Beberapa tahun lalu. Musim panas, Tokyo. Di sebuah jalan setapak dengan kedua sisi semak belukar hutan. “Tuan muda! Tuan muda! Tunggu!” teriak seorang anak perempuan kecil berpakaian yukata merah muda dengan motif bunga sakura. Zaflan kecil yang juga memakai yukata, tapi berwarna abu-abu gelap dengan sendal kayunya berlari kembali ke arah anak kecil ini, tertawa sangat cerah dan berseri-seri. “Ayo, Mikan! Jangan lamban begitu! Sebentar lagi kembang apinya akan dimulai!” Mikan kecil alias Jena kecil tampak kepayahan dengan wajah pucat gelap, keringatnya menghiasi kedua pelipisnya, napasnya pendek-pendek karena sejak tadi sudah berlari terlalu lama. “Ayo, cepat!” teriaknya bersemangat diselingi tawa bahagia dengan mata tersenyum kepada anak perempuan bersanggul menggemaskan itu. “Tu-