“Hahaha! Jadi memang jomblo, ya? Ayo, cepat raih tanganku! Pegal, nih!” “Batalkan telepon tadi!” tuntut Lia dengan wajah serius. “Iya! Berisik! Cepat! Tanganmu, dong! Capek, nih!” ujar Arya dengan sudut bibir berkedut kesal. “Batalkan!” “Iya! Berisik, ah!” Lia pun meraih uluran tangan Arya, dan mereka berdua berdiri seraya merapikan pakaian masing-masing. “Telepon sekarang!” desak Lia. “Baik! Baik! Astaga! Kalau kau jadi pacarku, hidupku bisa kacau diperintah terus!” gerutu Arya. “Siapa pula yang ingin jadi pacarmu? Jangan bicara yang aneh-aneh!” “Iya, berisik! Aku juga sudah punya pacar, kok!?” Arya tertawa kecil dengan mata mengedip genit, kemudian ia pun meraih ponsel dan melakukan panggilan keluar. “Lanjutkan kontraknya! Tapi keluarkan Rido Kusnadi dari proyek itu! Peringatkan