Mata gelap dan penuh kebencian Zaflan tertuju jelas kepadanya. Jena keringat dingin, gelisah melihat sosok pria yang mendekat itu. “Katakan dengan jelas, apa maksudmu dengan pernikahan Amalia Rasyid? Katakan kalau aku hanya salah dengar!” desak Zaflan dengan suara yang perlahan meninggi, membentak di muka Jena seiring kedua tangannya mencengkeram dan mengguncang keras bahu sang wanita. Jena masih menutup mulut, wajah suramnya menunduk penuh rasa bersalah. Wanita ini tidak menyangka Zaflan akan tahu dengan cara seperti ini. “JENA RAHARDIAN! KATAKAN SESUATU!” teriaknya murka, lalu menyabet ponsel sang wanita, melihat layarnya yang tidak memiliki nama penelepon, lebih-lebih lagi itu adalah nomor asing. “Kau sedang bicara dengan siapa barusan? Kenapa kau diam saja?!” Zaflan menahan emo