Angin malam itu berhembus cukup lembut, membuat tulang bagaikan digigit keras. Yuzu maju dengan langkah ragu-ragu. “Pesanan Anda, tuan muda,” jelas Yuzu, sambil meletakkan kantong plastik berisi beberapa kaleng minuman alkohol di sebuah meja bundar kecil di depan sebuah bangku taman. Zaflan belum berbalik, masih merenung menatap bangunan tinggi dengan lampu merah berkedip-kedip, sebuah tanda untuk memberikan tanda kepada pilot kendaraan udara jenis apa pun agar tidak menghantam bangunan yang gelap di malam hari, karena terkadang sulit melihat bangunan dengan efek cahaya kaca yang gelap, atau pun tempat yang bagus untuk mendaratkan helikopter di atas bangunan itu. Yuzu melirikkan matanya cemas, ragu ingin membuka suara kembali. Dia sangat yakin tuan mudanya ini sangat stres sampai men