Wajah Lia ditekuk masam. “Apa kau sebegitu menginginkannya?” “Tentu saja.” Lia menghela napas berat. “Buktinya ada di atas sana,” ucapnya dengan mengedikkan kepalanya ke arah lemari pakaiannya. Kedua bola mata Arya mengikuti gerakan tersebut, lalu ia menatap Lia selama beberapa saat. Dalam hati, Arya merasakan jantungnya bertalu kencang. Apakah Lia serius padanya? “Kau bisa mengambilnya sendiri, bukan? Bukti itu ada pada sebuah kotak kayu yang ada di bagian belakang sana. Ambillah, kau pasti lebih cepat dibanding aku yang harus memakai kursi." Arya yang baru duduk beberapa saat di tepi kasur bangkit berdiri dengan wajah sulit ditebak. “Dengan begini, sudah tak ada alasan lagi bagimu untuk mengusikku, kan?” Pria berambut pirang cokelat itu gelisah mendengar nada keseriusan Lia d