Malam hari, pukul 7.45 di sebuah restoran mewah kelas atas. Uma menatap sebal pada Rey yang duduk di depannya. Pria pengacara yang bisa dibilang sedikit parlente itu kini sudah berganti pakaian dengan jas formal biru tua dengan kesan mewah yang glamour. Dirinya? Juga sudah berganti pakaian yang selevel dengan kelas pria itu. Di tubuhnya melekat dres krem cokelat sebatas siku dengan pita kain di leher berwarna senada, di punggung wanita berambut brunette cokelat ini tersampir sebuah mantel merah yang mewah. Riasan di wajahnya juga sudah dipoles dengan sangat cantik dan natural, tapi bibir sang wanita terlihat merah menggoda. “Jangan memasang wajah seperti itu, Mutmainnah Alexander. Nanti kau yang jomblo abadi ini tidak akan dilirik siapa pun,” ledek Rey sembari memotong-motong santa