dipenuhi berbagai macam emosi, ia tak mau berurusan dengannya lagi. Tubuh dan pikirannya juga butuh resign dari berbagai macam drama kehidupan. “Tidak apa-apa, Kak. Aku sudah bicara dengan Pak Kusno dan memberikan alasanku.”